Mohon tunggu...
Gatot Swandito
Gatot Swandito Mohon Tunggu... Administrasi - Gatot Swandito

Yang kutahu aku tidak tahu apa-apa Email: gatotswandito@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Benarkah Gatot Nurmantyo Tidak Berefek Bagi Prabowo?

1 April 2018   21:13 Diperbarui: 2 April 2018   11:35 5627
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gatot Nurmantyo (Sumner: Tribunnews.com)

Menurut pengamat politik dari Saiful Mujani Research & Consulting (SMRC), Djayadi Hanan, Gatot Nurmantyo tidak akan mampu mengerek elektabilitas Prabowo yang saat ini masih stagnan.

Katanya, Prabowo dan Gatot berada dalam irisan pemilih yang sama. Karenanya, apabila keduanya dipasangkan tidak akan mampu menambah variasi pemilih.

Benarkah, atau lebih  tepatnya, pendapat Direktur Eksekutif SMRC sebagaimana yang dipublikasikan  Merdeka.com pada 31 Market 2018t ersebut?

Untuk lebih fairnya, pertama, kesampingkan dulu survei SMRC soal Ahok saat Pilgub DKI 2017 yang terbukti hoax sejak dalam bentuk kuesionernya.

Kedua, sisihkan dulu hasil survei SMRC pada September 2017 yang tidak memunculkan nama Anton Charliyan sebagai cagub Jawa Barat. Padahal, setidaknya sejak Juni 2017, Anton sudah memajang baliho-baliho bergambar dirinya di sejumlah lokasi strategis di kota-kota di Jabar.

Baca: Pilgub Jabar 2018, Setelah Ridwan Kamil Melubangi Kapalnya Sendiri

Terakhir, lupakan sejenak serangkaian komentar yang menyebut SMRC patut diganjar kartu kuning. Bukan karena SMRC salah dalam membaca pemenang Pilgub DKI 2017. Tetapi karena SMRC gagal menangkap tren elektabilitas masing-masing pasangan. Dan bagi lembaga survei, apapun itu, kegagalan dalam menangkap sebuah tren sama saja artinya dengan kehilangan "muka".

Tetapi, sekali lagi, kita harus adil dalam menyikapi sebuah pendapat. Sekalipun pendapat atau opini tersebut disampaikan oleh pihak-pihak yang kerap kali dinilai telah melakukan kesalahan dan cenderung memojokkan pihak-pihak tertentu. Dan pendapat atau opini Djayadi di atas tidal sepenuhnya salah. Dengan kata lain ada benarnya, tapi juga masih (saja) ada salahnya.

Djayadi benar. Pemilih Gatot memang beririsan dengan pemilih Prabowo. Sebab pemilih kedua mantan Panglima Kostrad tersebut berada pada satu sisi yang sama, yaitu pelawan Jokowi. (Dalam kontek pemilu, penggunaan istilah "pemilih" lebih tepat ketimbang pendukung). Dan faktanya sisi itu, bukan hanya ditempati oleh pemilih Gatot dan Prabowo, tetapi juga pemilih oleh TGB, dan AHY.

Logikanya sangat jelas. Jokowi adalah calon presiden petahana. Sementara, baik Gatot, Prabowo, TGB, dan juga AHY merupakan calon-calon presiden penantang. Dengan demikian, pemilih terbagi menjadi dua kelompok: pemilih calon petahana dan kelompok pemilih calon penantang. Djayadi pun tidak salah mengatakan pemilih Gatot dan Prabowo mempunyai varian yang sama. Sebab keduanya memang berlatar belakang yang sama, yakni militer.

Namun, tidak benar jika Djayadi mengatakan bahwa Gatot tidak mampu mengerek elektabilitas Prabowo yang disebutnya stagnan. Karena, sekalipun pemilih kedua capres tersebut beririsan dan memiliki kesamaan varian, namun kelompok pemilih keduanya berbeda. Dan jika pemilih Gatot dan Prabowo sama, merangkak naiknya elektabilitas Gatot, seharusnya diiringi oleh penurunan elektabilitas Prabowo.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun