Mohon tunggu...
Gea Apriani Pratiwi
Gea Apriani Pratiwi Mohon Tunggu... Mahasiswa

velocity

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Teori Skema Jean Piaget dan Lev Vygotsky dalam Perkembangan Kognitif Anak

28 September 2025   21:28 Diperbarui: 28 September 2025   21:28 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth


Jean Piaget, seorang psikolog Swiss, mengembangkan teori perkembangan kognitif yang menekankan konsep skema sebagai dasar utama. Skema adalah struktur mental atau "peta" internal yang membantu anak memahami dunia melalui interaksi dengan lingkungan. Menurut Piaget, skema terbentuk sejak lahir melalui tahap sensorimotor (0-2 tahun), di mana anak membangun skema dasar seperti mengisap atau meraih objek. Proses utamanya melibatkan asimilasi (menyesuaikan informasi baru ke skema lama) dan akomodasi(mengubah skema lama untuk informasi baru), yang mendorong eilibrasi atau keseimbangan kognitif. Piaget membagi perkembangan menjadi empat tahap: sensorimotor, preoperasional, operasional konkret, dan operasional formal. Teorinya bersifat individualistik, di mana anak aktif membangun pengetahuan melalui manipulasi fisik dan eksplorasi mandiri, tanpa bergantung banyak pada orang dewasa.

Sebaliknya, Lev Vygotsky, psikolog Rusia, menawarkan perspektif sosiokultural yang lebih menekankan peran sosial dan budaya dalam perkembangan kognitif. Vygotsky tidak secara eksplisit menggunakan istilah skema seperti Piaget, tapi konsepnya mirip dengan alat bantu budaya dan bahasa sebagai struktur kognitif yang dibangun melalui interaksi sosial. Ia memperkenalkan Zone of Proximal Development (ZPD), yaitu jarak antara apa yang anak bisa lakukan sendiri dan apa yang bisa dicapai dengan bantuan orang dewasa atau teman sebaya (scaffolding). Perkembangan terjadi melalui internalisasi pengetahuan sosial, di mana anak belajar dari lingkungan budaya, seperti bahasa dan alat-alat simbolik. Berbeda dengan Piaget yang melihat anak sebagai ilmuwan kecil yang mandiri, Vygotsky menekankan bahwa kognisi adalah hasil kolaborasi sosial, dan guru atau orang tua berperan krusial dalam membimbing anak melewati ZPD.

Perbandingan Teori Piaget dan Vygotsky
-Fokus Utama: Piaget lebih biologis dan individual (skema sebagai adaptasi internal), sementara Vygotsky sosiokultural (perkembangan melalui interaksi eksternal).
-Peran Sosial: Piaget mengakui interaksi sosial tapi tidak sentral; Vygotsky melihatnya sebagai pendorong utama, di mana skema kognitif terbentuk dari dialog dan budaya.
-Implikasi Pendidikan: Dalam pendekatan Piaget, pembelajaran aktif melalui penemuan (discovery learning). Vygotsky mendukung pembelajaran kolaboratif, seperti diskusi kelompok atau bimbingan guru untuk mencapai potensi maksimal.
-Kelemahan: Teori Piaget dikritik karena kurang menekankan faktor budaya, sedangkan Vygotsky kurang detail tentang tahap-tahap usia spesifik.

Kedua teori ini menjadi fondasi konstruktivisme dalam pendidikan, di mana anak membangun pengetahuan sendiri tapi dengan dukungan lingkungan. Untuk studi lebih lanjut, teori ini sering diterapkan dalam pengasuhan anak di masyarakat, seperti merangsang eksplorasi mandiri (Piaget) atau bermain kooperatif (Vygotsky).

Proses ini mencakup pengumpulan data primer melalui kuesioner yang disebarkan kepada 50 responden, terdiri dari orang tua, guru PAUD, dan mahasiswa pendidikan anak usia dini di wilayah Surabaya. Kuesioner dirancang untuk mengukur pemahaman responden terhadap teori Piaget dan Vygotsky dalam konteks sosial. Selain itu, studi kepustakaan dilakukan dengan menganalisis buku, jurnal, dan artikel terkait dari sumber terpercaya seperti karya asli Piaget (misalnya,The Psychology of Intelligence, 1950) dan Vygotsky (Mind in Society, 1978), serta literatur Indonesia kontemporer.

Data dianalisis secara deskriptif dengan triangulasi untuk memvalidasi temuan, memastikan keakuratan interpretasi teori dalam aplikasi praktis. Pendekatan ini memungkinkan eksplorasi mendalam tanpa generalisasi berlebih, sesuai dengan sifat kualitatif.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Teori Jean Piaget dalam Perkembangan Sosial Anak
Jean Piaget (1896-1980) mengembangkan teori perkembangan kognitif yang berfokus pada bagaimana anak membangun pengetahuan melalui interaksi dengan dunia fisik dan sosial. Konsep sentralnya adalah skema, yaitu kerangka mental yang disusun anak untuk mengorganisir pengalaman. Skema berkembang melalui proses adaptasi: asimilasi (memasukkan informasi baru ke skema existing) dan akomodasi (memodifikasi skema untuk menyesuaikan informasi baru), yang menghasilkan ekuilibrasi atau keseimbangan kognitif.

Dalam konteks sosial, Piaget melihat anak sebagai "ilmuwan kecil" yang aktif mengeksplorasi lingkungan. Perkembangan terjadi dalam empat tahap:
- Sensorimotor (0-2 tahun): Anak membangun skema dasar melalui indera dan gerakan, seperti memahami permanen objek melalui interaksi dengan orang tua.
- Preoperasional (2-7 tahun): Skema egosentris berkembang, di mana anak kesulitan melihat perspektif orang lain, tapi mulai belajar melalui permainan simbolik dengan teman.
- Operasional Konkret (7-11 tahun): Anak menggunakan logika konkret, memahami aturan sosial melalui permainan kelompok.
- Operasional Formal (11 tahun ke atas): Kemampuan abstrak muncul, memungkinkan pemahaman norma sosial yang kompleks.

Piaget menekankan bahwa interaksi sosial mendukung adaptasi skema, tapi perkembangan utama bersifat individual. Dalam masyarakat, ini berarti anak belajar norma melalui eksplorasi mandiri.

Teori Lev Vygotsky dalam Perkembangan Sosial Anak
Lev Vygotsky (1896-1934) menawarkan perspektif sosiokultural, di mana perkembangan kognitif dan sosial tidak terpisah, melainkan dibentuk oleh interaksi budaya dan sosial. Berbeda dengan Piaget yang kurang menekankan "skema" eksplisit, Vygotsky menggunakan konsep alat mediasi seperti bahasa dan simbol budaya sebagai struktur kognitif yang mirip skema, tapi dibangun secara kolaboratif.

Konsep kunci adalah Zone of Proximal Development (ZPD), yaitu ruang antara kemampuan aktual anak (apa yang bisa dilakukan sendiri) dan potensi aktual (apa yang bisa dicapai dengan bantuan). Scaffolding (dukungan sementara dari orang dewasa atau teman lebih mahir) membantu anak melewati ZPD, menginternalisasi pengetahuan menjadi skema pribadi.

Dalam kehidupan bermasyarakat:
- Bahasa berfungsi sebagai alat utama untuk berpikir dan berinteraksi, memungkinkan anak memahami nilai sosial melalui dialog keluarga atau sekolah.

- Perkembangan sosial terjadi melalui kerjasama, seperti bermain kooperatif di PAUD, di mana anak belajar berbagi dan berempati dari teman sebaya.

- Budaya memengaruhi skema: Di masyarakat Indonesia, misalnya, nilai gotong royong menjadi mediasi untuk membangun keterampilan kolaboratif.

Vygotsky menekankan bahwa tanpa interaksi sosial, perkembangan terhambat, membuat teori ini relevan untuk pendidikan inklusif di komunitas.

Perbandingan dan Integrasi Kedua Teori
Kedua teori saling melengkapi dalam memahami perkembangan anak di masyarakat:

- Kesamaan: Keduanya konstruktivis, di mana anak aktif membangun pengetahuan. Interaksi lingkungan (fisik dan sosial) esensial untuk evolusi skema kognitif.

- Perbedaan:
  - Piaget: Fokus internal dan bertahap, sosial sebagai pendukung sekunder. Anak mandiri dalam adaptasi.
  - Vygotsky: Fokus eksternal dan kontinu, sosial sebagai pendorong primer. Perkembangan bergantung pada bimbingan.
- Aplikasi di Masyarakat: Kombinasi ini mendukung pendidikan holistik. Misalnya, guru PAUD bisa gunakan discovery learning (Piaget) dengan elemen kolaboratif (Vygotsky), seperti proyek kelompok yang dieksplorasi mandiri tapi dibimbing. Hasil kuesioner menunjukkan 80% responden setuju bahwa integrasi ini meningkatkan keterampilan sosial anak, terutama di era digital di mana interaksi tatap muka berkurang.

Studi ini menyimpulkan bahwa teori Piaget dan Vygotsky krusial untuk orang tua dan pendidik dalam merangsang perkembangan anak usia dini. Dengan memahami skema sebagai fondasi, lingkungan sosial dapat dioptimalkan untuk membangun anak yang adaptif dan berkontribusi.

KESIMPULAN
Perkembangan anak di kehidupan bermasyarakat memerlukan pendekatan yang mengintegrasikan aspek individual (Piaget) dan sosial (Vygotsky). Skema teori mereka menyoroti pentingnya eksplorasi dan kolaborasi untuk membentuk kognisi dan sosialitas.

Sekolah ideal yang ramah bukan hanya impian, tapi suatu keharusan dalam sistem pendidikan modern. Sekolah semacam ini menciptakan generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga matang secara emosional, peduli terhadap sesama, dan siap menjadi warga negara yang bertanggung jawab.

Dengan mengedepankan pendekatan yang ramah dan manusiawi, sekolah bukan hanya tempat belajar, tetapi tempat bertumbuh, tempat berlindung, dan tempat membentuk karakter masa depan bangsa.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun