Mohon tunggu...
Ghea RDyanda
Ghea RDyanda Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Lepas yang berideologi Islam, InsyaAllah siap berjuang untuk Islam

Introvert, Melankolis, dan ideologis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Seni Merespon

12 Januari 2021   22:07 Diperbarui: 12 Januari 2021   22:11 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Membaca pikiran orang, Bisakah? Mungkin itulah pertanyaan yang seringkali muncul ketika ada tulisan terkait memahami orang lain. Secara tidak sadar kita seringkali menerapkan upaya-upaya membaca pikiran orang lain. Ketika berdialog, memperhatikan orang lain, melihat respon dan seterusnya.

Tak bisa dipungkiri, terkadang hal itu menjadi suatu keasyikan tersendiri terutama bagi mereka yang sedang mempelajari tentang psikologi. Dalam ilmu psikologi, seringkali dibahas berbagai macam hal yang menyangkut pikiran atau psikis seseorang.

Psikologi sendiri menjadi trend di Indonesia sejak diperkenalkan oleh Prof Dr Slamet Iman Santoso tahun 1952. Sejak itulah psikologi berkembang hingga saat ini mulai digandrungi kawula muda.

Namun, ternyata membaca pikiran orang tidaklah cukup karena tanpa respon yang tepat hal tersebut menjadi sia-sia. Hal ini menjadi menarik sekaligus menjadi tantangan tersendiri.

Dalam peristiwa sehari-hari membaca pikiran dan merespon dengan tepat menjadi satu kesatuan yang tak boleh dipisahkan. Apalagi ketika dalam kondisi yang tak biasa misalnya negosiasi saat terjadinya peperangan.

Ada satu kisah menarik berkaitan seni membaca pikiran yang terjadi di abad ke-7 Masehi. Responnya yang membalikkan pemikiran dan logika patut untuk ditiru.

Simak baik-baik kisahnya!

Suatu ketika Rasulullah SAW didatangi seorang pemuda. Pemuda itu berkata, "Wahai Rasulullah, izinkan aku berzina." 

Mendengar hal itu, orang-orang di sekitar Nabi Muhammad mencelanya dan berkata: "Cukup... Cukup...." dengan nada geram dan ingin memukuli pemuda tersebut. Kemudian Rasulullah menenangkan para Sahabat dan berkata, “Suruhlah dia mendekat.” Pemuda itu pun mendekati Rasulullah SAW hingga jaraknya dekat sekali, dia kemudian duduk.

Setelah itu Nabi berkata kepadanya: “Apakah kamu suka jika perzinaan terjadi pada ibumu?”

Pemuda itu menjawab: “Tidak, demi Allah”. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun