Jelang Pilpres 2019, nama Moeldoko masuk dalam bursa cawapres pendamping Jokowi. Bahkan pada awal Agustus 2018 atau jelang pendaftaran bakal capres-cawapres, Moeldoko diisukan mundur dari KSP.
Keempat, nama Moeldoko kerap disebut-sebut dalam sejumlah rilis survei bertemakan Calon Presiden 2024-2029. Sayangnya, sekalipun namanya sudah sering masuk bursa, elektabilitas Moeldoko masih nol persen.Â
Tentu saja, dengan tingkat elektabilitas yang hanya sekelas dengan Zulkifli Hasan dan Grace Natalie itu, Moeldoko tidak mungkin sanggup mendapatkan tiket Capres.
Kelima, Moeldoko sangat identik dengan kekuasaan karena menjabat sebagai Kepala KSP. Sebagai Kepala KSP, Moeldoko merupakan tangan kanan Presiden Jokowi.Â
Inilah alasan SBY dalam videonya menyebut "seorang pejabat tinggi negara" dan berulang-ulang mengatakan sekaligus menegaskan frasa "KSP Moeldoko" dalam konpresnya yang digelar setelah Moeldoko terpilih sebagai Ketum Demokrat dalam KLB.Â
"Memang banyak yang tercengang, banyak yang tidak percaya bahwa KSP Moeldoko yang bersekongkol dengan orang dalam benar-benar tega. Dan dengan darah dingin melakukan kudeta ini," kata SBY sebagaimana dikutip oleh Liputan6.com.
Dengan sedikitnya lima pertimbangan itu, Moeldoko merupakan sosok yang tepat untuk dimainkan dibanding tokoh-tokoh lainnya, seperti Gatot Nurmantyo, Erick Thohir, Ridwan Kamil, Tri Rismaharini, dan lainnya.
Gatot Nurmantyo hanya dipasang sebagai pemain cadangan apabila SBY tidak bisa mendapatkan Moeldoko. Gatot hanya memenuhi empat dari kelima syarat yang dipertimbangan SBY karena Gatot bukanlah orang dalam lingkaran kekuasaan.
Ujung Skenario SBY
Skenario SBY sudah bekerja. isu KLB Demokrat sebagai panggung bagi AHY sudah terhampar. Pemeran "The Good" dan "The Bad" kini tengah saling serang.Â