Mohon tunggu...
Geosa Dianta
Geosa Dianta Mohon Tunggu... wiraswasta -

dreamer! hobi beli buku dan menulis tentang hal-hal sosial dan psikologi manusia . \r\nsila longok-longok blogku di bukulife.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sepurku Mogok (Lagi)

13 September 2012   23:27 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:30 257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kok Ga habis soal membahas pelayanan PT KAI. Protes mulu ni ceritanya. Pagi meruput itu berlari kea rah loket demi mengejar kereta diesel Madiun jaya AC dari kota pecel relasi jogja. Sampai di loket, waduuuh, antriannya panjang juga. Ternyata eh ternyata, kereta AC-nya dibatalkan sodara. deretan manusia ini juga mengeluhkan hal yang serupa. Jadinya kami mengantri tiket untuk ekonomi non AC. Namun, antriannya kok jadi panjang? Biasanya ga sampai dua shaf begini. Saya celingak celinguk di depan. Lama amat siih. 1 menit, 2 menit. Ada seorang bapak yang memanggil teman-temannya, minta kartu identitas. Satu rombongan pula. Halaaaaaah, ekonomi jarak dekat pake katepe segala?? -kebijakan non, kebijakan-semenit dua menit nunggu lagi.. hiks..hiks..

[caption id="attachment_212284" align="aligncenter" width="300" caption="dok.pribadi"][/caption]

nah, ketika akhirnya saya sampai di depan loket, baru tau apa masalahnya. Ternyata cetak tiketnya manual sodara, pake bolpoin, pake tangan. Oalaaaaahh, plis dehh.....ini yang bikin lama dari tadi. Lha kok jadi manual begini. Mana nama dan nomor katepe tertera jelas di tiket saya tadi. Halaaaaahhh, ga efisien blas toow. Saya malah kasian banget sama mas operatornya tadi, gimana tangan ga kriting nulis nama, nomor katepe beratus-ratus orang dalam waktu 45 menit dari waktu keberangkatan madiun jaya non ac. Oalaaah mas..mas... Disadari atau tidak, ada untung ruginya dengan kebijakan kartu identitas untuk setiap pembelian tiket kereta api. Katanya sih untuk meredam peredaran tiket lewat calo. Tapi siapa yang bisa jamin? Kemudian, saya berpikir malah banyak ruginya terutama dari pihak konsumen seperti kami. Rugi waktu, rugi tenaga. Saya jadi ingat layanan di stasiun Purwosari lebaran kemarin yang panjang sekali antriannya dan menunggu sampai lama, sedangkan operatornya hanya dua dan tidak cekatan pula. Pelayanan online lewat pihak-pihak yang bermitra dengan PT KAI juga tak menjamin efektifnya pelayanan. Konsumen tetap harus menukar print out tiket di stasiun. Jadi dua kali kerja. Belum lagi kejadian seperti pagi ini, diburu waktu sedangkan sistem layanannya eror dan berganti jadi manual ditambah repot amat pake nyantumin nomor katepe kayak kupon undian. Tiket itu juga bakal dibuang. Kecuali kalo PT KAI ngadain undian berhadiah, dengan senang hati saya ngumpulin beribu-ribu tiket kereta yang sering saya tumpangi untuk bisa menang. Ahh, memang kebanyakan protes, tapi saya sudah kadung cinta dengan kereta api. Apapun itu saya ingin ada kemajuan dalam pelayanan publik. Lha wong kita punya hak mendapatkan yang terbaik dari Negara. Semoga PT KAI tidak pernah lelah dengan komplain-komplain klasik seperti ini dan terus berbenah memperbaiki citra dan kinerjanya.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun