Mohon tunggu...
gijenal
gijenal Mohon Tunggu... Administrasi - hearer

ingin menjadi pendengar yang baik

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi │Selku

16 Juli 2018   15:01 Diperbarui: 15 Agustus 2018   11:06 568
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Terpilin penat. Di suatu malam ungu yang pekat, pekat sekali, ibarat ingin mencekik, menjalar racun ke seantero selku yang penuh sekat.
Tak ada yang bisa dimaafkan, kecoak tengik!
Inikah hari-hari pembalasan?
Aku sudah sangat menyerah..
Tubuh ini amat ringkih Tuhan.. Sel ini sangat sesak!
Aku bahkan tak bisa tidur telentang, dan memang tak pernah tidur

Gemetar empedu atas sunyi ini, jeritku melanglang ditampar api
Belum cukupkah?
Mengapa pula aku tidak mati?!

Hitam hatiku. Tersulut malu
Telanjangku ditengah kota. Terbakarku didalam unggun. Tercabikku dihantam pecut
Mengapa pula aku tidak mati?!

Lalu sang penyiksaku yang bercahaya berkata,
"Kau memang sudah mati, manusia"

Lupa titimangsa,
gijenal

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun