Mohon tunggu...
rudy geron
rudy geron Mohon Tunggu... -

Pensiunan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Serem Kang Kalau Ngomongin Agama

30 Oktober 2016   02:05 Diperbarui: 30 Oktober 2016   02:16 853
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: dream.co.id

Kalimat yang menjadi judul di atas, saya baca di kolom komentar.

Mengomentari satu artikel di kompasiana,  yg diposting dan membahas surat Al-Maidah 51.

Sebagai orang Indonesia yg sejak lahir telah memeluk agama Islam, saya jadi termenung, membayangkan betapa ternyata saat kini, ada yang merasa "serem" kalau membicarakan masalah agama. 

Tentu yang dimaksud oleh yang bersangkutan adalah membicarakan agama Islam. Artinya, ingin mengatakan bahwa ia merasa serem bila membicarakan atau bicara, berdiskusi tentang Islam.

Pendapat tentang "serem" tersebut, tentu bukan hanya dirasakan oleh si pemberi komentar, namun bisa juga ditelan diam-diam oleh begitu banyak warga negeri ini, baik yang beragama di luar Islam, maupun justru bagi umat Islam sendiri.

Jadi teringat masa kecil di kampung. Sore menjelang shalat magrib kami pergi mengaji, shalat berjamaah, lalu belajar membaca Al-Qur'an dan mendengar ceramah guru, hingga ditutup dengan shalat Isya' berjamaah pula, sebelum pulang ke rumah.


Itulah saat yang penuh dengan kegembiraan. Pak guru menjelaskan arti ayat-ayat yang sudah atau belum dibaca, dan juga banyak bercerita tentang sejarah Islam dan riwayat Nabi. 

Bila dulu semuanya begitu menyenangkan dan menenteramkan hati, mengapa sekarang, orang menjadi "serem", bila bicara tentang agama?

Tentu ada sebabnya.

Tidaklah mungkin ada asap, kalau tak ada api, bukan?

Kalau Agama Islam menjadi menyeramkan bagi sekelompok manusia, tentu ada yang menyebabkannya. Dan yang menjadi pokok penyebab, tentu saja dan pasti, bukan disebabkan dari ajaran yang ada di dalam agama Islam. 

Islam tidak pernah mengajarkan orang saling bermusuhan. Islam adalah agama damai, keselamatan dan cinta kasih sesama manusia hingga rahmat bagi seluruh alam.

 http://www.duniaislam.org/23/03/2015/pengertian-islam-menurut-bahasa-dan-istilah-dalam-al-quran/

Tak pelak, peran manusialah yang menyebabkannya.

Apakah memang harus begitu dalam menegakkan kebenaran?

Era Orba yang memerintah negeri dengan cara otoriter telah lama tumbang. Jaman dimana kekuasaan ada di tangan militer.

Namun, mungkin kita perlu mengajukan jempol untuk salah satu saja prestasi rejim tersebut, bahwa kelompok ekstrem kanan dan kiri, tidak diberi kesempatan untuk berkembang.

Ekstrim kanan dimaksudkan pada kelompok yang ingin memaksakan negara pancasila berubah menjadi negara berdasarkan pada hukum agama.

Sedangkan ekstrim kiri adalah golongan yang bermaksud menjadikan haluan negara menjadi sosialis/ komunis.

Di jaman demokrasi sekarang, kedua kelompok ekstrim yang begitu lama cuma bisa tiarap, tampaknya kini telah mendapat angin buritan untuk dapat bangkit dan melaju. 

Angin tersebut berasal dari prinsip kebebasan berpendapat dan berbicara yang sedang dinikmati di era reformasi, dengan memanfaatkan pula asas persamaan hak berupa aturan HAM yang dapat dipakai sebagai pembenar dan payung pelindung.

Kita telah sepakat dengan ideologi Pancasila yang merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia.

Berkomitmen pula dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika, digunakan untuk menggambarkan persatuan dan kesatuan Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri atas beraneka ragam budaya, bahasa daerah, ras, suku bangsa, agama dan kepercayaan.

Islam yang saya (kami, kita) anut, adalah agama rahmatan lil alamin yang tidak bertentangan dengan Pancasila.

Justru di negeri Pancasila ini, Islam dan agama yang lain dapat berkembang dengan baik dan damai.

Islam bukanlah agama yang menyeramkan, menakutkan. 

Di negeri yg berpenduduk mayoritas beragama Islam seyogyanya seluruh rakyat akan hidup damai.

Bertetangga dg seorang muslim akan menimbulkan kebahagiaan karena seorang muslim tak akan menganiyaya orang lain walau bebeda agama.

Tinggal di dekat mesjid akan merasakan aman dan tenang, sebab mesjid adalah tempat yg melidungi semua orang, seperti yg diajarkan Rasulullah. 

Mesjid tak pernah bising dan ribut dalam berdoa dan membaca kitab suci, karena bagi seorang muslim, Allah itu lebih dekat dari urat lehernya. Rasul juga mengajarkan untuk merendahkan suara (bersuara pelan dan lembut) bila menyebut nama Allah, dan tal perlu bersuara keras dalam berdoa.

Suara keras secukupnya hanya dilakukan saat azan memanggil jamaah untuk shalat.

Islam tidak menganjurkan permusuhan, justru mengutamakan damai dan saling memaafkan. Orang lain yang berbeda agama diberikan hak-haknya dan harus dilindungi.

Saya tuliskan secuplik saja ajaran Islam yg begitu memdamaikan hati, dan merupakan rahmat bagi seluruh alam.

Sekarang,

Kok ada yang "seram"?....

Ini salah siapa, Jon?

 

RG. Salam NKRI.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun