Mohon tunggu...
Giens
Giens Mohon Tunggu... Penulis - freelancer

I like reading, thinking, and writing.

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Kalau Pemilu Ulang, Prabowo Lawan Kotak Kosong Saja

14 Juni 2019   23:02 Diperbarui: 14 Juni 2019   23:08 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Sidang sengketa pemilihan presiden 2019 sudah dimulai. Pihak capres-cawapres yang oleh KPU dinyatakan kalah suara berusaha membalik keadaan melalui Mahkamah Konstitusi (MK). Kalau bisa berbalik jadi pemenang, kalau tidak ya minimal hasilnya dianulir, tidak diakui; pokoknya apapun asalkan lawannya tidak jadi menang. Dengan demikian, meski sekadar wacana atau diwacana-wacanakan, pemilu ulang (pemilihan presiden) bukan hal yang terlalu mustahil dilaksanakan.

Yang menggugat ke MK adalah kubu pasangan calon (paslon) 02 Prabowo Subianto -- Sandiaga Uno. Yang digugat adalah Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang hasil perhitungan suaranya menghasilkan kemenangan bagi kubu paslon 01 Joko Widodo - Maruf Amin.

Semula asumsinya telah terjadi kecurangan yang terstruktur-sistematis-masif yang dilakukan pihak paslon 01 hingga akhirnya memenangkan pemilihan presiden. Tapi akhirnya merembet ke mana-mana. Wajar saja. Namanya usaha. Intinya, kubu 02 meminta paslon Prabowo-Sandi dimenangkan dalam pilpres 2019. Kalau tidak, mereka menuntut pemungutan suara ulang yang jujur dan adil. Ini susah-susah gampang, lebih banyak susahnya. Karena tentu saja mereka hanya mengakui pemungutan suara itu jujur dan adil kalau pihak mereka yang menang. Konon memang seperti itulah postulat standar para pemilik "akal sehat".

Apapun itu, andaikan terpaksa diadakan pemungutan suara ulang, saya menyarankan untuk menghadapkan Prabowo-Sandi dengan kotak kosong saja. Jangan dengan Jokowi-Maruf Amin. Ini sebuah strategi supaya "kerumitan" yang sama tidak terulang lagi. Kita persilakan kubu Prabowo Sandi untuk meyakinkan rakyat bahwa mereka benar-benar dibutuhkan Indonesia, bahwa mereka benar-benar paham solusi atas berbagai masalah yang mereka katakan membawa Indonesia ke jurang kehancuran, dan mereka mampu untuk mengeksekusi solusi tersebut.

Dengan menghadapkan Prabowo-Sandi dengan kotak kosong, rakyat tidak perlu lagi membandingkan prestasi Jokowi dengan Prabowo karena memang tidak apple to apple. Rakyat bisa fokus untuk menyoroti profil Prabowo-Sandi sebagai pasangan calon pemimpin, termasuk menyoroti keharmonisan keluarganya. Apakah paslon itu benar-benar idaman rakyat atau sekadar ekspresi keputus-asaan suatu golongan atas kepemimpinan Jokowi sang petahana.

Karena memang ada sebuah anekdot yang beredar saat kampanye pilpres 2019, yaitu: orang pilih 01 karena suka Jokowi, orang pilih 02 karena benci Jokowi. Fokusnya hanya (pihak) Jokowi. Prabowo dipilih hanya akarena bukan Jokowi. Dengan menghadapkan Prabowo-Sandi dengan kotak kosong, akan terbukti apakah anekdot itu valid atau tidak. Anekdot itu mungkin valid jika ternyata Prabowo-Sandi kalah suara oleh kotak kosong.

Memang, kotak kosong itu secara tidak langsung merepresentasikan paslon 01. Kalau kotak kosong yang menang, paslon 01 yang akan dilantik sebagai presiden dan wakil presiden 2019 -- 2024. Tapi efek psikologisnya berbeda. Dengan memilih satu di antara paslon Prabowo-Sandi atau kotak kosong, rakyat benar-benar dapat berpikir lebih jernih, tidak terganggu dengan berbagai hoax rasis maupun SARA yang sebelumnya masif dialamatkan pada paslon 01. Rakyat dapat lebih fokus pada profil paslon Prabowo-Sandi, fokus pada kebaikan, integritas, dan kualitasnya.

Dengan demikian, rakyat dapat lebih realistis memutuskan apakah Prabowo-Sandi benar-benar layak memimpin Indonesia atau tidak, omongannya bisa dipercaya atau tidak, tingkah lakunya layak diteladani atau tidak, mementingkan kepentingan bangsa di atas kepentingan pribadi dan golongannya atau tidak. We'll see.

--

Sedikit flashback, berhadapan dengan kotak kosong sebenarnya pernah dialami Jokowi meski tidak secara resmi. Tagar 2019GantiPresiden tak lain merupakan analogi kotak kosong yang dihadapkan pada  Jokowi bahkan jauh sebelum masa kampanye. Semua pendukung tagar itu bisa fokus menyerang Jokowi tanpa perlu repot membela atau mempertahankan profil siapapun. Karena memang calon lawan Jokowi waktu itu belum ditetapkan. Tak jelas jenis kelaminnya apa. Laki-laki atau bukan, perempuan atau bukan, sama-sama tak jelasnya. Mungkin juga wadam. Bisa jadi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun