Mohon tunggu...
Niko Nababan
Niko Nababan Mohon Tunggu... Guru - Manusia biasa yang berproses menjadi seorang guru

Temukan saya di: http://nikonababan.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Mereka dan Merdeka

17 Agustus 2019   06:17 Diperbarui: 17 Agustus 2019   06:41 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ruang di jalanan masih penuh,
kakiku masih tenang menopang tubuh.
di sepanjang jalan,
batas kecamatan,
pusat perbelanjaan,
hingga warung makanan,
kutemukan semarak kemerdekaan.

enam belas Agustus.
akalku mengudara.
terlelap warasku,
oleh sentuhan angin malam.
kubungkam gawai
dengan beralas kaki,
aku ingin merdeka,
semalam saja merdeka.

duduk aku disebuah perhentian,
di depan pusat pemerintahan.
kutatapi dari kejauhan.
di atas sana.
tiang-tiang yang berdiri kokoh
di pelataran.
sorot cahaya, yang membuat tampak elegan.

bukan sekali ini bertegur sapa.
lalu bermuara pada janji-janji semata.
hanya saja,
aku yang pura-pura lupa.
satu berakhir.
dua berakhir.
hampir tiga dekade,
sejak aku mengenalmu,
empat puluh lima.

belum sempat aku menyapa,
berkata-kata dan bersuara.
di hadapanku berlalu tubuh-tubuh kecil,
potongan-potongan kemerdekaan,
yang negeriku titipkan.

untukmu empat puluh lima,
merdeka atau angan-angan,
bersuara atau membisu
pada kami,
harapanmu itu nyata.
pada kami,
cita-citamu itu ada.

padamu Negeriku,
beri aku waktu.
mengabdi di sisa hidupku.
hingga kudapati,
arti merdeka yang sejati,
meski hanya,
dikeriput wajahku nanti.

Palembang, 16 Agustus 2019

dok: kompal
dok: kompal

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun