Malam semakin larut, dan aku masih memandangi bintang terang itu. Dulu kita sering menghabiskan malam dengan video call, layar laptop menjadi jendela untuk melihat dunia masing-masing. Kita berbagi cerita sambil menatap langit yang sama dari tempat yang berbeda. Kau selalu berharap untuk petualangan besar di masa depanmu, sementara aku hanya berharap untuk bisa tetap berada dalam rencanamu.
Bintang-bintang itu masih sama, menyaksikan kita tumbuh dan berubah. Seperti kita yang kini terpisah jarak dan waktu, tetapi mungkin masih memandang langit yang sama.
Aku tidak menyesal. Hubungan kita mungkin berakhir, tapi cinta yang pernah ada di antara kita mengajariku banyak hal. Tentang keikhlasan, tentang melepaskan, dan tentang mencintai tanpa perlu memiliki.
Kini aku menulis cerita-cerita tentang cinta dan kehilangan. Kadang aku bertanya-tanya apakah kau membacanya. Apakah kau mengenali dirimu dalam kata-kataku. Apakah kau tahu bahwa dalam setiap ceritaku, selalu ada sedikit bagian dirimu yang kuabadikan.
Aku menutup buku catatanku dan kembali ke dalam apartemen. Besok adalah hari baru. Hari untuk melanjutkan hidup, untuk menciptakan cerita baru, untuk menemukan cinta dalam bentuk-bentuk lain.
Dan seperti bintang-bintang di langit malam ini, kenangan tentangmu akan tetap bersinar dalam hatiku. Meski jauh, meski tak terjangkau, tetap indah untuk dikenang.
Mungkin suatu hari nanti, jalan kita akan bersinggungan kembali. Mungkin tidak. Tapi hingga saat itu tiba, aku akan terus memandang ke langit, mencari bintang paling terang dan berbisik pelan, "Semoga kau bahagia, di manapun kau berada."
Karena cinta sejati terkadang bukan tentang bersama, melainkan tentang mendoakan kebahagiaan seseorang meski itu artinya tanpa kehadiran kita di dalamnya.
By: Gevan Naufal
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI