Dan demi menutupi kekurangan material kampanye positif, Jokowi pun dipasarkan lewat cara ala selebritis yang mencari perhatian lewat sensasi.
Sorotan para pendukung Jokowi pun diarahkan ke kaos oblong yang dikenakan Jokowi. Sampai-sampai adegan Jokowi yang membonceng Iriana di saat hujan turun pun dijadikan materi kampanye. Dan, masih banyak lagi yang lainnya.
Di sisi lain, para pendukung Jokowi lebih memilih mengais-ngais kekurangan bakal lawan. Dan, jika kekurangan calon lawan tidak ditemukan, para pendukung Jokowi tidak segan-segan melancarkan kampanye hitam.
Dalam realita di mana sisi positif Jokowi sulit ditemukan, wajar jika para pendukungnya lebih menggelorakan kampanye hitam.
Sabab, hanya itulah satu-satunya strategi yang bisa ditetapkan untuk mencegah beralihnya masa pendukung Jokowi ke capres lainnya.
Apalagi, sebagaimana yang sudah menjadi rahasia umum, saat ini elektabilitas Jokowi sudah di bawah 50 persen dan seterusnya akan terus menukik. Fakta inilah yang membuat kubu Jokowi kalut.
Sebagai figur yang disebut begitu mengancam bagi ambisi Jokowi, sangat wajar jika Gatot pun menjadi sasaran dari kekalutan pendukung Jokowi.
Bagaimana pun juga geliat akar rumput pendukung Gatot semakin meluas. Geliat ini menunjukkan tingginya popularitas dan elektabilitas Gatot.
Melihat semakin membesarnya dukungan masyarakat tersebut, terbaca betapa jomplangnya dengan rendahnya tingkat elektabilitas Gatot yang dirilis oleh sejumlah lembaga survei.
Tetapi, kalaupun benar tingkat elektabilitas Gatot masih rendah, maka semakin membesarnya dukungan rakyat kepada Gatot menunjukkan adanya tren positif pada tingkat elektabilitas Gatot.
Positifnya elektabilitas Gatot di saat memburuknya elektabilitas Jokowi inilah yang membuat panik kubu Jokowi.