Mohon tunggu...
noviana.sbl
noviana.sbl Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Pendidikan Indonesia

manusia biasa yang menyukai seni, suara, sastra, dan sepakbola.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Panggung Sandiwara

22 Desember 2023   12:29 Diperbarui: 22 Desember 2023   13:32 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

aku masih disini, tidak pergi namun tidak berdiam diri. usang, sudah lama sekali aku meninggalkan catatan ini. sibuk bermain dengan panggung sandiwara yang sedikit melelahkan, oh tidak, kurasa itu lelucon.

satu bulan setelah aku meninggalkan catatan ini. kembali ku amati, ia yang sudah berdamai dengan fase kehidupan barunya---yang ia sesali, dalam jenjang waktu yang singkat, siap atau tidak, ia harus legowo dengan nyatanya p e r p i s a h a n.

dipengujung fase ia berusaha menikmati setiap detik-demi-detik, tidak peduli seberapa banyak omongan bising mencederai hatinya. ia akan tetap seperti ini. meski dinilai aneh oleh yang lain, tapi "mengapa aku harus mengikuti selera mereka, ketika aku sendiri memilikinya?". ia terenyuh, mulai mengekang atas skenario yang diekspektasikan.

ya---

tidak apa-apa.

bukankah kita tidak berwarna jika tak berbeda?

kau punya hak atas dirimu sendiri.

monolog riuh beradu dalam pikirannya. terpojokkan---membawa raut kesedihan atas reputasi ketidaklayakan yang oh ini hanya panggung sandiwara, ucapku. namun sudah ku bilang, bahwasanya tidak semua hal adalah kendalinya dan tidak semua hal menjadi tanggung jawabnya. "tapi mengapa seolah-olah aku yang selalu disalahkan?", ucapnya. sedikit ku jelaskan, bukankah itu kodrat manusia--- begitu ringan penuntutan atas orang lain, tidak sadar bahwa dirinya adalah manusia yang sama-sama membutuhkan pembenahan. akhirnya ia lagi-lagi mewajarkan akan hal-hal seperti itu, sudahlah namanya juga manusia, dan aku juga manusia, maka tidak mustahil mungkin aku pernah atau akan melakukan hal serupa. pertanyaan-dan-pernyataan ini menjadi catatan penting dalam skema hidupnya.

ia kemudian berjalan keluar, belajar menikmati masa yang sekarang ia sudah ditinggalkan oleh insan-insan yang membuatnya merasa berarti di ruang itu. melangkah pergi, kembali pada ruang yang sebelumnya membuat ia merasa benar-benar dicintai--- disana ia berhasil menjadi apa yang ia inginkan, menorehkan kesan, dan layak menerima apa yang memang seharusnya ia terima. ia sangat beruntung dan benar-benar bersyukur. tapi hidup seyogyanya akan tetap berjalan seimbang, di ruang yang lain ia mungkin masih di jatuhkan, ia mungkin masih diasingkan.

pernah ku dengar, "pergilah ke tempat engkau dihargai". namun pikirku ia juga perlu menerima situasi seperti ini. menyeimbangkan rasa agar ia tidak menjadi tinggi dan ia tidak akan menjadi hina. sesekali ia memang harus menjadi manusia yang diam, mengalah, tak perlu banyak berbicara, cukup mengamati dan merasakan betapa banyaknya sandiwara yang ada dalam fatamorgana dunia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun