Mohon tunggu...
Gatot Tri
Gatot Tri Mohon Tunggu... Administrasi - Swasta

life through a lens.. Saya menulis tentang tenis, arsitektur, worklife, sosial, dll termasuk musik dan film.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Jadikan Perilaku Jujur sebagai "Personal Branding"

30 Agustus 2018   12:27 Diperbarui: 30 Agustus 2018   17:23 3058
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber ilustrasi: SHUTTERSTOCK

Karyawan tersebut, sebut saja Pak B, membawa lari uang perusahaan yang nilainya cukup besar hingga membuat perusahaan gusar. Pak B yang telah bekerja beberapa tahun di perusahan tersebut nampaknya tergoda dengan rupiah yang memenuhi tasnya setiap hari. Pak B menghilang tanpa kabar berita membuat perusahaan memberhentikannya.

Kejadian serupa juga pernah saya dengar dari seseorang yang bekerja di sebuah perusahaan berbentuk CV, kira-kira di tahun 2008 atau 2009 silam. Ada salah seorang karyawan, sebut saja Pak C, yang membawa lari uang gaji bulanan beberapa orang karyawan. Padahal Pak C baru beberapa minggu bekerja di perusahaan tersebut.

Pak C punya tugas khusus mengirim kebutuhan perusahaan sehari-hari serta memberikan gaji bulanan kepada karyawan secara tunai. Pemilik perusahaan memang berkantor dari rumah dan menitipkan uang gaji bulanan kepada Pak C untuk disampaikan kepada para karyawan. Waktu itu memang pemilik perusahaan tidak melakukan penggajian kepada karyawannya secara transfer antar bank.

Sebelum Pak C direkrut menjadi karyawan di perusahaan tersebut, pemilik perusahaan sebenarnya sudah cukup lama mengenalnya. Karena mungkin pemilik perusahaan menangkap kesan positif terhadap Pak C, ia menawarkan pekerjaan kepada Pak C untuk menggantikan seorang karyawan yang mengundurkan diri.

Ternyata kesan baik sang pemilik perusahaan terhadap Pak C seketika hancur setelah mengetahui perbuatan Pak C. Setelah kejadian tersebut, Pak C hilang bagai ditelan bumi. Nomor ponselnya mendadak tidak aktif. Sebenarnya mudah saja bagi pemilik perusahaan melacaknya ke daerah asalnya toh ia pasti memiliki KTP Pak C. Tetapi hal itu tidak dilakukan oleh pemilik perusahaan. 

Pemilik perusahaan terpaksa mengalokasikan uang ekstra untuk membayar gaji sejumlah karyawan yang uangnya dibawa lari Pak C. Jelas perusahaan mengalami kerugian cukup besar. Berkaca dari kejadian tersebut, pemilik perusahaan lalu menerapkan metode penggajian secara transfer ke rekening karyawan.

Nah, dari tiga cerita di atas kita dapat memahami perbedaan pencitraan dan personal branding. Citra positif yang nampak baik yang dibentuk Pak B membuatnya dapat bekerja di perusahaan dimana teman saya bekerja. 

Begitu pula citra positif Pak C membuat sang pemilik perusahaan kepincut ingin merekrutnya menjadi karyawannya. Tetapi belakangan terungkap bahwa citra itu sesungguhnya artifisial tanpa ketulusan. Ketika telah diangkat menjadi karyawan malah menunjukkan perilaku tidak jujur yang sangat kontradiktif dengan kesan awal.

Pencitraan cenderung temporer sementara personal branding mengandung value atau nilai yang selalu melekat pada individu. Oleh karena itu personal branding sifatnya lebih konsisten karena tersirat dalam hubungan profesional dan sosial dalam kehidupan pribadi individu. Personal branding menjadi semacam cerminan reputasi atau rekam jejak perilaku seseorang yang tampak jelas dalam kesehariannya.

Apa yang dilakukan Pak B dan Pak C itu merugikan perusahaan dan seluruh karyawan perusahaan yang mereka tinggalkan. Dampaknya bisa internal maupun eksternal. Jika eksternal, maka berpotensi mempengaruhi corporate branding, sebagaimana yang baru-baru ini menimpa Tokopedia dimana sejumlah Nakama (sebutan bagi karyawan Tokopedia) diberhentikan karena tidak dapat menjaga integritas perusahaan. (sumber)

Jadi, kejujuran dalam bekerja sangat penting. Oleh karena itu jika seseorang sudah memiliki nilai kejujuran yang tinggi, karakter itu perlu terekspos dalam personal branding. Ada perusahaan yang mencantumkan persyaratan "jujur" pada iklan lowongan pekerjaan perusahaan tersebut. Hal itu bukan semata-mata formalitas tetapi merupakan salah satu etika bisnis yang diusung oleh perusahaan tersebut dan calon pelamar kerja mesti mencantumkannya dalam CV atau resume-nya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun