Mohon tunggu...
Gentur Adiutama
Gentur Adiutama Mohon Tunggu... Administrasi - ASN di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Pecinta bulutangkis dan pengagum kebudayaan Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Yuk "Ngepoin" Keraton Yogyakarta di Media Sosial

11 Mei 2017   14:08 Diperbarui: 11 Mei 2017   17:49 2574
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beksan Bedhaya Tirta Hayuningrat yang ditarikan oleh para Putri Sultan Hamengkubuwono X. (sumber foto: @kratonjogja_)

Saat ini media sosial sudah menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan sehari-hari. Masyarakat terutama yang tinggal di perkotaan hampir pasti punya akun di media sosial, baik Facebook, Twitter atau Instagram. Setiap harinya, kita meluangkan waktu untuk berkunjung ke media sosial, baik mengunggah status/foto, memberikan respon pada unggahan teman, membaca berita online, dan lain-lain.

Melalui media sosial, kita juga bisa berinteraksi dengan tokoh atau grup kesukaan kita. Kegemaran para fans untuk ngepoin kegiatan sehari-hari artis idola atau tim olahraga yang didukung kini sangat terbantu dengan adanya media sosial. Foto-foto dan video yang diunggah di Instagram atau Facebook mendekatkan mereka walaupun berjauhan ribuan kilometer secara fisik.

Penggunaan media sosial secara positif semakin digalakkan akhir-akhir ini. Masyarakat berkesempatan belajar tentang aneka hal baru di media sosial. Sejumlah akun memberikan update hal-hal unik dan menarik yang ada di suatu tempat. Tak hanya berupa foto dan video, namun juga dilengkapi dengan narasi singkat atau tautan ke situs yang menjelaskan secara lebih rinci.

Sekarang masyarakat bisa tak hanya ngepoin para selebritis namun juga Kraton Yogyakarta. Istana resmi Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat itu memiliki tiga akun media sosial yang aktif yaitu Facebook Kraton Jogja, Instagram @kratonjogja_ dan Twitter @kratonjogja. Ketiga akun tersebut berhulu pada situs resmi kratonjogja.id dan dikelola oleh tim Tepas Tandha Yekti, sebuah divisi baru di Kraton Yogyakarta yang bertugas menangani urusan informasi teknologi (IT) dan dokumentasi. Divisi ini dikepalai oleh GKR Hayu yang merupakan putri keempat Sri Sultan Hamengkubuwono X.

Akun Facebook Kraton Yogyakarta
Akun Facebook Kraton Yogyakarta
Kehadiran tiga akun media sosial dan situs yang secara resmi dikelola oleh Kraton Yogyakarta ini merupakan bagian dari upaya untuk menyiarkan budaya adiluhung dari dalam lingkungan kraton ke seluruh penjuru dunia. Pada saat acara peresmian situs resmi yang digelar di Bangsal Sri Manganti, bulan Maret lalu, GKR Hayu mengatakan bahwa informasi yang disebarluaskan melalui media sosial dan situs bersifat aktual dan akurat. Ia pun berharap agar saluran ini bisa menjadi museum virtual tentang kekayaan budaya Jawa.

Sambutan masyarakat pada akun-akun media sosial Kraton Yogyakarta itu sangat baik. Per 11 Mei 2017, mereka telah memiliki sekitar 41.700 pengikut di Instagram, sekitar 14.000 pengikut di Twitter dan 41,336 Facebook fans. Bukan cuma warga Yogyakarta saja, para pengikut dan fans di akun-akun tersebut juga berasal dari kota-kota lain di Indonesia dan bahkan di luar negeri. Strategi menggunakan Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar, alih-alih Bahasa Jawa, sepertinya berkontribusi cukup signifikan untuk meningkatkan jumlah pengikut seantero Indonesia dan dari mancanegara.

Narasi foto pada akun Instagram Kraton Yogyakarta yang menggunakan Bahasa Indonesia.
Narasi foto pada akun Instagram Kraton Yogyakarta yang menggunakan Bahasa Indonesia.
Ada banyak hal yang bisa masyarakat ketahui dari mengunjungi akun media sosial dan situs Kraton Yogyakarta. Foto-foto dan video yang diunggah dengan tambahan narasi itu menyampaikan beragam hal, misalnya:
  1. jenis-jenis dan aturan busana yang digunakan di lingkungan kraton, mulai dari ageman abdi dalem hingga pakaian surjan Sultan.
  2. rangkaian upacara adat yang rutin digelar oleh Kraton Yogyakarta pada hari-hari khusus
  3. fungsi bangunan-bangunan yang ada di dalam lingkungan kraton atau di tempat lain yang dikelola oleh pihak Kraton Yogyakarta
  4. asal usul nama dan sejarah para prajurit yang ada di Kraton Yogyakarta
  5. ornamen-ornamen yang menghias bangunan di lingkungan kraton
  6. kegiatan-kegiatan seni budaya Jawa yang berlangsung di kraton, mulai dari permainan gamelan, pertunjukan tari, membatik, hingga olahraga memanah tradisional (jemparingan mataraman)

Aktivitas di Kraton Yogyakarta bisa 'diintip' lewat media sosial. (sumber foto: @kratonjogja_)
Aktivitas di Kraton Yogyakarta bisa 'diintip' lewat media sosial. (sumber foto: @kratonjogja_)
Informasi yang didapatkan lewat media sosial Kraton Yogyakarta sangat bermanfaat untuk menambah wawasan tentang budaya Jawa. Dengan umurnya yang sudah sangat panjang, Kraton Yogyakarta yang mulai didirikan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono I beberapa bulan pasca Perjanjian Giyanti pada tahun 1755 memiliki budaya yang sarat akan nilai tradisi dan sejarah. Ada hal-hal yang selama ini sudah banyak diangkat di media massa sehingga familiar bagi masyarakat. Namun juga tak sedikit hal trivia dan sekaligus bermakna filosofis yang selama ini tidak diketahui secara luas.

Siapa yang menyangka bahwa para perempuan yang bertugas sebagai Abdi Dalem Keparak berpangkat Wedana ternyata juga berperan melindungi Sultan dan keluarganya dari ancaman keamanan mendadak seperti halnya seorang pasukan pengamanan presiden? Mereka membawa senjata wedung (belati kecil) yang diselipkan pada tali di bagian depan tubuhnya.

Tak banyak juga yang tahu bahwa terdapat dua macam kue apem yang dibuat oleh Permaisuri, Putri Dalem dan Sentana Dalem putri yang dibantu oleh Abdi Dalem Keparak dalam prosesi Ngapem sebagai salah satu bagian dari acara Tingalan Jumenengan Dalem untuk memperingati kenaikan tahta Sultan. Dua apem itu adalah apem biasa (ukuran kecil) dan apem mustaka (ukuran besar). Apem mustaka selanjutnya akan disusun sesuai tinggi Sultan.

Tradisi Ngapem yang maknanya bisa dipelajari melalui akun media sosial Kraton Yogyakarta. (sumber foto: @kratonjogja_)
Tradisi Ngapem yang maknanya bisa dipelajari melalui akun media sosial Kraton Yogyakarta. (sumber foto: @kratonjogja_)
Selain itu, masyarakat bisa kepo pada hal-hal yang kebanyakan hanya diketahui oleh orang-orang yang tinggal di lingkungan kraton. Sebagai contoh, setiap kesatuan prajurit memiliki dua jenis irama musik yang mengiringi langkah yaitu Lampah Mares (berbaris dengan langkah cepat) dan Lampah Macak (berjalan dengan langkah yang lebih lambat). Masing-masing memiliki ciri khas yang berbeda dan merupakan bagian tak terpisahkan dalam keseharian para prajurit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun