Dalam kehidupan bermasyarakat:
- Bahasa berfungsi sebagai alat utama untuk berpikir dan berinteraksi, memungkinkan anak memahami nilai sosial melalui dialog keluarga atau sekolah.
- Perkembangan sosial terjadi melalui kerjasama, seperti bermain kooperatif di PAUD, di mana anak belajar berbagi dan berempati dari teman sebaya.
- Budaya memengaruhi skema: Di masyarakat Indonesia, misalnya, nilai gotong royong menjadi mediasi untuk membangun keterampilan kolaboratif.
Vygotsky menekankan bahwa tanpa interaksi sosial, perkembangan terhambat, membuat teori ini relevan untuk pendidikan inklusif di komunitas.
Perbandingan dan Integrasi Kedua Teori
Kedua teori saling melengkapi dalam memahami perkembangan anak di masyarakat:
- Kesamaan:Â Keduanya konstruktivis, di mana anak aktif membangun pengetahuan. Interaksi lingkungan (fisik dan sosial) esensial untuk evolusi skema kognitif.
- Perbedaan:
 - Piaget: Fokus internal dan bertahap, sosial sebagai pendukung sekunder. Anak mandiri dalam adaptasi.
 - Vygotsky: Fokus eksternal dan kontinu, sosial sebagai pendorong primer. Perkembangan bergantung pada bimbingan.
- Aplikasi di Masyarakat: Kombinasi ini mendukung pendidikan holistik. Misalnya, guru PAUD bisa gunakan discovery learning (Piaget) dengan elemen kolaboratif (Vygotsky), seperti proyek kelompok yang dieksplorasi mandiri tapi dibimbing. Hasil kuesioner menunjukkan 80% responden setuju bahwa integrasi ini meningkatkan keterampilan sosial anak, terutama di era digital di mana interaksi tatap muka berkurang.
Studi ini menyimpulkan bahwa teori Piaget dan Vygotsky krusial untuk orang tua dan pendidik dalam merangsang perkembangan anak usia dini. Dengan memahami skema sebagai fondasi, lingkungan sosial dapat dioptimalkan untuk membangun anak yang adaptif dan berkontribusi.
KESIMPULAN
Perkembangan anak di kehidupan bermasyarakat memerlukan pendekatan yang mengintegrasikan aspek individual (Piaget) dan sosial (Vygotsky). Skema teori mereka menyoroti pentingnya eksplorasi dan kolaborasi untuk membentuk kognisi dan sosialitas.
Sekolah ideal yang ramah bukan hanya impian, tapi suatu keharusan dalam sistem pendidikan modern. Sekolah semacam ini menciptakan generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga matang secara emosional, peduli terhadap sesama, dan siap menjadi warga negara yang bertanggung jawab.
Dengan mengedepankan pendekatan yang ramah dan manusiawi, sekolah bukan hanya tempat belajar, tetapi tempat bertumbuh, tempat berlindung, dan tempat membentuk karakter masa depan bangsa.