Terlalu panjang aku memandang,
hingga terbuai
dalam narasi para pecundang.
Selama petang,
terus saja merasa gamang.
Sesekali kumainkan sandiwara receh,
belagak tidak acuh
dan pura-pura tidak tau,
padahal galau sudah meradang.
Sejukmu tak kunjung sampai,
padahal petang akan segera usai.
Ada rasa cemas yang larut dan berlalu,
di setiap pesan
yang kau husipkan di telingaku
Kurawat sabar,
menanti esok yang kaujanjikan.
Kutunggu engkau
saat hujan turun
dan menepis rasa curiga
di sepasang kelopak mata,
mengacau setiap ocehan bodoh
yang terus mengusik telingaku,
membasahi gersangnya hati
oleh rasa cemburu
Saat itu tiba,
aku siap dengan sabar yang baru,
di sana pula akan tumbuh
benih cinta yang ditakdirkan untukku.
Mungkin bukan kamu,
mungkin setelahmu.
Palembang, 26 Juni 2019