Mohon tunggu...
Gatot   "Jendral" Subroto
Gatot "Jendral" Subroto Mohon Tunggu... lainnya -

Asisten Sutradara 1, Penulis, Penggemar Foto, Aktor (Coboy Junior The Movie 1 dan 2, Slank Ga Ada Matinya, Tak Kemal Maka Tak Sayang, 7 Misi Rahasia Sophie, 3 DARA, SKAKMAT, BEST FRIEND FOREVER - tayang 2016, PETAK UMPET MINAKO - tayang 2016) yang terus belajar untuk menulis dan berkarya untuk sesama.\r\n\r\nFB : dream_catcher2015@yahoo.com\r\nBlog : http://takketik.blogspot.com/\r\nTwitter : @gatot_winner

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

QZ8501 : Untuk Mereka yang Telah Terbang

2 Januari 2015   09:44 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:59 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
UNTUK MEREKA YANG TELAH TERBANG

[caption id="" align="aligncenter" width="500" caption="UNTUK MEREKA YANG TELAH TERBANG"][/caption] Untuk apa aku membuka mata pagi ini ? Bila hanya untuk menemukan bahwa setengah dari ranjang ini telah kosong, tak ada lagi hangat tubuhmu disampingku untuk kugelitiki. Untuk apa aku menghembus nafas pagi ini ? Bila hanya menemui deretan kemeja flanel kesukaanmu, terjejer rapi, lengkap dengan bau parfum khasmu yang menyengat itu. Untuk apa aku mendengar kicau burung gereja di antara pohon ceri pagi ini ? Bila tak kudengar siulanmu yang selalu mencoba meniru kicauan mereka, memanyun-manyunkan bibirmu, memunculkan nada lucu yang membuatku tertawa. Untuk apa aku membicarakanmu pagi ini ? Bila hanya sebuah kursi kosong dihadapanku, di meja makan kesukaan kita. Kugigit setangkap roti panggang dengan pinggiran kerasnya yang telah kubuang, itu sarapan kesukaanmu. Selai coklatnya terasa asin dipenuhi butiran air mataku. Untuk apa aku meraba jaket wol kesukaanmu pagi ini ? Bila hujan pagi itu, kau yang biasanya memelukku lalu mengajakku berdansa, kini membiarkanku sendiri dipeluk sepi. Yah.. aku meradang pagi itu.. ada rindu yang terus berlarian di dalam ruang rumah kita. Kadang ia hadir di kursi baca kesukaanmu, sepeda gunungmu, laptop kerjamu, tali sepatu ungumu, mainan starwarsmu, buku kerjamu.. Oh.. lelah ragaku mencoba menangkapnya. Bahuku terguncang hebat saat teriakan tangisku pecah. Air mata turun segera dari kedua pipiku, mencoba mengejar rindu itu. Kesana kemari, mereka memburuinya basah. Lagi-lagi, mereka juga bukan tandingan untuknya. Dan akhirnya mereka menguap lenyap bersama mentari yang datang sehabis hujan. Minggu pagi, bahkan terlalu pagi.. Kau pergi, menyelesaikan pekerjaan akhir tahun. Hanya 2 hari, janjimu, karena itulah kutolak tawaranmu untuk menemanimu, agar kau cepat menyelesaikannya. Tak ingin mengganggumu. Minggu pagi, bahkan terlalu pagi.. untuk kau pergi tanpa pernah kembali. Kini.. aku marah pada diriku.. Mengapa tak kubiarkan kita terbang bersama pagi itu.. Di langit sana, kita terbang bersama cahaya.. Agar tak lagi kosong ranjang ini ! Agar tak lagi rapi jejeran kemeja flanel itu ! Agar tak lagi indah kicauan burung gereja di pagi hari ! Agar tak lagi asin roti coklat kesukaanmu ! Agar tak lagi beku jaket wol ini ! Mengapa kita tak terbang bersama pagi itu ! Oh pahit.. dengarlah disana.. Untukmu yang telah terbang, janganlah terbang dari hatiku.. Oh.. ------------------------------------------ Pagi itu.. aku terbangun kembali.. Maka kubiarkan diriku.. Menatap fotomu yang kutaruh di sebelah ranjang tempat kita tidur.. Mengenakan flanel kesukaanmu, yang belum sempat kucuci.. kupatut diriku di cermin. Bersiul sepertimu, meski bibirku terlipat kesana-kemari melahirkan nada-nada aneh. Kugigit roti, kali ini dengan selai coklat yang kutambahkan selai kacang Tertawa berlari menuju hujan deras, berdansa di antara rintiknya bersama jaket wolmu. Kupuaskan diriku tuk mengenangmu.. tuk terbang bersamamu.. Pun kubaca puisi kesukaanmu..

ADA SAYAP-SAYAP YANG BERNYANYI

Tiup.. tiuplah gegas bintik sinar itu.. Menyadur perlahan jejak-jejak pencari ruh Mencumbui buih dan butir pasir.. Mengguratkan kemesraan tanpa rona.. Ahh, indah..

Kini.. Diam..

Dengar...

Ada sayap-sayap yang bernyanyi Di tebing-tebing tanpa nama itu.. Bila kau dengar lagunya, tak lama meredam.. Melebur ia di siul lembutmu..

Karna aku adalah.. Sayap yang bernyanyi.. Sekali bernada, selamanya menggema.. Di pendar hati penyejuk sepi..

Selamat datang di negeriku.. Negeri nyanyian..

Yah.. suatu hari nanti, kita akan kembali bernyanyi lagi bersama. Bila tiba waktunya, aku akan kesana. Karena di saat itulah, Tuhan pinjamkan aku sayap, sayap untuk menyusulmu.. Sayap yang bernyanyi. Sementara ini, biarlah kupersiapkan lagunya.. lagu yang lahir dari kehidupan yang akan kujalani tanpamu. Akan kuisi dengan rangkaian kenanganmu, liriknya adalah pesan-pesan cintamu, akupun tersenyum lagi. Di pagi hari yang terlalu pagi.. Untukmu yang telah terbang. Kuucapkan selamat tinggal yang terbungkus bulir kesedihan. Sampai bertemu lagi, untuk bernyanyi di langit biru.. (Y.G.S : 2 Jan 2014, mengenang para korban Air Asia QZ8501, Minggu, 28 Des 2014)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun