"Bener-bener."
"Lha, kok Papah yang duduk dibelakang dibilang terluka parah, benjol segede apem, gegar otak." Mata SetNow melirik tajam lelaki botak permanen yang sedang mengusap-usap kumis tebalnya.
Tidak tahan dengan lirikan tajam Setnow, tanpa melepaskan tangannya dari kumis tebal permanennya, lelaki botak permanen mengalihkan wajahnya. Ia belum juga mengerti maksud SetNow yang menjadi kliennya.
"Kan Papah kemarin baru keluar dari rumah sakit. Semua orang sedunia dan akherat tahu itu. Waktu itu kan skenarionya Papah jantungan. Harusnya sekarang ini dia bilang jantung Papah kumat gara-gara tabrakan. Kan, begitu logikanya."
"Oh, bener bener. Kalau jantungan kan masuk akal." kata sang istri sambil melototkan matanya bulat-bulat ke arah lelaki botak permanen yang masih saja mengusap kumis tebal permanennya.
Lelaki botak permanen dengan kumis tebalnya yang juga permanen mulai bisa memahami pembicaraan yang didengarnya. "Kalau begitu, nanti saya bilang ke wartawan kalau Bapak kena serangan jantung gara-gara terluka parah, liat benjolan segede bakpaw, dan gegar otak."
Mendengar solusi yang ditawarkan pengacaranya. SetNow merasakan nyeri yang teramat sangat di dalam rongga dada kirinya.