Mohon tunggu...
Gideon Budiyanto
Gideon Budiyanto Mohon Tunggu... Lainnya - Writer

Manusia pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hidup Jangan Dibuat Bercanda, Bung

29 Maret 2020   15:30 Diperbarui: 29 Maret 2020   15:39 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Banyak sekali saya membaca berita tentang perundungan (bully) di sosial media yang berdampak terhadap orang yang di rundung, bahkan di Korea Selatan , ada beberapa selebriti di sana yang memilih bunuh diri akibat tidak tahan mendapat perundungan dari netizen. Di Indonesia sendiri, diketahui ada beberapa orang yang melaporkan ke polisi terkait perundungan di media social ini.

Sebenarnya kenapa orang bisa melakukan perundungan terhadap orang lain?bukan saja di media sosial , di dunia nyatapun sering kali terjadi. Biasanya di sebabkan karena sikap iri hati, tidak puas , ingin menjatuhkan orang lain, pansos ( di media sosial) dan alasan alasan lain yang muaranya terletak pada pemenuhan ego manusia itu sendiri akan kebutuhan pengakuan dari dunia sekitarnya dengan menjatuhkan orang lain.

Selain perundungan, rasa ingin tahu manusia yang bukan pada tempatnya juga bisa membawa masalah tersendiri. Sering kali terlihat kerumunan orang di jalan hanya untuk selfie,ber foto- foto atau sekedar berhenti ingin tahu ketika melihat kecelakaan atau musibah di suatu tempat. 

Tidak jarang juga ada orang yang mengambil kesempatan dalam kesempitan dari orang yang kena musibah dengan menjarah barang-barang berharganya. Sempat viral juga kemarin ketika ada orang yang membuat video orang lain yang pingsan dengan berteriak minta tolong tapi dia sendiri yang ada di tempat kejadian tidak menolong malah membuat video untuk kepentingan pribadi.

Di sisi lain, ketika wabah Covid 19 membawa korban yang cukup banyak dan Pemerintah sudah berkali kali mengingatkan untuk melakukan social distancing, physical distancing, work form home sampai stay at home, masih banyak orang yang tidak perduli. 

Kumpul kumpul masih dilakukan, kegiatan yang seharusnya dilakukan di rumah malah di bawa pergi ke Puncak, mumpung jalanan sepi jadi berasa seperti liburan. Aparat keamanan yang mengingatkan dianggap lucu dan mengada ada bahkan ditertawakan. 

Sungguh tragis dan ironis, di saat banyak tenaga kesehatan yang berjuang mati matian menyelamatkan ratusan orang yang terpapar bahkan banyak yang sampai kehilangan nyawa di tengah pandemi corona, masih ada saja orang yang menganggap bahwa semua ini hanya bercanda.

Logika Terbalik 

Sudah saat nya kita semua saat ini kembali memakai hati nurani dan logika kita. Sudah sejauh mana kita menghargai kehidupan yang diberikan Tuhan. 

Hidup ini adalah anugerah dan bukan kebetulan kalau manusia diberikan Tuhan pikiran dan akal budi dalam menjalani kehidupannya , bukan hanya bertindak sesuai dengan ego nya saja. Dengan pikiran dan akal budi, manusia bisa mengelola kehidupan ini supaya bisa menjadi anugerah buat manusia yang lain.

Kita seharusnya memiliki EQ (Emotional Quotient) atau kecerdasan emosi yang baik, bisa melihat segala sesuatu dari sudut pandang orang lain sehingga mampu berempati. Percuma saja memiliki IQ (Intelligence Quotient) atau kecerdasan Intelektual setinggi langit tanpa ditunjang kecerdasan emosi yang baik karena akan menjadikan manusia pintar tanpa punya nurani. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun