Mohon tunggu...
Gatot Tri
Gatot Tri Mohon Tunggu... Administrasi - Swasta

life through a lens.. Saya menulis tentang tenis, arsitektur, worklife, sosial, dll termasuk musik dan film.

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Ketika Manusia Hidup di Bulan, Kalau Stres Healing ke Mana, Ya?

29 November 2022   21:40 Diperbarui: 3 Desember 2022   17:30 430
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

By the way, beberapa waktu lalu ada meme tentang warung pecel lele di Bulan yang membuat kita tergelak. Seandainya warung khas Lamongan, Jawa Timur itu eksis di Bulan, urusan ransum astronot yang bekerja di sana bukanlah menjadi persoalan.

Tapi lantas timbul pertanyaan, kok penjualnya bisa sampai sana? Yaaa, orang Indonesia kan sakti-sakti. Lha wong belanja baju saja ke matahari. Hehe... (Oops, maaf nyebut merek)  

Tetapi bila warung itu eksis di Bulan, pasti tidak akan beroperasi lama. Karena tidak ada atmosfer, permukaan Bulan kerap menjadi sasaran meteorit yang frekuensinya bisa mencapai 100 kali dalam sehari atau 33 ribu kali dalam setahun. (sumber: LiveScience)

Ukuran meteorit itu rata-rata sebesar bola pingpong. Ada juga yang berukuran besar akan tetapi itu jarang. 

Nah, meteorit-meteorit itu melesat ke permukaan Bulan dengan kecepatan antara 20 hingga 72 kilometer per detik, yang ketika mencapai permukaan Bulan menimbulkan ledakan yang kekuatannya setara dengan 3,2 kilogram dinamit.

Hasilnya, lihat saja permukaan Bulan yang penuh lubang-lubang alias bopeng-bopeng yang super duper lebar dimana-mana. Permukaan bulan ternyata tidak halus sebagaimana rayuan gombal dari seorang pria kepada wanita. Jadi, para wanita jangan lantas merona bila wajah Anda disamakan dengan Bulan. Hehe...


Oh ya, karena Bulan tidak memiliki atmosfer, maka level radiasi di permukaannya cukup tinggi. Dikutip dari ScienceAlert, paparan radiasi permukaan Bulan adalah 1.369 mikrosievert per hari atau 200 kali lebih tinggi daripada level radiasi di Bumi.

Lebih lanjut, ScienceAlert menjelaskan bahwa radiasi di permukaan Bulan berasal dari sinar kosmik galaksi, peristiwa partikel matahari yang sporadis (misalnya dari semburan matahari), dan sinar neutron dan gamma dari interaksi antara radiasi ruang angkasa dan tanah di permukaan bulan. Tanpa mengenakan pakaian astronot yang dirancang khusus, mustahil manusia bisa bertahan.

Suhu permukaan bulan juga menjadi tantangan besar. Laman Space.com menginformasikan bahwa suhu siang hari di Bulan adalah 120 derajat Celsius, sedangkan di malam hari temperaturnya minus 130 derajat. Siang hari di Bulan kira-kira setara dengan dua minggu waktu Bumi, begitu pula malam hari juga panjangnya sekira dua minggu.

Maka dari itu, misi Artemis 3 nanti juga bakal menitikberatakan pada safety atau keamanan astronot. Sepanjang manusia mengenakan spacesuit itu, para astronot dapat beraktivitas dengan aman dan leluasa di permukaan Bulan.

Mengenai lokasi pendaratan manusia di Bulan, bila misi Apollo dulu mendarat di sekitar khatulistiwa Bulan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun