Dua hari terakhir, listrik di sejumlah wilayah Jadobetabek, Jawa Barat hingga Jawa Tengah padam cukup lama akibat terputusnya pasokan listrik PLN di wilayah Jabodetabek, Banten, Jawa barat dan sekitarnya.
Putusnya aliran listrik di banyak daerah di Jakarta dan Jawa Barat, mengakibatkan Jakarta dan sebagian Jawa menjadi lumpuh. Melumpuhkan Jakarta dan Jawa Barat berarti melumpuhkan seprempat penduduk Indonesia.
Sebenarnya pemadaman listrik dengan skala besar ini pernah terjadi pada tahun 2002 silam, namun padamnya listrik pada skala besar tersebut merupakan yang paling parah. Bagaimana tida, sebagai kota metropolitan sekaligus ibu kota negara, Jakarta mengalami pemadaman hingga 9 jam lebih.
Jokowi pun hari ini mendatangi kantor PLNmeminta penjelasan dari Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Utama PT PLN Sripeni Inten Cahyani akibat padamnya listrik dalam skala yang tidak kecil ini.
Dan tampaknya Jokowi tidak terlalu senang atas jawaban yang disampaikan tersebut.
"Pertanyaan saya, Bapak, Ibu, semuanya kan orang pintar-pintar, apalagi urusan listrik dan sudah bertahun-tahun. Apakah tidak dihitung, apakah tidak dikalkukasi kalau akan ada kejadian-kejadian sehingga kita tahu sebelumnya. Kok tahu-tahu drop,"Â kata Jokowi.
Saat mendengat penjelasan dari Sripeni hingga menanggapi itu, Jokowi tak terlihat tersenyum sama sekali dan tanggapannya pun disampaikan dengan nada datar.
Kita tahun Jokowi adalah orang Jawa, tentu dia tidak akan berteriak membentak-bentak, bentuk amarah yang paling dalam tentu dari ucapannya yang menusuk.
Bagaimanapun juga terputusnya aliran listrik ini sudah membuat kerugian yang signifikan dengan jumlah yang tidak sedikit.
Beberapa kerugian yang terkena dampak dari putusnya aliran listrik ini mengakibatkan kerugian-kerugian materil dan imateril yang tidak sedikit.