Selain 4 poin diatas si penulis artikel doktersehat pun sudah "membangun argumennya sendiri" dimana heteroseksual itu sebagai "basis orientasi seksual" walau pada kenyataanya APA & WHO sudah sepakat bahwa basis orientasi seksual itu setidaknya 4 yaitu "suka beda jenis, sesama jenis, kedua jenis, & tidak ada ketertarikan sama sekali (aseksual)"
2. Apakah LGBT Berbahaya?
Si pembuat artikel sangat ciamik dalam membuat argumen dengan jujur diawal bahwa tidak hanya LGBT yang bisa menularkan penyakit seksual. Sayang seribu sayang si pembuat artikel blunder diakhir dengan menyatakan:
Tetapi banyak studi yang sudah membuktikan bahwa penularan penyakit seperti HIV/AIDS lebih tinggi pada pasangan seks pria dengan pria. Selain itu, studi lain juga menunjukkan bahwa wanita transgender memiliki risiko terjangkit HIV jauh lebih tinggi daripada wanita biasa.
Kenapa saya menyatakan "blunder"? Berikut penjelasannya:
2.1 Masalah rasio. Kalau mau dicek diseluruh dunia populasi orientasi sesama jenis "tidak lebih dari atau sekitar  10% populasi", jadi ilustrasikan saja apakah lebih besar 100:5 atau 10:5Â
2.2 Seks anal & oral yang tidak memakai proteksi. Yah, anal dan oral seks memang paling rentan dan sangat umum ditemukan di kalangan homoseksual, sayang 1000 sayang:
2.2.1 Seks anal & oral akan selalu aman jika selalu memakai pelindung dan dilakukan dengan aman
2.2.2 Jika tidak gonta-ganti pasangan resiko terjangkit berkurang. Karenanya bahasan "pelegalan pernikahan sesama jenis" sendiri sebenarnya perlu demi mengurangi gonta-ganti pasangan dikalangan homoseksual dengan menciptakan paradigma dan budaya "loyalitas satu pasangan" di kalangan homoseksual
2.2.3 Jika pasangannya sehat tidak terjangkit PMS (penyakit menular seksual) dan gaya hidupnya sehat akan SEMAKIN mengurangi resiko penularan
2.2.4 Seks ala hetero (penis ke vagina) pun TIDAK BEBAS RESIKO sebenarnya, dan sayangnya hal ini yang tidak ditekankan walau dimention diartikel