Analog dan Digital jelas berbeda. "No debat. Fix beda!", ujar seorang remaja mahasiswa yang tumbuh dan berkembang diera milenial. Namun lain hal dengan yang dipaparkan dari buku yang dibacanya. Apa katanya ?
Secara kasat mata, digital dan analog merupakan dua hal yang berbeda. Analog identik dengan sesuatu yang kuno, lawas, rumit, suatu barang yang berwujud hingga berbeban berat.
Digital adalah pemahaman yang sebaliknya. Sesuatu yang modern, baru, mudah, lebih sederhana, canggih, serta berkaitan dengan teknologi komputer.
Jika anda membayangkan dua perspektif di atas, itu tidaklah salah. Pengandaian tersebut hanya masih terlalu luas itu untuk perbincangan kita kali ini .
Bagaimana dengan analog dan digital pada media ? Apakah sudah memiliki gambarannya ? Mari kita bahas bersama perbedaan dari kedua jenis media yang muncul seiring perkembangan zaman tersebut. Syukur syukur Anda jeli dengan persamaan yang ada juga.
Membandingkan Media Analog dan Digital Tanpa Menganaktirikan
 Media Analog dan Media Digital merupakan dua hal yang bertolak belakang. Baik itu dari segi medianya, bentuk konten yang diproduksi hingga segi audiensnya.
Tipikal pengguna media digital bukan tipikal pembaca pasif. Mereka tidak hanya membaca sebuah tulisan di media daring. Audiens juga berinteraksi dengan konten dari media daring yang dibacanya.
Lain halnya dengan pengguna media analog. Audiens media analog atau media cetak bersifat satu arah. Mereka hanya membaca atau mengonsumi dan sudah, sampai di situ saja.
Melihat tipikal tersebut, termasuk yang manakah Anda ? Senang berinteraksi dengan media atau penikmat media yang santai mengonsumsi informasi dan mengolahnya sendiri ?
Kembali ke topik, terdapat sebab yang membuat media daring mudah untuk melakukan interaksi. Sebab tersebut adalah Hypertext yang membolehkan interaksi. Hypertext membuat kegiatan membaca menjadi hal yang non-linear atau non-hirarkial.