Mohon tunggu...
Geno
Geno Mohon Tunggu... Pengembara Cerita

Seorang pejalan biasa di lorong-lorong kata, peramu makna dari serpihan realitas. Aku bukan siapa-siapa, hanya seorang yang mencatat detik-detik kehidupan. Kata-kata adalah perahuku, menyeberangi arus waktu, menelusuri riak-riak kisah yang sering terlewatkan. Aku menulis bukan untuk dikenang, tetapi agar ingatan tidak lenyap begitu saja bersama senja. Dari kota kecil, aku mengamati dunia. Dari hal-hal sepele, aku belajar memahami yang besar. Aku percaya, setiap cerita layak didengar, dan setiap detak jantung kehidupan punya artinya sendiri. Bukan penguasa kata, bukan juga penyair megah. Hanya orang biasa yang menemukan kebebasan dalam merangkai kalimat, mengukir jejak dalam sunyi, berharap ada yang membaca dan merasa tidak sendiri.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mimpi yang Menyebut Namamu

2 Maret 2025   17:36 Diperbarui: 4 April 2025   05:49 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: Ilustrasi Pribadi

Aku tidak pernah berpikir bahwa namamu akan kembali dalam hidupku, apalagi dalam mimpi. Kau adalah kenangan samar dari bangku SMP, seorang teman yang tak pernah kutatap lebih dari sekadar rekan sekelas. Aku tidak pernah menyimpan rasa, tidak pernah tertarik, tidak pernah berharap lebih. Namun, entah mengapa, beberapa malam lalu, kau hadir begitu jelas dalam tidurku.

Aku terbangun dengan hati yang penuh tanya. Mengapa kau? Mengapa sekarang?

Rasa penasaran itu membuatku iseng mencari namamu di internet. Aku menemukannya---jejak-jejak kecil yang kau tinggalkan di dunia maya. Beberapa tulisan hasil pengabdianmu saat KKN di sebuah desa, dua video tugas yang kau unggah di YouTube. Aku menontonnya satu per satu, membaca baris demi baris tulisanmu. Ada sesuatu yang menggetarkan dadaku---sebuah kekaguman yang tumbuh tanpa izin.

Kau bukan hanya sekadar nama dari masa lalu. Kau adalah perempuan yang cerdas, berwawasan, dan penuh kepedulian. Dan aku... aku selalu mengagumi perempuan seperti itu.

Sejak saat itu, aku mulai memikirkanmu lebih sering. Tidak, bukan sekadar mengingatmu, tetapi memikirkan kemungkinan yang sebelumnya tak pernah terpikirkan: apakah kau bisa menjadi takdirku?

Aku bukan tipe pria yang mudah jatuh cinta, apalagi untuk sesuatu yang hanya berawal dari mimpi. Tapi kali ini, rasanya berbeda. Aku tidak ingin terjerat dalam perasaan yang belum tentu berujung. Aku tidak ingin mencintai dalam bayang-bayang tanpa kepastian. Aku ingin jika memang ini jalan yang benar, ia mengarah pada sesuatu yang lebih suci.

Maka, aku berdoa. Setiap malam, dalam sujudku, aku menyebut namamu dalam bisikan lirih kepada-Nya. Jika kau memang jodohku, biarlah semesta mengarahkan langkahku kepadamu. Aku tidak ingin memulai kisah ini dengan pacaran atau rasa yang menggantung di tengah jalan. Aku ingin datang padamu ketika aku telah siap, sebagai lelaki yang pantas menjemputmu dengan cara yang baik.

Jika kau setuju, aku ingin taaruf.

Namun, jika bukan kau yang tertulis untukku, aku pun rela. Aku hanya ingin mencintai dengan cara yang benar---bukan dengan angan-angan yang tak pasti, tapi dengan kepastian yang diberkahi.

Dan sampai saat itu tiba, aku akan tetap berdoa... sambil menunggu apakah semesta akan menuntunku kembali padamu.

By: Gevan Naufal

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun