Mohon tunggu...
Gatot Tri
Gatot Tri Mohon Tunggu... Administrasi - Swasta

life through a lens.. Saya menulis tentang tenis, arsitektur, worklife, sosial, dll termasuk musik dan film. ==Tahun baru, awal baru. Semoga semua cita-cita kamu menjadi kenyataan di tahun 2024! ==

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Pemerataan Bioskop adalah Kunci Sukses Perfilman Nasional

2 April 2019   23:09 Diperbarui: 3 April 2019   11:16 1117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi (sumber: ms-urlop.cz)

Tanggal 30 Maret lalu diperingati sebagai Hari Film Nasional (HFN). Penetapannya berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 25 Tahun 1999. 

Penetapan tanggal 30 Maret karena pada 30 Maret 1950 merupakan hari pertama pengambilan gambar film "Darah dan Doa" yang disutradarai oleh Usmar Ismail.

Peringatan HFN setiap tanggal 30 Maret tersebut bukan sekadar pengingat, tetapi juga menjadi pemacu perfilman Indonesia agar lebih berkualitas dan menjadi tuan rumah di negeri sendiri.

Kita semua bisa merasakan bahwa saat ini perfilman Indonesia semakin bagus saja, khususnya dalam empat atau lima tahun terakhir ini. Sejumlah film buatan anak bangsa menangguk sukses besar, ditonton oleh jutaan pasang mata. Masyarakat kini memilih menonton film nasional di bioskop-bioskop terdekat.

Melihat kesuksesan film nasional yang tak pernah terbayangkan sebelumnya, ingatan saya terbang ke tahun 1990-an lalu. Waktu itu, film Indonesia banyak didominasi oleh film-film pengumbar syahwat. Memang ada beberapa film komedi, tetapi film-film dewasa lebih banyak.

Industri film nasional memang pernah mengalami pasang surut. Setelah mengalami masa keemasannya di tahun 1970an dan 1980an, di tahun 1990an kondisinya berbalik menurun drastis. 

Film nasional bertema dewasa mendominasi layar bioskop tanah air. Pada masa itu pula, satu per satu bioskop gulung tikar, terutama bioskop non jaringan atau independen.

Berbicara tentang perfilman nasional tidak bisa dilepaskan dari perbioskopan. Bioskop memegang peranan penting dalam rantai perfilman nasional karena di tempat itu film-film nasional diputar dan ditonton oleh masyarakat. Bisa dikatakan bioskop merupakan garda paling depan dalam mengukur tingkat kesuksesan sebuah karya film.

Seiring dengan kemajuan perfilman nasional, perbioskopan nasional kini juga semakin bertumbuh. Tidak hanya di kota-kota besar saja, tetapi juga di daerah-daerah di penjuru tanah air. 

Tidak hanya bioskop berjaringan, bioskop non jaringan atau independen kini juga tumbuh subur di banyak tempat. Baik bioskop jaringan atau non jaringan kini memiliki peluang sukses yang sama.

Berkat teknologi film digital, bioskop manapun kini bisa memutar film-film terbaru. Misalnya bioskop di kecamatan Genteng, Kabupaten Banyuwangi bisa memutar film terbaru yang juga diputar di bioskop-bioskop di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung atau Surabaya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun