Selama belanja, perasaan saya seperti kurang enak gara-gara perkataan ibu itu,dan saya berusaha menghindari tempat jualannya,saya tidak mau lewat dari situ. Setibanya dirumah ,saya mencoba untuk menenangkan diri sejenak tanpa menceritakannya kepada siapapun. Saya membuat catatan kecil tentang pengalaman itu. Bahwa kejadian itu hanyalah sarana yang dipake Tuhan untuk mengingatkan saya.
Bagaimana saya menempatkan diri saya dihadapan banyak orang atau ditengah-tengan orang lain ? jaga wibawa,harga diri,atau gengsi.
Dalam pengalaman sehari-hari ketika bertemu dengan orang lain  kerap kali yang diceritakan adalah tentang kesuksesan,tentang keberhasilan. Pada hal dengan menceritakan semua kesuksesan entah itu jabatan,prestasi atau keunggulan lainnya,sering tidak disadari bahwa ada motivasi lain yang terselubung didalamnya. Yaitu supaya orang lain memberi nilai atau harga kepada saya. Tentu dengan mengumbar segala kebolehan saya akan mendapatkan nilai atau harga yang tinggi. Dan sekaligus juga membuat saya menjadi tidak berharga,tidak berarti.
Saya kira ini bukanlah hanya pengalaman saya,tetapi kita semua pernah mengalaminya. Menempatkan diri lebih dari pada orang lain akan membuat saya semakin tidak berharga atau semakin tidak berarti. Barangkali orang lain akan menjauhi. Sebaliknya jika saya mampu mendobrak gengsi saya menjadi pribadi yang lebih rendah hati,orang lain akan datang dan mencari,karena merasa dihargai dan merasa in sehingga segala kesuksesan atau keberhasilan yang saya gapai akan mendapat nilai dan juga bermanfaat bagi mereka yang membutuhkan. Jabatan,prestasi atau yang lain bukanlah untuk  dipamerkan atau disombongkan,melainkan menjadi sarana untuk berbagi kepada yang lain.
Menjadi orang yang rendah hati akan membawa nilai yang lebih tinggi pada kehidupan dibanding mempertahankan ego demi harga diri yang sesaat.