"Kok, bisa jenengan mikir ke situ? Terdengar suara lelaki berlogat Jawa dari ujung sambungan..
Telepon itu datang selepas Isya pada 28 September 2017. Ia menanyakan soal artikel "Soal 5.000 Senjata, Informasi Gatot Nurmantyo Benar dan Siapakah yang Menggagas Permainan Cerdas Ini?" yang saya tayangkan pada siang harinya.
Hanya beberapa menit setelah ditayangkan, judul artikel yang dibicarakan via sambungan seluler tersebut sempat dipenggal Admin Kompasiana dengan menghilangkan "Informasi Gatot Nurmantyo Benar".Â
Barulah pada malam harinya, judul artikel tersebut terpublikasi lengkap seperti yang saya buat.
Saya longok fitur obrolan. Ternyata, di sana tidak ada "surat cinta" dari admin seperti yang biasanya saya terima jika ada artikel yang dinilai bermasalah.Â
Dan, sampai sekarang, saya tidak tahu alasan admin memotong judul artikel saya dan kemudian mengembalikannya seperti semula.
Sehari sebelum artikel itu diunggah, media memberitakan pertemuan Panglima TNI Gatot Nurmantyo dengan Presiden Joko Widodo di Istana.Â
Setelah pertemuan, Gatot meralat isi pidatonya yang disampaikan di hadapan purnawirawan perwira tinggi TNI di Mabes TNI pada 22 September 2017.
Karuan saja, Gatot pun dibully. Dituding sedang mencari panggung, cari-cari perhatian, dan lain sebagainya. Metrotvnews.com pun mempubikasikan pernyataan Ketua Setara, Hendardi yang menilai Gatot sebagai Panglima TNI terburuk.
Apalagi, bebepara hari sebelumnya, Menko Polhukam Wiranto telah membantah isi pidato Gatot lewat keterangan yang disampaikannya kepada media dan diunggah lewat https://polkam.go.id
Menurut Wiranto, data yang benar adalah 500 pucuk senjata laras pendek, bukan 5.000 pucuk senjata. Ke-500 pucuk senjata itu dibeli oleh BIN dari PT Pindad.