Mohon tunggu...
Geovany SenoHermawan
Geovany SenoHermawan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Sosiologi, Universitas Airlangga

Mahasiswa Sosiologi, Universitas Airlangga

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Memahami Teori Struktur Masyarakat dari Rober K. Merton

19 Juni 2022   12:55 Diperbarui: 19 Juni 2022   13:14 4607
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Merton adalah orang yang suka belajar dan memiliki banyak guru dari latar belakang yang berbeda-beda. Dua orang yang diketahui adalah pitirim sorokin yang memberikan edukasi tentang pemikiran eropa dan Handerson tentang metode penelitian. Dalam pembentukan teorinya, Merton lebih condong ke arah sosiologi ala Durkhemian yang dimulai dari pembagian kerja. 

Oleh karena itu, Merton termasuk golongan yang menganut paham struktural fungsionalis. Struktural fungsionalis adalah cara pandang yang melihat bahwa masyarakat akan terintegrasi, apabila terdapat fungsi-fungsi yang berkaitan antara satu sama lain. Salah satu kekaguman Merton kepada Durkheim adalah kemampuan dalam meneliti hal-hal yang tidak berkaitan secara terus-menerus. 

Seperti halnya ketika Durkheim menjelaskan tentang Bunuh diri, Agama, Moral, dan sosialisme. Teori dari Merton sendiri bernama Struktur Masyarakat. Teori tersebut sebenarnya adalah pengembangan lebih lanjut dari teori sistem yang pernah diciptakan oleh Talcot Parsons. Merton sangat tertarik untuk memahami struktur sosial, organisasi, dan karakter dalam masyarakat. 

Dalam hal organisasi Merton membaginya dalam dua hal yaitu membership group dan reference group. Membership group adalah suatu organisasi atau kelompok yang sudah berdiri dan didalamnya terdapat sistem kepengurusan dan anggota. Sementara itu, Reference group adalah sebuah kelompok atau organisasi yang terbentuk karena terinspirasi oleh grup yang sudah terbentuk sebelumnya atau membership group. 

Tidak hanya itu, Merton juga menjelaskan hal-hal yang menyebabkan anomie dalam struktur birokrasi atau lembaga. Merton memberi nama pada konsep tersebut yaitu Anomie. Anomie dapat terjadi apabila terdapat tekanan yang ditujukan kepada individu-individu tertentu dalam struktur sosial atau masyarakat. 

Pada akhirnya, Anomie menyebabkan kelakuan yang konformis. Anomie sendiri adalah keadaan ketika tujuan kultural dan kelembangaan tidak dapat berjalan bersamaan dalam mencapai tujuanya. Merton juga melancarkan tiga postulat yang pertama adalah kesatuan fungsional, Fungsionalisme universal, dan indispensability. 

Merton mengatakan bahwa kesatuan fungsional dalam masyarakat dapat memiliki batas jika semua bagian dari sistem sosial memiliki keselarasan dalam bekerja sama. Dalam Fungsionalisme universal merton menyatakan bahwa struktur sosial yang sudah baku memiliki dampak positif sesuai fungsinya. 

Selain itu, merton juga menekankan indispesability dalam postulatnya yang mengatakan bahwa kebudayaan yang menyangkut ide, pola pemikiran, kepercayaan, dan objek material adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari sistem dan kegiatan dalam sistem tersebut.

Terdapat konsep lain yang dijelaskan oleh Merton dan berkaitan dengan sistem itu sendiri yaitu fungsi manifes dan fungsi laten. Fungsi manifes adalah fungsi yang diinginkan oleh sistem tersebut. Sedangkan fungsi laten adalah fungsi yang tidak diinginkan. Titik fokus merton sangat berbeda dengan Parsons. 

Parsons memiliki pandangan bahwa suatu sistem sosial bergantung pada tindakan seorang individu atau aktor. Sedangkan, Merton lebih terfokus pada konsekuensi objektif dari kemampuan sistem tersebut untuk dapat bertahan atau tidak, tanpa adanya kaitan dengan tujuan subyektif. Merton berusaha untuk mengkritisi kembali konsepnya tentang fungsi manifes dan laten. 

Merton menambahkan bahwa dalam fungsi manifes terdapat konsekuensi objektif yang dapat disesuaikan dengan sistem tersebut. Dalam hal ini Merton menekankan bahwa individu harus mengetahui apa yang diinginkan oleh sistem tersebut. 

Secara kontras juga pada fungsi laten yaitu adalah keadaan dimana individu tidak mengetahui apa yang diinginkan dari terbentuknya sistem tersebut. Dalam memahami konsep dan teori Merton, dapat dilihat dari fenomena sosial yang terjadi di lingkungan sekitar. 

Seperti halnya individu yang ingin mengikuti kegiatan keagamaan, pasti terdapat suatu dorongan yang membuatnya ingin bergabung dalam kegiatan tersebut. Namun, dorongan tersebut pada akhirnya tidak sesuai dengan tujuan dari sistem yang telah dibentuk dari kegiatan agama tersebut. 

Jika tujuan dari kegiatan keagamaan tersebut ditujukan untuk memelihara solidaritas antar masyarakat, tetapi individu memiliki keinginan pribadi yang tidak sesuai dengan tujuan sistem tersebut. Maka akan terjadi pola pemeliharaan yang memiliki fungsi laten dan bukan fungsi manifes. 

Sumber Refrensi:

Wirawan, I. B. (2012). Teori-teori Sosial dalam Tiga Paradigma: fakta sosial, definisi sosial, dan perilaku sosial. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun