Mohon tunggu...
Gerhard ElionaiTarigan
Gerhard ElionaiTarigan Mohon Tunggu... Pelajar/Ketua Osis/ Pemengan Lomba Basket

Saya ingin menjadi Penulis terkenal

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Keberagaman Desa Buntu

21 April 2025   08:55 Diperbarui: 21 April 2025   08:55 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Di SDN1 Desa Buntu (Sumber: Google Drive)

Foto di Dieng (Sumber: Google Drive)
Foto di Dieng (Sumber: Google Drive)
Foto di rumah Orangtua asuh (Sumber: Google Drive)
Foto di rumah Orangtua asuh (Sumber: Google Drive)
Local Immersion Global Prestasi School yang dilaksanakan pada tanggal 17-20.Februari 2025. Kami membutuhkan 12 jam perjalanan dari Bekasi ke Desa Buntu menggunakan bis. Desa Buntu menjadi pengalaman berharga dalam memahami dinamika sosial masyarakat pedesaan. Program ini bertujuan untuk mengenalkan siswa SMA Global Prestasi terhadap kehidupan masyarakat lokal dengan pendekatan etnografi dan teknik observasi langsung. Melalui interaksi dengan warga, siswa mendapatkan wawasan mendalam mengenai kondisi sosial, ekonomi, dan budaya yang berkembang di desa ini.

Desa Buntu di Wonosobo dikenal sebagai komunitas yang menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi dan kerukunan antarumat beragama. Keberagaman agama yang dianut oleh penduduknya, termasuk Islam, Katolik, Kristen Protestan, dan Buddha, tidak menghalangi mereka untuk hidup berdampingan secara harmonis. Vihara maupun gereja dapat dengan mudah ditemui di Desa Buntu. Keberadaan rumah ibadah dari berbagai agama ini mencerminkan keragaman keyakinan yang dianut oleh masyarakat setempat. Meskipun terdapat perbedaan agama dan kepercayaan, hal tersebut tidak menjadi penghalang bagi terciptanya kerja sama, toleransi, dan solidaritas antarwarga. Justru sebaliknya, perbedaan tersebut menjadi kekuatan yang mempererat hubungan sosial di antara mereka, sehingga kehidupan masyarakat di Desa Buntu terasa harmonis dan penuh saling pengertian.

Sebagai seorang siswa yang tergabung dalam program GPS dan turut serta dalam kegiatan Local Immersion di Desa Buntu, saya merasa memperoleh pengalaman yang sangat berharga dan membuka wawasan saya terhadap kehidupan masyarakat di pedesaan. Melalui kegiatan ini, saya tidak hanya belajar mengenai gaya hidup sederhana dan penuh kebersamaan yang dijalani oleh masyarakat Desa Buntu, tetapi juga belajar untuk menghargai perbedaan serta merayakan keberagaman budaya dan agama yang ada. Kegiatan ini mengajarkan saya untuk lebih bersyukur atas segala hal yang telah Tuhan anugerahkan, serta menumbuhkan semangat untuk hidup lebih peduli, terbuka, dan saling menghormati antar sesama.

Selain memberikan pemahaman sosial dan budaya, kegiatan Local Immersion ini juga melatih kemampuan empati, komunikasi, dan adaptasi kami sebagai siswa dalam lingkungan yang berbeda dari keseharian kami di kota. Dengan tinggal bersama keluarga lokal dan mengikuti rutinitas mereka, saya belajar menghargai kerja keras, kesederhanaan, serta nilai-nilai kekeluargaan yang begitu kental di tengah masyarakat Desa Buntu. Pengalaman ini meninggalkan kesan mendalam dalam diri saya dan menjadi pengingat bahwa pembelajaran tidak hanya terjadi di dalam kelas, tetapi juga melalui pengalaman langsung yang membentuk karakter dan cara pandang terhadap dunia.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun