Mohon tunggu...
Ghilan Hafizh
Ghilan Hafizh Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Hubungan Internasional di Universitas Brawijaya

Halo salam kenal selamat datang di blog ini. Nama saya Ghilan Hafizh Khusnudin, akrab dipanggil Ghilan. Saya merupakan mahasiswa yang aktif di berbagai organisasi seperti Himpunan Mahasiswa Hubungan Internasional (HIMAHI) dan juga tergabung dalam Lembaga Pers Mahasiswa Perspektif Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Brawjaya. Jangan lupa untuk klik tombol like jika suka dengan tulisan saya dan tentunya komentar apapun akan saya terima. Terimakasih jangan lupa untuk mampir terus di blog saya !

Selanjutnya

Tutup

Diary

Mengukir Memory

21 Agustus 2023   09:00 Diperbarui: 3 September 2023   10:12 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Bersama dengan Warga Desa Pada Saat Acara Perpisahan Sumber: Dokumentasi Kelompok MMD 104 Universitas Brawijaya

Tepat hari ini terhitung sudah 30 hari aku meninggalkan desa kecil tempatku melaksanakan KKN. Sebuah desa kecil yang terletak di Kabupaten Malang, sebuah desa yang terasa sangat asing bagiku yang dalam benakku akan terasa sangat sulit untuk tinggal disana jika dibandingkan dengan kehidupan di kota. Tepat 30 hari dimana aku merasakan dilepas untuk melanjutkan pendidikan oleh keluarga yang semula aku bahkan tidak kenal mereka siapa. Tepat 30 hari dimana aku merasakan hangatnya lingkungan desa, hangat bukan berarti hawanya namun hangat lingkungannya, ramah warganya, serta merasa dihormati ketika berada disana.Namun ternyata hari itu menjadi salah satu hari tersedihku yaitu ketika harus melanjutkan pendidikan dan meninggalkan warga desa yang sudah kukenal akrab itu terutama pemilik rumah, mas Agung namanya. Beliau orang yang sangat dermawan dan mau membimbing kami sebagai adik-adiknya, ya beliau memanggil serta menganggap kami seperti adik-adiknya sendiri. Ternyata 30 hari yang lalu juga menjadi salah satu hari terberatku dimana aku harus berpisah sementara dengan teman-teman kelompokku yang sudah kukenal satu-persatu wataknya, ada yang suka berbagi, ada yang suka tidur, ada yang jago memasak, bahkan ada juga yang sifatnya sangat bertolak belakang denganku.

 Padahal pada saat hari pertama aku diberangkatkan rasanya berat sekali hati ini untuk ikhlas menjalankan program KKN yang dalam benakku akan terasa menyusahkan, penuh dengan kesulitan, jauh dari kehidupan kota, dan bahkan dalam benakku ketika sudah samapi tujuan ingin rasanya untuk kabur dari desa. Namun desa tujuanku ternyata membuktikan itu semua salah, justru hati ini dibuatnya sangat rindu sekali dengan lingkungan desa dan warganya terutama mas Agung sang pemilik rumah. Lucu sekali hati ini sangat mudah dibuatnya berubah-ubah semudah itu, yang semula benci menjadi rindu.

Tidak banyak memang program yang kukerjakan untuk desa itu yang rasanya aku sangat sesalkan di hari ini karena tidak memanfaatkan waktu dengan maksimal ketika berada di desa. Namun rasanya banyak sekali kebaikan-kebaikan yang menyertai selama aku tinggal di desa itu, terutama dari warganya. Tidak hanya sebatas sepiring nasi yang diberikan jauh daripada itu ada ilmu yang diberikan yang lebih bermanfaat ketimbang seporsi nasi. Ilmu yang tidak akan pernah kudapatkan selama di bangku perkuliahan, ilmu yang tidak akan pernah kudapatkan dalam organisasi, dan ilmu yang tidak akan pernah kudapatkan melainkan didapat dari desa itu sendiri yaitu kekeluargaan, gotong royong, dan juga kepekaan terhadap lingkungan yang tinggi.

Memang 3 kata itu terasa tidak asing bagi kita seorang mahasiswa yang tiap hari di cekoki hampir lebih dari 20 SKS selama kurang lebih 6 jam. Namun 3 kata itu tidak akan pernah kalian temui melainkan di desa. Lingkungan yang hanya terdiri dari individu-invidu yang sama saja dengan lingkungan di kota namun karakteristiknya yang berbeda. Lingkungan seperti itu yang membuatku merasa nyaman di desa. Setiap pagi memberi dan diberi senyuman dari tiap-tiap warga desa, bahkan hanya sekedar disapa pun terasa begitu spesial bagiku.

Salah satu memory yang tidak akan pernah kulupakan sampai kapanpun itu. Bahkan ingin rasanya kuputar waktu untuk terus menghabiskan hari bersama warga desa. Kini tidak ada rasa penyesalan sedikitpun dalam hatiku hari ini, tidak ada rasa rugi sedikitpun bagiku hari ini setelah 30 hari meninggalkan desa itu. Rasanya semangat menempuh pendidikan itu kembali terisi seperti maba dulu, seperti disaat ibuku memberikan pesan padaku untuk selalu mengejar cita-cita dan impianku. Mungkin memang 30 hari yang lalu merupakan hari dimana aku meninggalkan desa itu, namun bukan berarti 30 hari yang lalu aku memutuskan untuk melupakan dan membuang memoryku.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun