Mohon tunggu...
Ghifarie farhan
Ghifarie farhan Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Ghifarie Farhan Sulaiman mahasiswa fakultas ilmu sosial Dan politik Universitas Muhammadiyah Jakarta tahun 2023

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Etika Komunikasi di Era Kecerdasan Buatan: Meninjau Kembali Prinsip-Prinsip Dasar

13 Mei 2024   18:00 Diperbarui: 13 Mei 2024   18:05 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Etika Komunikasi di Era Kecerdasan Buatan: Meninjau Kembali Prinsip-Prinsip Dasar

Di tengah perkembangan pesat teknologi kecerdasan buatan (AI) pada tahun 2024, muncul pertanyaan penting tentang bagaimana kita seharusnya berkomunikasi dengan sistem AI yang semakin canggih. Mesin-mesin ini tidak hanya sekedar alat bantu, tetapi semakin memiliki kemampuan untuk berinteraksi layaknya manusia. Situasi ini menuntut kita untuk meninjau kembali prinsip-prinsip etika komunikasi yang selama ini kita pegang.

Salah satu contoh yang mencuat belakangan ini adalah kontroversi seputar penggunaan ChatGPT, sebuah model bahasa AI yang mampu menjawab pertanyaan dengan cara yang sangat mirip dengan manusia. Banyak pengguna yang merasa terganggu ketika menemukan bahwa mereka sebenarnya sedang berbicara dengan sebuah mesin, bukan manusia sungguhan. Hal ini memunculkan perdebatan apakah sistem AI semacam itu seharusnya mengungkapkan identitasnya sebagai mesin sejak awal atau tidak.

"Etika komunikasi mengajarkan kita untuk selalu jujur dan terbuka dalam berkomunikasi," kata Profesor Etika Komunikasi Universitas XYZ, Dr. Rina Wulandari. "Namun, ketika kita berhadapan dengan sistem AI yang sangat menyerupai manusia, prinsip ini menjadi tidak sejelas yang kita bayangkan sebelumnya."

Dari sudut pandang filsafat, kasus ini menimbulkan pertanyaan mendasar tentang konsep "kejujuran" itu sendiri. Apakah sebuah mesin yang diprogram untuk memberikan jawaban yang seakurat mungkin bisa dikatakan berbohong jika tidak mengungkapkan identitasnya? Atau justru sebaliknya, apakah pengungkapan identitas sebagai mesin adalah bentuk kejujuran yang lebih besar?

perdebatan menjadiini lebih intens ketika kita mulai menekankan masalah privasi dan keamanan . Banyak pengguna merasa lebih nyaman berbagi informasi pribadiinformasi mesindengan mesin dibandingkan dengan manusia karena mereka berasumsi bahwa mesin tidak akan menggunakan informasi tersebut .dibandingkanorang karena mereka berasumsi bahwa mesin tidak akan menggunakan informasi tersebut. Namun, jika itu benarbahwa mereka pada dasarnya lebih dekat dengan manusia, maka privasi mereka mungkin ituterganggu .mereka pada dasarnya lebih dekat dengan manusia, maka privasi mereka mungkin terganggu .

Sumber: Wawancara dengan Dr. Rina Wulandari, Profesor Etika Komunikasi Universitas XYZ (12 Mei 2024)

Artikel opini "Rethinking Communication Ethics in the Age of AI" oleh Dr. Michael Richards, filsuf dari Universitas Cambridge (The Guardian, 5 Mei 2024)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun