Mohon tunggu...
FIRRFIRA
FIRRFIRA Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kontroversi Antara Gojek dengan Ojek Konvensional

8 November 2017   17:08 Diperbarui: 16 November 2017   17:01 14390
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kemacetan membuat keuntungan pasar Gojek berkembang besar. Meski tarif yang tak menentu, banyak masyarakat mengandalkan ojek sebagai transportasi sehari-hari.

Ojek konvesional adalah sebuah komunitas, sebuah paguyuban para tukang ojek. Disana ada aturan-aturan yang tak tertulis yang berlaku seperti ada antrian, ada bagi-bagi rejeki dan ada pelanggan-pelanggan lokal. Sering kali keributan terjadiketika ada tukang ojek dadakan yang merebut penumpang tanpa mau antri atau bergabung dengan pangkalan tersebut.

Tahun 2011, Gojek (Ojek Online) hadir di indonesia untuk mendorong perubahan sektor transportasi informal agar dapat beroperasi secara profesional. Manajemen Gojek menerapkan sistem bagi hasil dengan pengemudi ojek yang berada dibawah naungannya. Pembagiannya ada 80% penghasilan untuk pengemudi ojek dan 20% untuk Gojek. Saat ini anggotanya sudah mencapai sekitar 1000-an. 

Gojek menawarkan 4 jasa layanan yaitu instant Courier (pengantar barang), Transport (jasa angkutan), Shopping (belanja) dan Corporate (kerjasama perusahaan untuk jasa kurir) yang menekankan keunggulan dalam kecepatan, inovasi dan interaksi sosial. Para pengguna Gojek, harus mengunduh gojek Mobile App dari hp mereka, baru mereka bisa memesan layanan Gojek. Para Gojek dengan mudah mendapatkan konsumen karena sudah mengandalkan kemajuan teknologi, tanpa harus nongkrong menunggu.

Gojek kemudian merebat menjadi salah satu kata topik yang bermunculan di berbagai media. Tetapi, yang lebih mengemuka saat ini adalah adanya konflik antara Gojek dengan ojek konvesional. Keberadaan layanan gojek di kota Semarang mulai memicu konflik. Suara penolakan terhadap Gojek mulai mengalir dari para pengemudi ojek konvesional. Konflik yang terjadi antara pengemudi Gojek dengan ojek konvesional karena sumber ekonomi. Hal ini terjadi karena adanya kecemburuan sosial oleh pengemudi ojek konvesional, mereka merasa sumber memperoleh uang mereka diambil oleh pengemudi ojek.

Namun dengan adanya ojek online banyak masyarakat yang beralih untuk menggunakan ojek online. Saya mencari tahu mengapa masyarakat lebih memilih menggunakan layanan ojek online dibanding ojek konvesional

  • Tarif lebih terjangkau
  • Tarif gojek ditentukan oleh aplikasi yang sudah diatur dari perusahaan ojek online tersebut yang tidak membuat rugi pengemudi dan pelanggan.
  • Pelayanan yang profesional
  • Selain menyediakan helm bagi pengendara dan penumpang (lengkap dengan masker), gojek juga melengkapi supir-supirnya dengan perangkat yang menunjang pemesanan dan aktivitas lainnya
  • Diskon dan harga promosi
  • Semua orang suka diskon, ini yang digunakan oleh Gojek untuk menarik masyarakat
  • Tidak perlu ke pangkalan
  • Aplikasi gojek memungkikan pengguna untuk memesan ojek tanpa harus ke pangkalan. Mereka bisa mendapatkan ojek dimanapun dan kapan pun.

Tak lama, akhir akhir ini masyarakat di hebohkan dengan adanya demo. ojek konvesional mengadakan demo di sekitar stasiun poncol Semarang, pengemudi ojek online yang ikut dengan perusahaan gojek untuk segera keluar dari perusahaan ojek online tersebut. Semakin lama semakin memanas, sehingga ada batasan untuk ojek online mengantar penumpang ke staisun poncol. 

Sistem batas mengantar penumpang ke sarana transportasi umum ini tidak hanya berlaku di stasiun saja, bahkan seperti di bandara dan terminal pun diberlakukan sistem yang sama hingga saat ini. Konflik seperti ini justru membahayakan penumpang tidak salah apa apa namun terkena dampak dari konflik ini.

Lebih jauh bahkan di dalam realitas banyak Gojek yang menghadapi serangan secara fisik dengan penghadangan ketika memasuki wilayah tertentu. Disamping itu mulai bermunculan baliho-baliho berisik penolakan dimasukinya wilayah oleh Gojek. Terjadinya penentangan ojek konvesional ini berpontensi membuka konflik di antara mereka jika tidak dicegah dan dicarikan jalan keluarnya. Oleh karena itu pemerintah seharusnya tidaklah terlambat hadir menyelesaikannya.pemerintah dalam konteks ini dapat berperan sebagai penengah dan bertindak adil di antara yang berseteru ini dengan tujuan mencari solusi keseimbangan kepentingan antara pihak-pihak yang berbeda ini.

Nama : Anindita Titis DR

NIM : A15.2017.00866

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun