Mohon tunggu...
Gentur Adiutama
Gentur Adiutama Mohon Tunggu... Administrasi - ASN di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Pecinta bulutangkis dan pengagum kebudayaan Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Perang Psikologis ala Marcus/Kevin

12 April 2017   09:42 Diperbarui: 12 April 2017   21:30 1718
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Marcus/Kevin, tak hanya jago teknik tapi juga sanggup berperang psikologis. (sumber foto: bola.com)

Membahas mengenai sepak terjang Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo itu seolah tak ada habisnya. Ganda putra yang dijuluki "Minions" oleh para fans ini menorehkan rekor sebagai ganda putra pertama di dunia yang berhasil memenangkan tiga turnamen Superseries awal dalam suatu musim kompetisi. Penampilan ciamik mereka yang berbuah gelar kampiun di All England dilanjutkan di India Open dan Malaysia Open.

Pasangan yang kini menduduki peringkat 1 dunia ini telah berkembang pesat sejak mulai digandengkan di tahun 2015. Kualitas permainan mereka kini adalah salah satu yang terbaik di dunia. Banyak orang yang memuji amunisi lengkap yang dimiliki oleh Marcus/Kevin untuk mengalahkan lawan-lawannya.

Baik Marcus maupun Kevin punya smash yang tajam walaupun postur badan mereka tidak terlalu tinggi. Jumping smash yang disertai dengan drop shot menyilang dan penempatan bola yang akurat di bidang permainan yang kosong berkali-kali sukses mengecoh lawan. Bola-bola Marcus/Kevin sering tidak mudah ditebak dan bahkan ada yang menjulukinya 'ajaib'.

Marcus/Kevin juga sangat jago dalam permainan yang cepat. Kemampuan mereka dalam melakukan adu drive dengan bola-bola datar berketinggian sedikit di atas kepala dan lalu serobotan net kill yang kilat membuat mereka selalu unggul apabila berhasil mengajak lawan masuk di gaya permainan ini. Mads Conrad/Mads Kolding dari Denmark dan Li Jinhui/Liu Yuchen dari Tiongkok adalah contoh pemain berbadan jangkung yang dua kali jadi korban mereka.

Marcus/Kevin membuktikan diri sebagai pasangan ganda putra elit dunia. (sumber foto: PBSI)
Marcus/Kevin membuktikan diri sebagai pasangan ganda putra elit dunia. (sumber foto: PBSI)
Namun di samping kompetensi teknik mereka yang aduhai, ada amunisi lain yang mereka miliki untuk menjadi faktor pembeda dari pasangan ganda putra elit dunia lainnya. Hal itu adalah amunisi psikologis yang mengangkat mereka juga unggul secara mental.

Berikut ini adalah tiga amunisi yang dikantongi oleh pasangan ganda putra kelahiran Jakarta-Banyuwangi itu dalam perang psikologis menghadapi lawan-lawannya:

1. Flick serve yang menjengkelkan lawan.

Tipe servis yang juga disebut sebagai long service ini adalah menjentikkan raket dari bawah ke atas sehingga shuttlecock akan melambung tinggi dan akan jatuh sedikit di depan batas garis servis bagian belakang. Meskipun servis ini cukup beresiko karena sering dinilai sebagai pelanggaran oleh service judge, namun Marcus/Kevin berulang kali mencobanya dan berhasil. Nampaknya mereka telah banyak berlatih khusus dalam hal ini.

Sudah banyak lawan mereka yang dibuat jengkel karena tertipu oleh flick serve. Biasanya mereka lalu akan mengajukan protes ke pengadil di lapangan. Terkadang mereka cukup bergeleng-geleng kepala menandakan keheranan akan 'servis colongan' yang diluluskan itu. Jika sudah begini, Marcus/Kevin akan pasang mimik muka innocent dan kalem saja sehingga lawan semakin dongkol.

Apabila kita cermati dalam pertandingan mereka di tiga turnamen Superseries terakhir, mereka tidak sembarangan mengobral flick serve. Tipe servis yang beresiko membuat mereka kehilangan poin karena digugurkan pengadil ini kebanyakan dilakukan ketika mereka sedang dalam posisi unggul. Nampaknya ini sengaja agar mental lawan yang down karena tertinggal skor bisa makin tenggelam setelah kejengkelan mereka dengan flick serve. Sungguh strategi yang jitu.

Situasi servis yang penuh 'psy war'. (sumber foto: BWF)
Situasi servis yang penuh 'psy war'. (sumber foto: BWF)
2. Sesegera mungkin melanjutkan permainan.

Ada beberapa pebulutangkis yang acapkali mendapat teguran dari wasit karena menghabiskan waktu lama di jeda antar permainan. Marcus/Kevin bukan golongan ini. Setelah mereka mendapatkan poin karena keberhasilan shot atau kesalahan lawan, mereka akan langsung mengambil shuttlecock yang keluar dari lapangan atau jatuh di area sekitar net. Mereka pun segera siap mengeksekusi servis untuk meneruskan permainan.

Hal ini sangat sering mereka praktekkan ketika mereka sedang memimpin papan skor dan berniat mengajak lawan pelan-pelan masuk ke dalam pola permainan yang mereka sukai. Lihat saja di pertandingan-pertandingan mereka pada All England dan Malaysia Open lalu.

Dengan strategi 'segera lanjut bermain' ini, mereka seolah membatasi waktu bagi pemain lawan untuk melalukan evaluasi singkat atas kesalahan yang baru saja lawan mereka lakukan atau atas kesuksesan shot yang diluncurkan Marcus/Kevin. Sejumlah pasangan memang sering menggunakan waktu singkat beberapa detik pada jeda diantara permainan untuk berpikir dan berdiskusi kilat dengan teammate-nya agar mereka tidak mengulang kesalahan yang sama atau agar mereka berganti strategi karena bisa membaca titik kelebihan/kekurangan lawan.

Maka, sangat wajar bila hampir semua pertandingam yang dijalani oleh Marcus/Kevin di tahun 2017 ini berlangsung cepat. Baik pertandingan dua set maupun tiga set, rata-rata hanya menghabiskan waktu kurang dari satu jam. Pemain-pemain lawan yang tidak punya waktu leluasa untuk berpikir di jeda antar permainan itu lalu mengikuti ritme yang diterapkan Marcus/Kevin dan secara tak sadar telah terjebak dalam perangkap psikologis pasangan peraih medali perak SEA Games 2015 ini.

Marcus/Kevin memaksa lawan ikut ritme permainan cepat mereka. (sumber foto: republika.co.id)
Marcus/Kevin memaksa lawan ikut ritme permainan cepat mereka. (sumber foto: republika.co.id)
3. Berusaha tidak menunjukkan ekspresi down.

Marcus/Kevin tidak selalu berada di posisi nyaman yaitu unggul dalam perolehan skor. Di beberapa pertandingan, mereka malah tertinggal dan harus mengejar skor lawan agar bisa membalikkan keadaan. Misalnya di partai perempatfinal Malaysia Open melawan Li Junhui/Liu Yuchen dari Tiongkok yang merupakan aksi comeback terspektakuler dari hampir keok menjadi menang yang pernah dihasilkan oleh pasangan ini.

Saat lawannya sedang memanen poin, Marcus/Kevin berusaha untuk tidak pasang muka panik atau bingung. Mereka akan tetap menunjukkan ekspresi optimis yang fokus. Beberapa pebulutangkis lain yang berada dalam situasi krisis seperti ini akan sangat sering menolehkan wajah ke arah pelatih yang duduk di pojok lapangan untuk meminta masukan atau suntikan motivasi agar bisa bangkit. Marcus/Kevin tidak melakukan hal itu karena menyadari bahwa gestur tersebut justru makin menandakan mereka sedang tidak percaya diri.

Marcus/Kevin tidak mau memberikan sinyal apapun yang membuat pemain di seberang net mereka bisa merasa di atas angin secara psikologis. Dengan tetap agresif melawan dan beberapa kali melakukan tos atau menepuk pelan punggung sesamanya dengan raket, Marcus/Kevin memperlihatkan diri mereka tidak takut akan ketertinggalan skor dan tidak mau hanyut pada pola permainan lawan. Apabila butuh komunikasi, maka itu cukup terjadi antara keduanya saja. Mereka berharap instruksi dari pelatih didapat saat sudah interval poin 11 atau istirahat antar set saja. Keteguhan mental yang berbicara dalam perang psikologis ini.

Ekspresi fokus dan serius selalu ditunjukkan Marcus/Kevin. (sumber foto: PBSI)
Ekspresi fokus dan serius selalu ditunjukkan Marcus/Kevin. (sumber foto: PBSI)
Demikianlah tiga amunisi yang dimiliki oleh pasangan andalan Indonesia ini. Kehebatan teknik dan kekuatan fisik yang berpadu dengan kecerdikan strategi dalam berperang psikologis membuat mereka menjadi ganda putra yang kini sangat diperhitungkan oleh semua lawan.

Semoga Marcus/Kevin dapat terus bersinar dengan raihan prestasi mereka. Jayalah terus bulutangkis Indonesia!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun