Mohon tunggu...
Niko Nababan
Niko Nababan Mohon Tunggu... Guru - Manusia biasa yang berproses menjadi seorang guru

Temukan saya di: http://nikonababan.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mencuri Ayam Berujung Maut, Pantaskah?

18 Mei 2019   05:31 Diperbarui: 18 Mei 2019   15:50 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: surabaya.net

yang sembunyi diatas tumpukan uang
tetap tenang
yang mencuri ayam dikandang
nyawa hilang melayang

hai para pecundang
bagaimana engkau tak girang
yang mencuri uang segudang
tapi perut tetap bisa kenyang

Saya sering membaca berita tentang kasus pencurian yang dihajar oleh massa, namun saya belum pernah mendengar kasus suap ataupun korupsi dijewer ataupun disentil telinganya oleh massa.

Ada banyak beberapa hal yang menggangu pikiran saya ketika membaca berita di salah satu postingan di instagram @medanzone malam ini. Hingga saya telusur beberapa sumber informasi, untuk mendapatkan kronologinya.

Fery Widyansyah (16), siswa sekolah menengah atas yang menjadi korban penganiyayaan berdarah oleh warga Kelurahan Padang Pasir, Kabupaten Labuhanbatu, Kamis (16/5/2019) malam.

Fery yang dituding mencuri seekor ayam ini harus menghembuskan nafas terakhirnya, akibat main hakim sendiri oleh warga.


Video amatir yang share oleh salah seorang warga di lokasi, seolah menjadi bukti sesaat sebelum Fery meregang nyawa. Fery bersama salah seorang rekannya Putra (17) , harus menerima penghakiman dari warga secara sepihak.

Ada banyak komentar di postingan akun instagram @medanzone itu. Hampir semua netijen yang meninggalkan komentar, mengutuki tindakan main hakim sendiri oleh warga tersebut. Bahkan tak sedikit netijen yang meminta polisi untuk mengusut tuntas kejadian itu.

Lalu, bagaimana dengan warga yang saat itu di TKP ? Mengapa tidak ada niatan untuk menyerahkan remaja tersebut ke pihak berwajib ? Mengapa tidak ada warga yang melerai tindakan main hakim sendiri itu ?

***
Ada dua hal yang saya sangat sesalkan pada kejadian ini.

Pertama. Tindakan main hakim sendiri oleh warga.

Main hakim sendiri merupakan mengambil tindakan sendiri (dalam hal ini menghukum) suatu pihak tanpa melewati proses hukum. Padahal jelas tindakan tersebut adalah melanggar undang-undang, pun Indonesia adalah negara hukum.

Budaya main hakim sendiri kerap terjadi di masyarakat dan fenomena ini seolah sudah menjadi lazim. Aksi main hakim sendiri merupakan suatu tindakan yang didorong oleh luapan emosi  seseorang atau kelompok yang merasa terancam atau terganggu karena adanya suatu tindakan yang tidak baik.

Apakah menghakimi ataupun menghilangkan nyawa seseorang adalah tindakan yang baik ?

Dikutip dari sabigaju.com, seorang psikolog dari Lifespring Counseling & Care Center, Athalia Sunaryo, M.Psi., psikolog , mengungkapkan bahwa aksi pengeroyokan atau main hakim sendiri, tidak terlepas dari pengaruh kondisi psikologis yang berbeda saat seseorang berada di dalam kelompok tertentu, sehingga cenderung melakukan hal-hal yang berbeda dengan nilai pribadi yang dimilikinya.

Fenomena psikologis inilah yang membuat seseorang beranggapan bahwa tindakannya saat itu adalah benar, juga didorong oleh sekelompok orang yang membenarkan tindakan itu. Sehingga, sering kita melihat ada orang-orang yang paham nilai-nilai kebaikan, seketika menjadi buas, ketika berada dalam kerumunan massa.

Tak jarang pada situasi krisis ini, banyak orang yang hanya menjadi penonton dan tidak mengambil tindakan apapun, sekalipun ia tau bahwa pengeroyokan itu adalah tindakan yang salah.

Tindakan main hakim sendiri jelas sangat merugikan banyak orang jika terus dihalalkan. Aksi main hakim sendiri jelas merupakan ganguan psikologis.

Terlepas dari bentuk proteksi sekelompok orang, terhadap adanya gangguan dimasyarakat, pada prakteknya, tak jarang main hakim sendiri sering salah sasaran. Hal ini disebabkan karena didalam kerumunan massa, orang-orang tidak lagi berpikir jernih, sehingga tidak lagi membutuhkan konfirmasi dan nilai-nilai kemanusiaan.

Dari sisi kemanusiaan, nyawa Fery yang dicuri dalam kerumunan massa jelas tidak sebanding dengan seekor ayam yang "dituding" akan dicuri oleh Fery dan rekannya.

Berdasarkan keterangan saksi, pada saat kejadian Fery diajak oleh Putra ikut ke kampung sebelah, kemudian disuruh menunggu di atas sepeda motor. Putra diduga pergi untuk melancarkan aksinya, yaitu mencuri seekor ayam.

Namun naas, belum sempat mencuri ayam aksi putra diketahui oleh warga. Sehingga orang di kampung tersebut berbondong-bondong dan menyeroyok kedua anak tersebut. Sebelum akhirnya diserahkan kepada pihak yang berwajib.

Kedua. Proses kepolisian yang "diduga" sebagai akibat lambatnya pemberian pertolongan medis.

Polres Labuhan batu yang tiba di lokasi langsung membawa keduanya menggunakan mobil patroli. Saat itu kondisi Fery sudah kritis akibat luka serius di bagian kepala dan sekujur tubuh. Kendati demikian, mereka tetap menjalani pemeriksaan polisi.

Sementara itu, orang tua Fery yang mengetahui peristiwa tersebut, langsung datang ke kantor polisi untuk mengecek anaknya. Saat itu kondisinya semakin buruk, karena lama berada di kantor polisi dan belum mendapatkan tindakan medis.

Berdasarkan pengakuan ibu korban Dewi, untuk dapat membawa dan mengeluarkan Fery, orang tua korban bahkan ditengarai harus memberikan uang damai Rp 2.5 juta. Tetapi oleh ayah korban di berikan uang damai sebesar 2 juta. Namun ketika sang anak dalam penanganan medis, nyawa Feri tidak dapat diterselamatkan.

Sungguh sangat disayangkan jika tindakan aparat tersebut adalah "benar". Ini menyangkut nyawa seseorang, bagaimana bisa menunda memberikan pertolongan pertama pada korban yang dalam keadaan kritis.  

Meskipun demikian, saya yakin  Polres Kab. Labuhanbatu akan segera memproses para pelaku penganiayaan. Saya juga berharap adanya klarifikasi terkait proses selama di kantor polisi, sehingga korban tidak langsung mendapatkan penanganan medis.

Ibu korban, Dewi mengaku sulit menerima kematian anaknya. Dia tak tahu pasti persoalan, namun hanya mendengar jika anaknya disebut mencuri ayam.

Saat ini Dewi hanya berharap agar para pelaku penganiaya anaknya diproses sesuai aturan yang berlaku. Keluarga akan menempuh jalur hukum atas aksi sadistis mereka yang menganiaya anaknya hingga meninggal.

Saya sangat menyesalkan kedua hal tersebut, tindakan main hakim sendiri dan proses oleh aparat yang membuat terlambatnya pertolongan medis.

**

Hal senada juga diungkap oleh seorang rekan yang baru saja kenal di media sosial.

Dia adalah Iman Paradana. Ia mengaku kesal dengan tindakan para warga yang main hakim sendiri. Ia juga mengaku geram masalah uang 2.5 juta yang harus disetorkan untuk menjamin Fery. Hal ini juga ia dengar dari pengakuan para teman-temannya di daerah tersebut.

Lewat komentar saya di akun @medanzone, bro Iman mengirimkan dm via ig, dan bertanya kepada saya, terkait keluarga korban. Ternyata ia dan rekan, atas dasar kemanusiaan, ingin memberikan bantuan kepada keluar korban lewat jalur hukum.

Kepada saya bro Iman mengaku membuka kantor advokat di kota Medan, dan kalau tidak ada halangan, ia akan meluncur ke Labuhanbatu pada hari minggu.

"Mohon doanya yah bro."

Itulah pesan terakhir yang ia sampaikan.

Saya berharap, semoga permasalahan ini bisa segera diselesaikan.  Semoga kedepannya tindakan main hakim sendiri yang sampai menghilangkan nyawa seseorang. Ini adalah tugas kita bersama untuk menjalankan praktek hukum yang ada. Pihak berwajib juga diharapkan mampu menumbuh citra yang bagus di masyarakat, sehingga tidak terjadi lagi hal serupa.

"Negara kita bukanlah negara Arab, nyawa dibayar nyawa. Lalu ayam dibayar nyawa pantaskah ?"

Indonesia adalah negara hukum. Indonesia adalah negara yang berperikemanusiaan.  
Salam damai.

Palembang, 18/5/19

dok: kompal
dok: kompal

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun