Mohon tunggu...
Ghaida MarsyantiaSuraya
Ghaida MarsyantiaSuraya Mohon Tunggu... Mahasiswa

Halo saya adalah mahasiswi Universitas Negeri Semarang

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Ketika PowerPoint Bukan Sekadar Slide, tapi Media Pencegahan Stunting di SD Negeri 2 Sarirejo

4 September 2025   20:11 Diperbarui: 4 September 2025   20:11 4
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media Edukasi Pencegahan Stunting di SDN 2 Sarirejo, Ngaringan Grobogan (21/07/2025) (Sumber: Dokpri)

SARIREJO, GROBOGAN -- Upaya pencegahan stunting kembali mendapat sorotan melalui program Clash of Stunting yang diselenggarakan di SDN 2 Sarirejo. Bukan sekadar lomba, kegiatan ini dikemas dengan media edukasi berupa presentasi interaktif yang menyajikan fakta-fakta penting mengenai stunting, mulai dari penyebab, dampak, hingga langkah pencegahan.

Dalam paparan materi (21/07/2025), stunting dijelaskan sebagai kondisi ketika anak tumbuh lebih pendek dari teman seusianya akibat kekurangan gizi dalam waktu lama. Stunting bisa dimulai sejak bayi masih dalam kandungan hingga usia dua tahun, masa yang dikenal sebagai 1000 Hari Pertama Kehidupan.

PPT edukasi yang ditampilkan tidak hanya memberi definisi, tetapi juga membuka mata siswa bahwa stunting membawa dampak serius. Anak yang mengalami stunting cenderung lebih mudah sakit, mengalami kesulitan belajar, sulit fokus, bahkan bisa tumbuh dengan kemampuan kognitif dan fisik yang lebih rendah dibandingkan teman sebaya.

Dokumentasi Pemaparan Materi Stunting Menggunakan Media Edukasi PPT  di SDN 2 Sarirejo, Ngaringan, Grobogan (21/07/2025) (Sumber: Dokpri)
Dokumentasi Pemaparan Materi Stunting Menggunakan Media Edukasi PPT  di SDN 2 Sarirejo, Ngaringan, Grobogan (21/07/2025) (Sumber: Dokpri)

Tak berhenti di sana, materi juga menguraikan faktor penyebab stunting, mulai dari kurangnya asupan gizi ibu hamil, BBLR (Berat Badan Lahir Rendah), praktik pemberian makan yang salah, hingga sanitasi lingkungan yang buruk. Data juga menunjukkan bahwa Indonesia masih berada di posisi kedua terbanyak kasus stunting di Asia Tenggara setelah Timor Leste. Fakta ini menjadi alarm betapa pentingnya edukasi sejak dini.

Pesan kunci yang paling ditekankan dalam materi adalah peran siswa sebagai "agen perubahan". Anak-anak diajak tidak hanya memahami bahaya stunting, tetapi juga menyebarkan pesan sehat ke rumah, keluarga, dan lingkungan sekitar. Dengan cara ini, upaya pencegahan tidak berhenti di ruang kelas, melainkan menular hingga ke masyarakat.

Pencegahan stunting, sebagaimana disampaikan dalam materi, dapat dilakukan dengan langkah sederhana: pemberian ASI eksklusif hingga 6 bulan, pemberian MPASI bergizi setelah 6 bulan, menjaga kebersihan lingkungan, serta pemeriksaan rutin tumbuh kembang anak.

Dokumentasi Pelaksanaan Program Clash Of Stunting SDN 2 Sarirejo Menggunakan Media Edukasi PowerPoint (21/07/2025) (Sumber: Dokpri)
Dokumentasi Pelaksanaan Program Clash Of Stunting SDN 2 Sarirejo Menggunakan Media Edukasi PowerPoint (21/07/2025) (Sumber: Dokpri)

Dengan pendekatan edukasi berbasis media visual yang mudah dipahami, kegiatan ini diharapkan mampu menanamkan kesadaran sejak dini. Bagi siswa, belajar mengenai stunting tidak lagi terasa membosankan, melainkan menjadi pengalaman bermakna yang bisa mereka bawa pulang dan praktikkan di kehidupan sehari-hari.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun