Mohon tunggu...
Giens
Giens Mohon Tunggu... Penulis - freelancer

I like reading, thinking, and writing.

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Koalisi Prematur untuk Pilpres Putaran Kedua, Emang Boleh Selucu itu?

17 Januari 2024   15:18 Diperbarui: 17 Januari 2024   15:42 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: Pixabay

Sejak stand up comedy masuk sebagai komponen kampanye capres, dinamika politik Indonesia semakin menggelikan. Mungkin imbas acara debat pilpres dan atau menindaklanjuti hasil survei internal, kubu paslon 03 (Ganjar-Mahfud) "terang-terangan" menyatakan terbukanya kemungkinan berkoalisi dengan kubu paslon 1 (Anies-Muhaimin) jika nantinya pilpres 2024 berlangsung 2 putaran.

Memang lucu. Mengingat coblosan untuk putaran 1 saja belum dilaksanakan. Wacana koalisi untuk putaran kedua sejak sekarang menunjukkan adanya keyakinan kalau salah satu di antara mereka (01 atau 03) akan tersingkir di putaran pertama. Lalu, yang bersedia tersingkir duluan yang mana?

Soal keinginan berkoalisi di putaran kedua itu biasa saja. Wajar. yang tidak wajar itu kalau waktunya kepagian. Prematur. Untuk saat ini, pembicaraan ke arah koalisi di putaran kedua lebih tepat dilakukan secara rahasia. Kalau disuarakan secara terbuka, wacana itu bisa membingungkan para pendukungnya.

Mungkin kubu kedua paslon terpedaya oleh adanya "chemistry" saat debat capres ketiga. Capres 01 dan 03 terlihat kompak bekerja sama menghadapi paslon 02. Kalau secara komentar juri Audisi Pelawak Indonesia (API) zaman dulu: Capres 01 dan 03 itu tek-tok-nya bagus. Merasa puas dan menganggap strateginya efektif, maka muncullah keinginan untuk secepatnya berkolaborasi. Mumpung kedua kubu terlihat rukun bersatu. Tapi itu fatal secara elektoral.

Karena coblosan pilpres putaran pertama belum berlangsung. Suara yang diklaim milik paslon 01 dan 03 belum secara nyata mereka miliki. Rakyat belum memilih. Bisa saja yang semula mantap mendukung 01 atau 03 akan berubah pikiran karena perubahan kebijakan kubu paslon yang mereka dukung.

Mengingat ceruk suara paslon 01 dan paslon 03 itu berbeda. Memang ada yang beririsan, tetapi sebagian bertolak belakang. Maksudnya, ada yang mendukung paslon 01 tapi anti dengan (kubu) paslon 03. Ada juga yang mendukung paslon 03 tapi anti dengan (kubu) paslon 01. Apa mungkin para pendukung paslon 03 bisa diarahkan untuk memilih paslon 01 di putaran kedua? Apa mungkin pendukung paslon 01 mau diarahkan untuk memilih paslon 03 di putaran kedua?

Boro-boro untuk putaran kedua. Untuk mencoblos di putaran pertama saja bisa jadi mereka sudah ilfil. Merasa dipermainkan. Tak mengherankan kalau ada yang akan menarik dukungan. Belum tentu mengalihkan dukungan ke paslon lain (paslon 02), bisa jadi mereka memilih untuk golput bahkan sejak putaran pertama. Siapa yang rugi?

Saya jadi ingat pernyataan Kaesang Ketum PSI tentang positioning para paslon. Kurang lebih ia menyatakan kalau 01 mengusung isu perubahan, 02 mengusung isu keberlanjutan, sementara 03 masih membingungkan. Dengan adanya wacana koalisi (prematur) antara 01 dan 03 untuk pilpres putaran kedua, bisa disimpulkan paslon 03 akhirnya akan mengusung isu perubahan; melebur dan mengikuti komando kubu 01.

Dengan memamerkan wacana koalisi untuk pilpres putaran kedua itu kesannya kubu 01 memasang jebakan untuk kubu 03. Karena kalau lah nanti suaranya sama-sama turun akibat pendukungnya eksodus atau memilih golput sejak putaran pertama, penurunan suara paslon 03 akan lebih besar daripada penurunan suara paslon 01. Karena pemilih paslon 01 cenderung lebih militan daripada pemilih paslon 03.

Kita tahu, hampir semua survei menempatkan paslon 02 sebagai pemuncak, sementara paslon 01 dan 03 cenderung berimbang perolehan suaranya. Jadi, kalau penurunan suara (dibanding hasil survei) paslon 03 lebih besar daripada penurunan suara paslon 01 saat coblosan putaran pertama, hampir bisa dipastikan kalau yang akan jadi runner up adalah paslon 01. Paslon 03 tersingkir, kena slepet.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun