Mohon tunggu...
Ghery Helwinanto
Ghery Helwinanto Mohon Tunggu... Mahasiswa - Librarian

Membaca memiliki banyak tujuan seperti mencari arah ke tempat tujuan, mencari arti dari suatu kata, mencari penjelasan dari suatu kejadian, dan lain-lain. Membaca juga tidak melulu soal buku, bisa juga koran, majalah, artikel ilmiah, artikel berita, peta, kamus, hingga bibliografi.

Selanjutnya

Tutup

Film

4 Cara Mengakhiri Sebuah Kisah Fiksi

9 April 2023   21:23 Diperbarui: 11 September 2023   17:28 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.giantfreakinrobot.com/wp-content/uploads/2022/09/never-ending-story-900x506.jpg

Dimana ada awal perjalanan, maka disitulah juga terdapat akhir dari perjalanan tersebut. Buat kamu yang familiar dengan hiburan seperti film, drama, series, anime atau membaca novel, kamu pastinya sudah tahu kalo sebuah akhir cerita adalah titik akhir pula dari perjalanan panjang itu sendiri. Terlepas dari kamu suka atau ngga, sebuah cerita harus berakhir. Ngomong-ngomong soal berakhir, ending setiap cerita memiliki banyak macamnya. Sebagai contoh, ending cerita dapat seperti Aragorn dari franchise Lord Of The Rings yang berhasil menjadi Raja Gondor dan menikahi Arwen, Arima Kousei yang kembali bermain piano setelah meninggalnya Kaori Miyazono, Uzumaki Naruto yang akhirnya menjadi Pak Kades atau Eren Yeager yang memutuskan untuk memulai rumbling.

Secara umum, kita sangat kenal dengan happy ending dan bad ending. Happy yang menunjukkan akhir bahagia dan bad ending yang pastinya hal yang buruk terjadi di akhir cerita. Happy ending cukup mudah untuk dikenali dan mungkin kalo aku jelasin secara sederhana, akhir cerita ini terjadi ketika masalah dan beban hidup seorang protagonis selesai dan mendapatkan kebahagian yang selama ini dia dambakan, serta mungkin juga tercapai semua yang dicita-citakannya di akhir cerita.

Kenyataannya setiap protagonis harus memiliki kedua hal berikut ini, yaitu Want dan Need. Dengan dua hal itu, protagonis dapat membawa plot bergerak ke arah cerita yang menentukan akhir cerita itu sendiri. Want adalah tujuan eksternal, umumnya bersifat spesifik, seperti keinginan protagonis untuk memenangkan sebuah kompetisi atau mendapatkan hati gadis pujaannya. Need adalah tujuan internal yang tidak diketahui oleh sang protagonis, tapi bersifat universal. Perbedaan antara kedua hal tersebut bakal aku bahas di postingan lainnya. Seperti artinya dalam bahasa Indonesia, kata "want" diartikan sebagai keinginan dan kata "need" berarti kebutuhan. Ada yang pernah bilang di kehidupan sehari-hari bahwa "apa yang kita inginkan belum tentu apa yang kita butuhkan". Oleh karna itu, kita harus memutuskan apa yang harus dilakukan. Kata-kata bijak itu berlaku pula di dalam kehidupan protagonis dalam artian bahwa protagonis bisa memiliki keinginan untuk diwujudkan ataupun kebutuhan yang harus dipenuhi ataupun memiliki keduanya. Protagonis sama-sama menentukan nasib hidupnya sendiri di dalam sebuah cerita yang mana nantinya akan berdampak pada akhir cerita. Konsep itulah yang akan membawa kita ke dalam 4 macam cara sebuah cerita akan berakhir. Mirip seperti kudapan, ending memiliki rasanya sendiri-sendiri, berikut adalah macam-macam ending cerita :

1. Sweet Ending

Sweet ending biasanya dapat diperoleh saat want dan need sama-sama terpenuhi. Dengan kata lain, apa yang dinginkan oleh protagonis terwujud dan kebutuhannya terpenuhi. Sebagai contoh, ada seorang protagonis yang memiliki keinginan spesifik untuk memenangkan lomba memasak. Dia mulai berlatih dan mengikuti kontes memasak. Namun, protagonis ini memiliki trust issue dan sulit percaya terhadap orang lain. Masalah tersebutlah yang menjadikan sang protagonis perlu untuk berubah dan harus belajar untuk percaya kepada orang lain. Kebutuhan untuk berubah menjadi orang yang lebih terbuka dan dapat mempercayai orang lain inilah yang disebut sebagai need. Dalam sebuah sweet ending, sangat diperlukan rintangan agar cerita tersebut tidak menjadi terlalu perfect. Rintangan dalam cerita tersebut dapat bersifat eksternal, seperti kejadian tak terduga yang memaksa sang protagonis untuk berimprovisasi dalam memasak dan menggunakan bahan-bahan alternatif, kesulitannya dalam mempelajari masakan Perancis atau terdapat antagonis yang sering memenangkan kontes memasak dan menjadi lawannya dalam kontes memasak kali ini. Secara garis besar, rintangan yang dimasukkan ke dalam cerita dapat bervariasi namun konflik utama harus berdasarkan pada need. Masih berhubungan dengan need, cerita dapat dibuat dengan memaksa protagonis untuk bekerja sama dengan orang lain sehingga secara tidak langsung protagonis harus berubah sepanjang perjalanan cerita untuk menjadi orang yang mampu mengatasi masalah trust issue yang dimilikinya pada awal cerita dimulai. Sebagai hasilnya, protagonis dapat memenangkan kontes memasak dan berubah menjadi orang yang lebih terbuka, serta mendapatkan cinta sejatinya.

2. Semi-sweet Ending

Ending tipe ini cukup sering dijumpai, terutama di film-film barat. Salah satu indikasi sederhana dari semi-sweet ending adalah akhir cerita yang masih merujuk pada happy ending meski keinginan yang diharapkan sang protagonis tidak terwujud. "Kadang kita tidak mendapatkan apa yang kita inginkan". Ucapan itu sangat mencerminkan ending tipe ini. Meski tidak mendapatkan apa yang diinginkan oleh sang protagonis, karakter tersebut masih mendapatkan perubahan internal akibat dari need yang diperlukannya. Sebagai contoh, terdapat protagonis yang tidak sengaja terteleportasi ke dunia lain karena sebuah insiden. Karakter tersebut berkeinginan untuk kembali ke dunia aslinya dan satu-satunya cara untuk dia kembali hanyalah membantu sang heroine untuk menikah dengan sang pangeran. Mulailah dia berpetualang mencari sang heroine. Dalam perjalanannya dia bertemu dengan seorang wanita yang baik hati, lemah lembut yang ternyata adalah seorang heroine. Sayangnya, sang protagonis yang tidak tertarik dengan percintaan berusaha membantu sang heroine untuk memperoleh cinta sejatinya. Banyak terjadi rintangan dalam membantu sang heroine untuk mendapatkan hati sang pangeran, terutama dengan hadirnya karakter antagonis yang berasal dari kaum bangsawan. Dengan segala upaya sang protagonis akhirnya mampu mendekatkan sang heroine dengan sang pangeran dan membuat sang pangeran jatuh hati dengan sang heroine. Di saat itulah sang heroine menyadari bahwa adanya rasa kehilangan bila sang protagonis kembali ke dunia aslinya karena hubungan keduanya yang sudah terjalin ketika membantu sang heroine untuk dekat dengan sang pangeran. Di sisi lain, kejadian yang sama terjadi pula pada sang protagonis yang mulai merasakan rasa hampa tanpa kehadiran sang heroine di sampingnya. Akhirnya sang protagonis masuk ke pesta pernikahan keduanya dan menggagalkan acara itu dengan menculik sang heroine. Dengan kejadian itu, sang protagonis gagal untuk kembali ke dunianya namun dia berhasil untuk jatuh hati dan mendapatkan apa yang dibutuhkannya. Meski keinginan sang protagonis tidak dapat terpenuhi, tapi protagonis mengalami perubahan karakter yang menegaskan bahwa keinginan tidak harus terpenuhi pada ending semi-sweet ending. Sementara itu, protagonis harus mendapatkan need yang diperlukan.

3. Bittersweet Ending

Bittersweet dapat diartikan dengan manis legit. Terdapat perpaduan antara pahit dengan rasa manis. Pada tipe ending sebelumnya, sweet ending melambangkan happy ending seutuhnya sementara pada tipe ending ini karakter protagonis hanya mendapatkan apa yang dia inginkan tanpa terpenuhinya need yang diperlukan. Dengan kata lain, sang protagonis menolak untuk berubah demi mendapatkan apa yang diinginkannya. Penerapan bittersweet ending dapat dilakukan dengan Flat Arc, dimana karakter protagonis tidak berubah hingga di penghujung cerita dan orang-orang sekelilingnya-lah yang berubah atau dengan menggunakan Negative Change Arc, dimana protagonis menjadi versi terburuk dari dirinya dan kehilangan kemampuan untuk memperoleh need yang diperlukannya. Bittersweet ending dan Negative Change Arc dapat menjadi sangat efektif jika perjalanan karakter protagonis dalam memperoleh keinginannya menghasilkan para korban sepanjang cerita tersebut. Sedangkan, penulisan cerita pada Flat Arc perlu untuk memperhatikan bagaimana adanya perubahan pada karakter-karakter sampingan yang disebabkan oleh karakter protagonis dalam interaksinya dengan lingkungan.

4. Bitter Ending

Terkadang di dalam sebuah cerita terdapat akhir yang buruk. Bukan karena akhir cerita yang parah sehingga sebuah cerita tidak layak untuk dibaca, tapi lantaran tidak tercapainya kebutuhan yang diperlukan oleh sang karakter dan keinginannya tidak dapat terwujud. Hasil ini mengakibatkan cerita yang berakhir dengan bad. Bitter Ending ini dapat terjadi pada Corruption Arc dimana sang protagonis menjadi versi tergelapnya. Simple-nya sih, bitter ending dapat tercermin dari film The Joker. Musuh ikonik Batman itu berasal dari orang biasa yang menjadi penjahat lantaran dorongan eksternal yang memaksanya untuk merangkul sisi gilanya. Dorongan eksternal dapat bermacam-macam bentuknya, tapi ada baiknya kalau kita lihat lagi konsep want dan need. Berkaca dari konsep itu, Want yang dimiliki protagonis The Joker yang bernama Arthur Fleck ini berkeinginan untuk menjadi komedian. Sementara itu, need yang diperlukannya ialah mengobati mental illness yang dideritanya. Sayangnya, pada bitter ending ini baik want maupun need tidak terpenuhi. Akibatnya, lahirlah Joker sebagai sisi terburuk protagonis.

Tidak peduli akhir cerita mana yang kalian temukan dalam bacaan kalian atau akhir cerita mana yang akan kalian pilih dalam tulisan kalian, tidak ada ending yang paling benar selain bergantung pada konsep want dan need karakter protagonis kalian. Dan juga, bila kalian ingin mulai menulis cerita, pastikan juga untuk memberikan penyelesaian yang relevan pada akhir cerita sesuai dengan tipe ending mana yang sesuai dengan situasi yang karakter protagonis kalian alami. Itulah informasi mengenai 4 macam ending yang aku tahu. Terimakasih!

Baca juga: Flat Character Arc

Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun