Mohon tunggu...
Gentur Adiutama
Gentur Adiutama Mohon Tunggu... Administrasi - ASN di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Pecinta bulutangkis dan pengagum kebudayaan Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Raket Artikel Utama

Meneladani Pelatih Ganda Putra, Herry Iman Pierngadi

13 Maret 2017   11:52 Diperbarui: 27 September 2022   00:44 19078
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Herry I.P sudah menjadi bapaknya para pemain. (sumber foto: badmintonindonesia.org)

Pasangan ganda putra Indonesia, Markus Fernaldi Gideon dan Kevin Sanjaya Sukamuljo sukses meraih gelar juara di turnamen bulutangkis tertua di dunia, All England 2017. 

Mereka tampil konsisten sejak babak pertama hingga final, termasuk menyingkirkan seminalis Olimpiade Rio 2016 dari Tiongkok, Chai Biao/Hong Wei di perempatfinal. Pasangan kelahiran Jakarta dan Banyuwangi ini juga harus memeras keringat untuk mengalahkan Mads Conrad Petersen/Mads Pieler Kolding dari Denmark dalam tiga set menegangkan berdurasi 1 jam 9 menit di semifinal.

Pertandingan final melawan Li Jinhui/Liu Yuchen dari Tiongkok yang diperkirakan bakal berjalan sengit ternyata malah berjalan singkat yaitu hanya sepanjang 35 menit. 

Gideon/Kevin sangat mewaspadai ganda putra muda dari Negeri Tirai Bambu itu karena pernah kalah dari mereka di Vietnam Open 2015, satu-satunya pertemuan antara keduanya sebelumnya. 

Tapi berkat permainan cepat di depan net dan smash yang tajam, Gideon/Kevin mampu menyudahi pertandingan dengan skor kemenangan 21-19 21-14.

Berbagai pujian dilayangkan ke Gideon/Kevin yang bermain apik di pertandingan final All England 2017. Pujian tak hanya datang dari para pengamat bulutangkis, namun juga dari rekan-rekan mereka di Pelatnas PBSI dan bahkan pemain-pemain dari negara lain. 

Mereka bermain dengan strategi yang tepat untuk melawan dua orang pemain yang lebih tinggi 10-15 cm dari mereka. 

Bola-bola flat dari Gideon/Kevin mampu menyulitkan Li/Liu, demikian juga dengan penempatan shuttlecock di posisi tak terduga yang membuat lawan terkecoh. Bisa dibilang, penampilan Gideon/Kevin di pertandingan itu adalah salah satu yang terbaik dalam karir mereka.

Ketika Gideon/Kevin menjadi buah bibir dimana-mana dan muncul di seluruh pemberitaan media massa di Indonesia, kita tidak boleh melupakan sosok di balik kegemilangan mereka. Ia adalah Herry Iman Pierngadi, sang pelatih di sektor ganda putra Pelatnas PBSI. 

Pria berusia 53 tahun ini memang dikenal sebagai pelatih bertangan dingin. Catatan prestasinya sebagai pelatih bulutangkis kelas dunia sudah lengkap. Ia mampu mengantarkan anak didiknya menggapai prestasi di banyak kejuaraan bulutangkis internasional yang bergengsi.

Herry I.P diapit Ahsan/Hendra seusai juara di Asian Games 2014. (sumber foto: republika.co,id)
Herry I.P diapit Ahsan/Hendra seusai juara di Asian Games 2014. (sumber foto: republika.co,id)
Herry I.P, begitu ia biasa dipanggil, melatih di Cipayung pada periode 1993 sampai 2008 dan kemudian kembali lagi di tahun 2011 hingga sekarang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun