Mohon tunggu...
Gatot Tri
Gatot Tri Mohon Tunggu... Administrasi - Swasta

life through a lens.. Saya menulis tentang tenis, arsitektur, worklife, sosial, dll termasuk musik dan film.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pertemuan Kami di Belantara Kota

24 Oktober 2018   21:29 Diperbarui: 24 Oktober 2018   21:31 299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Rumah?" tanya saya mengernyit.

"Iya, rumah. Saya kredit rumah di sebuah kompleks perumahan di pinggir kota. Tidak besar tapi lengkap. Ada carport, teras kecil, taman kecil, dua kamar tidur yang lumayan lebar. Dapurnya kecil tapi ada lahan kosong dibaliknya, nanti bisa diperluas. Soalnya saya suka masak, Mas..hehe" katanya terkekeh sambil mendaratkan potongan bratwurst lagi ke mulutnya.

"Kalau Mas tinggal di mana?" tanyanya sambil mengunyah.

"Rumah saya?" Ia menganggukkan kepalanya. "Rumah saya di situ, Prima Towers. Unit di lantai 31." jawab saya.

"Itu apartemen, Mas. Bukan rumah." katanya tersenyum.

"Terserah orang bilang apa, buat saya itu rumah. Unit saya homey, tenang, nyaman... Bukankah itu pengertian rumah?" tukas saya.

Ia meneguk minumnya lalu menanggapi kalimat saya.

"Rumah itu ya bangunan tersendiri, ada halaman baik lebar atau kecil, ada teras, ada pagarnya atau mungkin tanpa pagar, ada ruang tamu, ruang makan, dapur, kamar tidur, kamar mandi, yaaa... seperti itulah pengertian rumah Mas.." Ia menatap saya seakan bangga dengan kemampuannya mengartikan kata "rumah".

Saya menghela nafas. "Saya sih sederhana saja. Tempat tinggal yang homey ya itu rumah. Ya.. unit saya tidak besar sih. Cuma ada kamar, sofa, dapur kecil dan kamar mandi. Sudah. Tapi super nyaman. Buat saya unit apartemen saya itu rumah..." kata saya sambil meraih cangkir kopi saya. Ia hanya tersenyum.

Beberapa kursi di kafe mulai ditinggalkan oleh pengunjung satu per satu. Saya baru saja memasukkan suapan terakhir ke mulut saya. Kopi saya pun sudah hampir habis. Gadis itu makan dengan santainya, saya tidak tahu kapan akan habis.

Sepertinya ia mulai menikmati obrolan kami...  J

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun