Mohon tunggu...
Julia Maria Van Tiel
Julia Maria Van Tiel Mohon Tunggu... -

Penulis buku Anakku Terlambat Bicara

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pendekatan Kurikulum 2013 tak Sesuai Gaya Berpikir Anak

8 Desember 2014   22:36 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:46 290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1418027651790320155

Saya sangat setuju seribu persen jika K2013 dibatalkan. Sekalipun banyak yang mengatakan bahwa anaknya sangat cocok dengan pendidikan K2013 yang banyak melakukan eksplorasi, penalaran, dan kreatifitas pemecahan masalah. Tapi lebih banyak lagi orang tua yang mengatakan anaknya kebingungan.

Jelas, dalam pendidikan K 2013 yang konon merupakan pendekatan ilmiah dengan melakukan eksplorasi, penalaran, dan pemecahan masalah ini, memang tidak cocok dengan gaya berpikir (cognitive style) mayoritas populasi anak. Yang cocok dengan K2013 hanya sekitar 2 - 5 persen saja.
Sekali lagi 2 - 5 persen saja, yaitu anak-anak cerdas istimewa.

Kita lihat taksonomi Bloom. Tingkatan perkembangan kemampuan berpikir anak secara normal (sekali lagi SECARA NORMAL) adalah dimulai dari:
C1 mengenal nama-nama yang harus dipelajari – bentuk ini harus dihapalkan
C2 memahami dan mampu menyebutkan kembali apa yang sudah dikenalnya
C3 mampu mengaplikasikan untuk sesuatu hal dengan tepat apa yang sudah dikenalnya
C4 mampu melakukan analisa dan sintesa terhadap hal-hal yang sudah dikenalnya itu
C5 mampu berkreasi secara kreatif melakukan inovasi dan pemecahan masalah terhadap apa yang dikenalnya itu menjadi sebuah pengetahuan baru

Taksonomi Bloom ini adalah ilmu penegtahuan dasar para pendidik yang verifikasinya sudah berulang-ulang dari berbagai bidang cabang ilmu pengetahuan dan sesuai dengan perkembangan kognitif anak yang diakui oleh berbagai cabang ilmu pengetahuan ilmiah yang berkaitan dengan masalah ini. Semua pendidik pasti tahu taksonomi Bloom ini.

Lho kok tiba-tiba pendidikan di Indonesia menjungkir balikkan metoda pembelajaran, tidak lagi tahap pertahap melalui tahapan perkembangan berpikir anak-anak secara alamiah. Tapi dijungkir melalui tahapan C4 – C5 – dengan mengabaikan tahapan C1 – C2 – C3 ….

Anak-anak kehilangan cara pembelajaran secara alamiah, tetapi dipaksa melalui suatu jalan yang membingungkannya yaitu C4 – C5.

Tidak heran kalau banyak orang tua dan guru mendapatkan anak-anak sekolah saat ini justru kebingungan, karena ia sudah dicabut dari pola alamiahnya yang menjadi blue print cara pembelajarannya.

Hanya ada satu dua orang tua yang memang senang, membuat testemoni bahwa anaknya lebih cocok dengan kurkulum 2013. Tapi bukan kelompok mayoritas. Yang satu dua itu adalah anak cerdas istimewa.

Jika dalam pendekatan pendidikan masa kini dimana anak sebagai pusat perhatian, anak-anak cerdas istimewa memerlukan perhatian khusus karena tidak cocok dengan mayoritas anak yang melalui taksonomi Bloom dari C1 melangkah ke jenjang berpikir yang lebih tinggi.  Ciri utama anak anak cerdas istimewa adalah memang eksplorasi dan melakukan pemecahan masalah (C4 – C5), ia kesulitan pada pelajaran menghapal. Pendidikan K 2006 memang tidak cocok untuk anak cerdas istimewa dalam berproses.
Dalam kurikulum 2013 justru mayoritas anak bisa-bisa menjadi anak dengan perhatian ekstra, karena pola pembelajaran yang tidak cocok dengan gaya berpikir alamiahnya.

Dunia pendidikan di belahan dunia lain, seperti Eropa, kini sudah melihat kekurangan kedua pendekatan, yang dari bawah dimulai dari menghapal, dan yang dari atas dimulai dari eksplorasi, keduanya memang mempunyai masalah. Maka pendekatan yang paling terkini adalah: pendekatan sesuai dengan gaya berpikir anak, gunakan faktor kuatnya untuk memulai pembelajaran dan gunakan faktor kuat itu untuk memperkuat bagian yang lemah. Artinya pendidikan tetap menggunakan system klasikal, dimulai dari C1 – dan sekian persen C4-C5
Sedang untuk anak cerdas istimewa diberi metoda yang berbeda sesuai dengan gaya berpikirnya.

Mayoritas anak memang lemah pada pemecahan masalah, tetapi lebih mudah menghapal.
Anak cerdas istimewa yang hanya 2 – 5 persen itu, memang kuat pada pemecahan masalah, tetapi kesulitan dalam hapalan.

Mudah-mudahan Mas Menteri Anies Baswedan memahami masalah ini….

Foto : Koleksi pribadi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun