Mohon tunggu...
Gatot Tri
Gatot Tri Mohon Tunggu... Administrasi - Swasta

life through a lens.. Saya menulis tentang tenis, arsitektur, worklife, sosial, dll termasuk musik dan film.

Selanjutnya

Tutup

Seni Pilihan

Kepak Sayap Edmund Dulac

30 September 2022   19:12 Diperbarui: 30 September 2022   19:15 437
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu ilustrasi karya Edmund Dulac dalam buku karya Arthur Quiller-Couch di tahun 1910. (sumber foto: Illustrators' Lounge)

Dulac sudah senang menggambar dan melukis sejak ia masih kanak-kanak. Ketertarikannya di dunia ilustrasi mungkin menurun dari ayahnya, seorang salesman tekstil yang juga tertarik dengan seni. Di waktu senggangnya, sang ayah gemar memperbaiki lukisan dan menjualnya.

Sayangnya kedua orang tuanya kurang mendukung bakat Dulac. Mungkin orang tua Dulac merasa khawatir kalau seni tidak akan menjamin kehidupan yang layak bagi anaknya.

Edmond Dulac. (sumber foto: WikiArt)
Edmond Dulac. (sumber foto: WikiArt)
Atas arahan ayahnya, Dulac belajar ilmu hukum di Universit de Toulouse yang tidak jauh dari tempat tinggalnya. Di balik itu ternyata ada suatu kesepakatan antara Dulac dan ayahnya dimana Dulac mau sekolah hukum asalkan ia juga diperbolehkan memperdalam seni.

Alhasil sepanjang siang Dulac belajar hukum, di sore hari ia belajar seni di cole des Beaux-Arts Toulouse. Hari-harinya pasti melelahkan, tetapi dengan terpaksa harus ia jalani.

Rupanya ia memang punya bakat besar dalam bidang seni dan menjadi salah satu siswa yang berprestasi. Karena prestasinya, pada tahun 1904 ia meraih beasiswa untuk belajar seni di Acadmie Julian di Paris. Ia pun memutuskan meninggalkan sekolah hukumnya agar bisa fokus di dunia seni.

Acadmie Julian merupakan akademi seni ternama dan bergengsi. Akademi itu menjadi tempat para seniman lukis dan pematung dunia menimba ilmu. Sejak tahun 1968, akademi itu resmi bergabung dengan sekolah seni dan desain bernama ESAG Penninghen (ESAG = cole suprieure de design, d'art graphique et d'architecture intrieure) yang masih eksis hingga sekarang.

Pintu masuk ESAG Penninghen di jalan Rue du Dragon. Tampak pintu Acadmie Julian di ujung lorong. Foto ini diambil tahun 2018. (sumber foto: Meneg)
Pintu masuk ESAG Penninghen di jalan Rue du Dragon. Tampak pintu Acadmie Julian di ujung lorong. Foto ini diambil tahun 2018. (sumber foto: Meneg)
Sayangnya, Dulac kurang telaten menjalani studinya di akademi tersebut. Ia memutuskan kembali ke Toulouse dengan perasaan kecewa. Ia menikahi seorang perempuan Amerika bernama Alice May de Marini di tahun 1903, namun setahun kemudian mereka berpisah.  

Setelah perceraiannya, hari-harinya diliputi kegalauan. Ia merasa masa depannya bakal suram. Sudah menjadi duda, masih tinggal sama orang tuanya, rasanya kok tidak berguna. Ia merasa apa yang ia jalani kini berbeda jauh dengan cita-citanya.

Ia pun memutuskan kembali ke Paris untuk mengejar impiannya. Akan tetapi sesampai di kota ini, Dulac malah gundah gulana. Ia merasa tidak menjumpai peluang-peluang baru yang bisa menjadi batu loncatan.

Di tengah kegalauannya, Dulac memutuskan untuk pindah ke Inggris. Suatu waktu, ia pernah sangat ingin pergi ke Inggris tapi belum kesampaian. Ia merasa bahwa inilah saatnya mewujudkan keinginannya.

Dulac pun segera mengepakkan sayapnya menuju Inggris di tahun 1904. Ia meninggalkan semua jejak hidupnya di Perancis, bersiap membuka lembaran hidupnya yang baru di Inggris.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun