Mohon tunggu...
Giens
Giens Mohon Tunggu... Penulis - freelancer

I like reading, thinking, and writing.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Socmed Catastrophe

0
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: Pixabay

Cwet...cwet!

Suara doorbell.mp3 menyeruak dari ponsel Indri. Itu suara khusus notifikasi dari aplikasi Whatsapp yang menunjukkan adanya kiriman baru dari grup yang diikutinya. Sebenarnya bukan sengaja diikutinya, lebih tepat dikatakan menyertakan nomor ponselnya sebagai anggota. Ini yang kesekian belas kalinya pagi ini.

Indri tertegun masygul. Setelah sejenak menunggu dengan keraguan, diraihnya ponsel di atas meja setrikaan. Layar ponsel yang masih gelap segera diaktifkannya.

"Hemh.. ini lagi!" rutuknya sebal. Postingan baru itu sebenarnya berisi doa-doa pagi yang sophisticated. Bukan karena tak setuju dengan isi doa itu, Indri hanya bosan karena postingan seperti itu sudah berpuluh kali didapatnya. Apa kesimpulannya kalau bukan sekadar copas belaka? Dan Indri tidak suka dengan doa yang kesannya sekadar formalitas. Ia menganggapnya doa-doa tak berjiwa.

Berdoa kok di media sosial, memangnya berdoa pada siapa? Sudah pada merasa jadi teman Tuhan-kah?

Cwet..cwet!

Bunyi lagi. Berkali-kali. Hanya untuk mengantar puluhan kiriman berintikan sama, yaitu "amin". Sebagian berupa emoticon jempol tangan kiri. Dan sticker aneka variasi, tentu saja.

Huft! Nggak penting banget! keluh Indri. Bukan karena tak mau berempati pada kesalehan teman-teman. Baginya itu terasa lebay dan basi karena hampir selalu begitu setiap pagi. Dengan lincah ditekan-tekannya layar ponsel hingga akhirnya seluruh pesan di grup itu terhapus semua.

Itu grup teman sekolahnya. Teman-teman SMA Abang Biru yang sudah lulus bersamanya sepuluhan tahun lalu. Awalnya asik bertemu dalam grup WA, tapi lama-lama membosankan juga. Yang awalnya manis lama-lama terasa getirnya. Yang awalnya basa lama-lama terasa basi dan masamnya. Memang, segala sesuatu yang berlebihan biasanya tidak mengenakkan. Say hello, bernostalgia, fine-fine aja. Tapi begitu mulai tanya-tanya ini itu, si ini si itu, maka pembahasan menjurus ke ranah pribadi yang faktanya tak lagi sendiri seperti saat sekolah. Menyebalkan. Apalagi ada yang tiba-tiba membuat kegiatan dan nodong donasi pula, arghh.

Cwet..cwet!

"Teman-teman, kita ada rencana bezoek mertua teman kita Jito (Gepeng) di rumah sakit umum di dekat SMA kita. Yang berkenan silakan titip ke rekening Susan norek: 000-000-000-09. Ditunggu sampai jam 9."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun