Mohon tunggu...
Gigih P.
Gigih P. Mohon Tunggu... Store Manager @StarbucksIndonesia -

Communication Science 2010-FISIP UNS / Barista Starbucks Indonesia | Sejarah manusia adalah campuran unik dari keberhasilan dan kegagalan, kemenangan dan kekalahan, juga cinta dan perang | Twitter @gig_gih

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Fenomena Aneka Makanan Berbahan Dasar Daging Anjing di Solo

20 Oktober 2013   18:19 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:16 6199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1382267726924198673

Bicara tentang sate jamu atau yang lebih dikenal dengan sate anjing, di Solo sendiri juga sangat banyak warung tenda pinggir jalan yang menjual kuliner ekstrim tersebut. Cerita dimulai saat saya semester 6 lalu (saat ini semester 7), kebetulan saya mahasiswa Ilmu Komunikasi UNS angkatan 2010 yang mengambil 3 spesialisasi, yaitu Video, Jurnalistik, dan Public Relation. Dalam mata kuliah Video II, salah satu tugas yang harus dikerjakan mahasiswa adalah membuat program feature, feature sendiri sering diartikan sebagai berita ringan, menghibur, mengandung unsur human interest, dll. Namun dalam kenyataannya membuat feature yang menarik tidak semudah yang dibayangkan, atau mungkin karena kami baru belajar dan belum pro. Awalnya kami sekelompok mengadakan rapat untuk membahas pemilihan tema tugas kali ini, ada berbagai usulan namun yang menjadi pilihan kami adalah mengenai kuliner ekstrim di Solo, yaitu sate jamu, sate guk-guk, atau apalah itu sebutannya. [caption id="attachment_273017" align="alignnone" width="540" caption="Aneka olahan berbahan dasar daging anjing"][/caption] Setelah menentukan tema dan membagi job desk masing-masing, hal pertama yang kami lakukan adalah mencari pemilik warung sate jamu di kota Solo. Akhirnya salah seorang teman saya yang asli Solo menemui seorang pemilik warung sate jamu yang terkenal, yang terletak di belakang Manahan. Pemilik warung sebut saja Pak B ternyata orang yang sangat baik dan humble, kami diperbolehkan merekam semua proses mulai dari awal sampai akhir pembuatan sate tersebut. Jam 3 dini hari, saya dan beberapa teman sekelompok menuju rumah Pak B yang tak jauh dari tempatnya berjualan untuk merekam proses awal pembuatan sate anjing tersebut. Kami merekam semua yang dilakukan para pekerja Pak B meski pada akhirnya kami menyortir gambar yang layak tayang dan lainnya hanya sebagai stock gambar atau dokumentasi saja. Awalnya saya melihat anjing-anjing yang sudah dimasukkan dalam karung dan mulutnya dibekap dengan semacam tali di belakang rumah dekat dapur. Saya merasa miris sekaligus tak tega kala anjing-anjing itu menunggu giliran selanjutnya untuk dibunuh dengan cara dipukul kepalanya dengan balok kayu, ada yang langsung mati, ada pula yang masih mengaing merintih yang membuat saya iba. Setelah semua anjing yang akan dimasak hari itu mati, kemudian para pekerja itu memotong-motong bagian tubuh anjing mulai dari tulang sampai daging dengan berbagai ukuran dan sesuai kebutuhan. Ternyata di warung Pak B tidak hanya menjual sate jamu saja, banyak pilihan menu masakan dari bahan dasar anjing yang disediakan, diantaranya goreng bawang, rica-rica, asam manis, saus padang, tongseng, dll. Sekitar pukul 9 pagi setelah semuanya siap, warung tersebut dibuka. Kami mengikuti ke warung untuk merekam proses pemasakan dan meminta pendapat dari pengunjung warung tersebut. Semakin siang, warung tersebut dipenuhi dengan pengunjung yang memesan berbagai menu masakan yang disediakan, kami merekam semua kegiatan yang ada di tempat tersebut, mulai dari memasak, menyajikan, dan merekam bagaimana lahapnya pengunjung menikmati makanan yang disajikan. Namun, ada beberapa pengunjung yang tidak nyaman dengan kehadiran kami yang membawa kamera. Alhasil kami agak kesulitan dalam mencari pengunjung yang bersedia diwawancarai, setelah beberapa kali mencoba mengungkapkan apa sebenarnya maksud dan tujuan kami, akhirnya ada pengunjung yang bersedia diwawancarai, sebut saja Pak E yang berprofesi sebagai satpam di salah satu kantor swasta di Solo, menurutnya dengan memakan daging anjing, ia merasa tubuhnya bisa menjadi hangat, dan meningkatkan stamina selain daging anjing di warung tersebut rasanya juara (meski saya sendiri belum pernah mencicipi). Pelanggan di warung tersebut juga dari berbagai kalangan, dari orang-orang yang menaiki roda dua hingga orang-orang yang beroda empat yang berdandan perlente, bahkan ada juga yang sekeluarga. Meski saya pribadi tidak suka dengan cara membunuh anjing untuk dijual sebagai makanan, tapi semua itu kembali ke pribadi masing-masing, bagi orang muslim memakan daging anjing memang haram hukumnya, namun setidaknya orang-orang yang mengkonsumsi atau tidak mengkonsumsi itu sudah memilih dan mempertimbangan pilihannya masing-masing.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun