Mohon tunggu...
Gifa Farabi
Gifa Farabi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang

Mahasiswa Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Self Awareness dalam Pengamalan Ajaran Islam di Era Digital

7 Juli 2021   08:30 Diperbarui: 7 Juli 2021   08:32 451
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Era digital memberikan kita semua kemudahan dalam berbagai aktivitas. Banyak  hal yang dapat kita dapatkan sambil bersantai dengan memanfaatkan gadget yang hanya sebesar telapak tangan dan dapat dibawa kemana - mana. Fasilitas yang ada di era digital semakin meluas dan dipakai banyak orang sejak adanya pandemi Covid-19. kita menggunakan gawai, laptop dan internet pada Hampir sebagian besar aktivitas yang memerlukan interaksi. Mulai dari berbelanja , rapat dengan rekan kerja hingga dunia pendidikan yang semulanya tenaga pendidik harus datang ke sekolah, kini mereka cukup mengajar melalui platform online yang tersedia guna menghindari persebaran virus Covid -19.

Era digital memang memberi banyak kemudahan untuk menemukan berbagai hal. akan tetapi, kemudahan yang ditawarkan justru dapat membuat diri kita terbawa arus karena melihat pemasaran yang media berikan. Saat kita menggunakan berbagai jenis media sosial, sangat mudah untuk melihat berbagai hal yang menarik untuk kita miliki. Misalnya ketika kita menggunakan media sosial, kita akan mendapati banyak iklan atau orang yang menunjukan pencapaian dan barang yang mereka miliki. Ketika kita melihat barang atau pencapaian orang yang di media sosial seperti kecantikan yang orang lain miliki dan  kemewahan yang orang lain raih,, hal itu adalah stimulus visual yang akan terekam dalam memori jangka pendek kita ( short-term memory). 

 

Apabila kita tertarik dan memberikan atensi lebih lanjut terhadap hal tersbut, hal itu akan tersimpan dalam memori jangka panjang kita ( long-term memory). kemudian menetap dalam pikiran kita sehingga sangat mudah untuk ingatan dan keingian memiliki barang atau pencapain orang lain mucul dalam benak kita. Ketika seseorang melakukan aktivitas yang melibatkan ingatannya, hipokampus pada otak bermain peran yang cukup besar disana.

 Beberapa peneliti menemukan bahwa hipokampus pada otak kita lah yang berperan ketika menerima suatu informasi yang berkait dengan ingatan. Hal ini dibuktikan dengan melihat aktivitas neuron pada hipokampus yang lebih aktif saat individu melakukan aktivitas yang melibatkan memori mereka. Pada beberapa kasus orang yang mengalami kerusakan pada hipokampus, orang tersebut  akan mengalami kesulitan  dalam membentuk  memori jangka panjang, memori spasial dan memori deklartif ( Kalat, 2010 )

Setelah otak kita mendapat stimulus visual dari apa yang kita lihat di media sosial dan menetap dalam ingatan kita akan muncul presepsi. Menurut Alva Neo ( dalam Iskandar, 2011) persepsi adalah interpretasi dan penafsiran terhadap stimulus yang individu terima. Apabila kita berbicara persepsi, maka kita berbicara pemaknaan stimulus pada individu bukan stimulus itu sendiri.  persepsi akan muncul dengan bentuk yang sesuai berdasarkan apa yang pernah seorang individu alami, maka setiap orang akan memiliki persepsi yang berbeda dengan orang lain meski objek yang dilihat sama.

Misalkan ada seseorang yang pernah dijauhi temannya karena tidak memiliki gadget yang sedang populer saat itu. Kemudian ketika ia melihat di media sosial ada orang lain yang memiliki gadget yang sedang populer itu  Orang tersebut dapat  memiliki persepsi bahwa  gadget tersebut adalah barang yang harus dimiliki. ia akan menjadi terkenal dan dianggap oleh lingkungan sosialnya setelah memiliki gadget tersbut. Dari sini kemudian muncul pemikiran “ saya harus memiliki gadget itu!” persepsi ini muncul karena stimulus yang ia lihat di media sosial mengingatkannya pada peristiwa ketika ia dikucilkan oleh temannya.. Berbeda halnya dengan orang yang tidak pernah dikucilkan oleh temannya karena tidak memiliki gadget yang populer, ia akan cenderung mengabaikan dan menganggap sama saja baik ia memiliki gadget itu atau tidak.

Pada orang pertama, pemikiran bahwa ia akan menjadi populer dan dianggap oleh lingkungan sosialnya bila memiliki gadget yang populer saaat itu dapat menodorongnya untuk bertindak tidak baik demi mendapatkan barang yang ia inginkan. Tetapi hal tersebut dapat dihindari ketika ia memiliki kesadaran akan dirinya ( Self Awareness ). Courtney (2021) melalui positivepsychology.com berpendapat bahwa Self  Awareness adalah kemampuan untuk melihat diri sendiri secara jernih melalui refleksi dan introspeksi. Self Awareness dapat dimulai dengan bertanya pada diri kita seperti “ apa yang benar benar saya butuhkan?” , “ apa sebenarnya yang membuat saya merasa seperti ini?”, “ apakah benar saya tidak akan memiliki teman yang baik bila tidak memiliki gadget tersebut?” dan pertanyaan sejenis lainnya dengan tujuan mengenali diri kita maupun lingkungan di sekitar kita.

Dengan Self Awareness  kita dapat menyadari apa sebenarnya yang sedang kita alami. Sehingga persepsi yang muncul tidak akan menjadi pemicu kita untuk mengikuti keinginan yang belum tentu baik untuk diri kita di kemudian hari. Ketika kita mengenal diri kita  dan lingkungan sekitar, kita akan memilih hal yang bermanfaat  untuk diri kita saja dan membuang stimulus negatif yang  kita terima dari luar diri kita. Secara tidak langsung hal itu akan memberikan efek positf dalam hidup kita.

Dalam ajaran islam, kita sebenarnya juga dituntut untuk memilah hal baik dan buruk dalam hidup kita baik stimulus dari luar atau respon dari dalam diri kita terhadap stimulus tersebut.  Rasulullah SAW bersabda :

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهْ عَنْهُ قَالَ، قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّي اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ .مِنْ حُسْنِ إِسْلَامِ المَرْءِ  تَرْكُهُ مَا لَا يَعْنِيهِ ( رواه الترميذي )

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun