Mohon tunggu...
Gigih Prayitno
Gigih Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Masih belajar agar dapat menulis dengan baik

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Duo Audrey dalam Lingkaran Distorsi Hoaks dan Disinformasi di Indonesia

9 Juli 2019   14:51 Diperbarui: 9 Juli 2019   15:10 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hal ini dikuatkan dengan hasil forensik dari kepolisian.

Dari hasil visum ini bahwa berita tentang terkait kekerasan pada organ vital Audrey tidak benar, dari hasil forensik ini organ vital dari Audrey masih utuh, tidak ada robekan, luka dan tidak ada trauma fisik pada area sensitif tersebut.

Ketua Umum Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Kak Seto Mulyadi juga mengungkapkan berdasarkan informasi yang diterima di lapangan bahwa gambaran terhadap pengeroyokan Audrey yang brutal, parah dan tragis itu tidak benar.

Orang Indonesia Suka Narasi Hiperbolis

Duo Audrey ini merupakan contoh kecil bukti dari kasus hoaks dan disinformasi di Indonesia masih dalam tahap yang memprihatinkan. Masih banyak orang Indonesia terlalu responsif ketika ada sesuatu yang dilemparkan di dunia maya seperti kasus Audrey ini.

Di era kemajuan teknologi ini, kita masih sering dihanyutkan dengan berita-berita yang belum bisa dipastikan kebenarannya tapi dengan mudah dan cepatnya begitu percaya atas informasi yang diterima.

Terlebih bila berita-berita semacam tersebut diiringi dengan narasi yang dibesar-besarkan yang belum tentu pasti kebenarannya seperti Audrey yang bekerja di NASA dan bertemu dengan Jokowi di KTT G-20.

Atau narasi tentang pengeroyokan seorang pelajar perempuan oleh 12 orang yang menyebabkan organ vital perempuan tersebut terlukai.

Decak kagum kejeniusan Audrey atau geram karena apa yang dilakukan oleh Audrey seperti menafikan ada fakta yang harus kita telusuri terlebih dahulu, ada informasi yang harus diuji kebenarannya, bukan malah berlaku responsif terhadap informasi tersebut.

Kita masih perlu belajar bahwa informasi yang dilemparkan di dunia maya baik melalui sosial media bukan informasi utuh yang sudah teruji kebenarannya, karena kita tidak pernah tahu akan motif dari pengirim informasi yang kadang juga menggunakan akun palsu yang sudah jelas-jelas diragukan.

Menelaah informasi yang bergerak bebas di sosial media masih menjadi pekerjaan besar untuk masyarakat Indonesia, kita masih perlu belajar untuk menahan diri dan tidak menjadi orang yang responsif terhadap apapun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun