Mohon tunggu...
Kidung Gentar Parodi
Kidung Gentar Parodi Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Karyawan Swasta

nrimo ing pandum

Selanjutnya

Tutup

Nature

Krisis Air di Kabupaten Tuban "Menciut", Ulah Siapa?

8 Januari 2020   14:00 Diperbarui: 8 Januari 2020   14:07 248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Krisis Air Di Kabupaten Tuban | jogja.tribunnews.com

Penduduk kabupaten Tuban sudah tak lagi heran dengan datangnya musim kemarau. Tiap tahun, tak sedikit puluhan warga harus bersusah payah mendapatkan air bersih untuk mencukupi kebutuhan hidup termasuk mandi dan mencuci. Bahkan, krisis air di Kabupaten Tuban hingga bulan Juli 2019 lalu masuk radar BMKG Nasional karena panjangnya durasi kemarau di daerah tersebut.

Setiap tahun, dipastikan Tuban akan mengalami kekeringan. Tidak di seluruh daerah tentu saja, tetapi daerah yang terletak di sebelah utara Jawa Timur, atau tepat berseberangan persis dengan pulau Kalimantan yang digadang-gadangkan sebagai ikukota baru, terus merasakan kesusahan mendapatkan air bersih.

Jika dlihat dari sisi geografis, maka, strktur tanah di Kabupaten Tuban memang tak sedikit yang dipenuhi dengan batu. Dengan begitu, resapan air tanah tak mendapatkan penahan dan langsung turun meresap pada celah batu sebagai pori air resapan. Krisis air di kabupaten Tuban akan menjadi langganan.

Tak hanya warga yang terdampak kekeringan, lahan pertanian seperti padi, jagung dan beberapa jenis tanaman lain juga menjadi langganan untuk tidak bercocok tanam ketika kemarau melanda. Meski begitu, ada tanaman yang mampu tumbuh, diantaranya adalah pohon jati.

Alam Menjawab Krisis Air di Kabupaten Tuban

Krisis air di daerah termiskin ke-5 di Jawa Timur ini mulai teratasi jelang akhir tahun 2019. Terbukti, menjelang akhir tahun dan awal tahun, guyuran hujan membasahi tanah Tuban. Tak tanggung-tanggung, di beberapa daerah durasi hujan yang turun hampir lebih dari 12 jam.

Artinya, di beberapa daerah yang tedampak kekeringan sepanjang pertengahan tahun 2019 lalu akhirnya bisa teratasi dengan hujan yang turun di awal tahun 2020. Praktis bukan pemerintah daerah dan juga bukan pula para calon legislatif ataupun bakal calon bupati Tuban yang tengah berebut kursi menuju Tuban satu, tetapi alam yang menjawab kekeringan air yang melanda kabupaten Tuban Jawa Timur.

Tahun 2019 lalu, wilayah kekeringan berdasarkan data yang masuk Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Tuban hingga bulan Oktober 2019 mencapai 38 desa di 11 kecamatan. 1 Desa yang paling bungsu adalah desa Sidorejo, Kecamatan Kenduruan.

"Kekeringan di Kenduruan dipicu mengeringnya Kali Kening yang merupakan sumber air masyarakat Desa Sidorejo untuk kebutuhan sehari-hari," terang Kabid Rehabilitasi dan Rekonstruksi BPBD Tuban. Desa Sidorejo, Kecamatan Kenduruan adalah wilayah baru yang masuk daftar wilayah kekeringan di Tuban.

Warga terdampak krisis air di kabupaten Tuban, kecamatan Kenduruan, desa Sidorejo mencapai 150 kepala keluarga (KK) atau sekitar 500 jiwa yang tinggal di Dusun Mojo. Satu-satunya sumber mata air di dusun ini adalah genangan air Kali Kening di dusun setempat. Itu pun oleh warga sekitar dipakai minum hewan ternak, sehingga sangat tidak layak dikonsumsi manusia.

Tangki Air Cuma Jadi Bantuan Sementara

Solusi krisis airn di kabupaten Tuban ternyata tak bisa hanya diselamatkan lewat distribusi tangki air minum yang saat ini berjalan. Mulai dari aparat kepolisian hingga para kandidat pilkada yang memilih untuk "berkampanye" lewat kepedulian sosial dengan memberikan distribusi air bersih menggunakan tangki air ke pelosok desa belum membuktikan bahwa warga yang terdampak tercukupi. Bahkan jumlah desa terdampak kekeringan justru bertambah.

Jumlah kekeringan di Tuban sejak bulan Juli 2019 hingga Oktober 2019 naik 100%. Jika pada bulan juli tercatat hanya 5 desa yang terdampak kekeringan yakni Desa Jadi, Randu Bancar, Sambongrejo. Dukuh Gempol Desa Genaharjo dan Dusun Gowah Desa Jadi Kecamatan Semanding, Tuban.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun