Mohon tunggu...
Sugie Rusyono
Sugie Rusyono Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis merupakan ritus keabadian

Hobby menulis, Korda Akademi Pemilu dan Demokrasi Kabupaten Blora

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ada yang Tidak Kembalikan Buku

26 Mei 2020   21:18 Diperbarui: 26 Mei 2020   21:16 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Bangunan rumah kelahiran Pramoedya Ananta Toer yang ada di ujung Jl Sumbawa Blora kini telah berubah. Meski demikian tetap masih menampakkan keasliannya.  Hanya beberapa bagian saja yang di percantik oleh Pemkab agar lebih bagus.  Ya... disudut rumah itulah ada yang namanya Perpustakaan PATABA (Pramoedya Ananta Toer Anak Semua Bangsa). 

Lukisan Pram dan beberapa tokoh nasional mendominasi di dalam ruangan Perpustakaan Pataba. Buku-buku koleksi tidak tertata dengan rapi, banyak yang bertumpukan dan bahkan beberapa buku kumpulan tulisan hasil lomba menulis pelajar juga dibiarkan bertumpuk dan tidak beraturan.

Kumpulan buku yang tidak rapi itulah memang sudah menjadi ciri dari Perpustakaan PATABA yang beralamat di Jl Sumbawa 40 Kelurahan Jetis Blora ini.  Justru karena itu, hampir setiap hari selalu saja ada masyarakat atau pelajar yang berkunjung dan meminjam salah satu koleksi buku yang ada di PATABA.   Tidak salah memang, beberapa buku karya Pramoedya Ananta Toer bisa kita temukan, selain itu juga memiliki sekitar 5.000 judul buku yang ada.

Keberadaan Perpustakaan PATABA tidak bisa dilepaskan dari sosok Soesilo Toer yang juga adik dari Pramoedya ini.  Dialah yang merawat buku-buku yang ada di PATABA. Sebuah ruangan yang tidak terlalu luas berada disamping rumahnya digunakan untuk perpustakaan itu dan bisa digunakan oleh masyarakat untuk mengali ilmu ataupun diskusi. Perpustakaan mulai berdiri sekitar tahun 2006 dengan koleksi buku pribadinya

Kemudian dengan ringan menceritakan bahwa berdirinya PATABA saat bertepatan dengan kematian kakaknya.  Pak Soes demikian biasa dipanggil mengatakan bahwa  ingin terus mengelorakan semangat membaca dan menulis dikalangan generasi muda sekarang. 

Sebab dengan sering membaca dan menulis maka dia akan menjadi sangat berarti. "Membangun Indonesia melalui menulis dan membaca itulah tujuan Pataba berdiri," jelasnya.

Dengan ringan Pak Soes berkisah, bahwa perpustakaan PATABA pernah dicap sebagai perpustakaan liar. Meski demikian dirinya tidak berkecil hati, justru karena dicap liar itulah ternyata banyak dicari dan dikunjungi oleh para pelajar, mahasiswa hingga akademisi.

Bahkan beberapa akademisi dari luar negeri kerap berkunjung ke PATABA bahkan menginap langsung di rumahnya. Mereka yang datang sangat senang sebab banyak buku-buku terbitan lama diperoleh serta informasi baru tentang Pram juga didapatkan.  

Nama Pram itulah nampaknya yang menjadikan PATABA menjadi magnet dan banyak dijujug oleh warga asing. "Kalau dihitung sudah empat benua yang berkunjung di PATABA, mereka ingin tahu lebih jauh tentang PATABA,"  beber Pak Soes yang sudah menerbitkan  beberapa buku ini.

Buku-buku yang ada, selain koleksi miliknya juga banyak yang berasal dari sumbangan masyarakat, sehingga saat ini ada sekitar 5.000 buku dan bila dengan majalah dan kliping koran bisa mencapai sekitar 25 ribu buku .  Banyaknya buku dan hanya dia sendiri yang mengurusnya itulah keadaan Perpustakaan PATABA memang jauh dari kesan perpustakaan, sebab tidak ada kataloq dan tidak tertata dengan rapi.

Tidak Kembali

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun