Mohon tunggu...
Gapey Sandy
Gapey Sandy Mohon Tunggu... Kompasianer

Peraih BEST IN CITIZEN JOURNALISM 2015 AWARD dari KOMPASIANA ** Penggemar Nasi Pecel ** BLOG: gapeysandy.wordpress.com ** EMAIL: gapeysandy@gmail.com ** TWITTER: @Gaper_Fadli ** IG: r_fadli

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Artikel Utama

Tulis Ulang Sejarah, Gagasan Fadli Zon Bisa Zonk?

20 Mei 2025   07:41 Diperbarui: 20 Mei 2025   20:16 403
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Moh. Hatta didampingi seorang perwira berjalan melintasi barisan TNI pada 1949. (Sumber Foto: Arsip Nasional Republik Indonesia)

Tiga, proses penulisan ulang sejarah Indonesia saat ini dilakukan tidak transparan. Publik tak tahu bagaimana proses itu dilakukan, dan sejauh mana penyelesaiannya.

Empat, salah satu yang akan ditulis ulang adalah terkait peristiwa sejarah, khususnya durasi waktu penjajahan Belanda di Indonesia. Penulisan ulang ini ada yang mencurigai hanyalah upaya de-soekarnoisasi, atau semata hendak mengoreksi pernyataan Proklamator Bung Karno saja.

Meskipun, pemerintah punya alasan tersendiri sekaligus berharap terbentuk narasi sejarah yang lebih akurat dan inklusif, serta mencerminkan semangat perlawanan dan keberagaman pengalaman masyarakat Indonesia selama masa penjajahan.

Perhatikan istilah yang digunakan, yaitu "lebih akurat". Apakah ini klaim pembenaran bahwa sejarah Indonesia ada yang "kurang akurat", sehingga menjadi dasar alasan untuk penulisan ulang sejarah bangsa?

Lima, target penyelesaian penulisan ulang sejarah Indonesia oleh Kementerian Kebudayaan itu terlalu ambisius, bahkan disebutkan sebelum 17 Agustus 2025 atau jelang Dirgahayu HUT ke-80 Republik Indonesia.

Mengapa harus terburu-buru, sementara publik juga tidak pernah diberitahu, bagaimana mekanisme proyek penulisan ulang sejarah itu dikerjakan.

Memperbarui Narasi Sejarah Nasional

Sebelumnya, Menteri Kebudayaan Fadli Zon menyatakan, proyek besar penulisan ulang sejarah Indonesia bertujuan memperbarui narasi sejarah nasional.

Ada dua fokus penulisan ulang sejarah yang mengemuka sejauh ini. Yaitu, pertama, narasi Penjajahan dan Perlawanan. Fokus utama revisi ini adalah mengkaji ulang klaim bahwa Indonesia dijajah Belanda selama 350 tahun.

Fadli menyatakan, narasi tersebut terlalu menyederhanakan kenyataan sejarah, karena tidak semua wilayah di Indonesia berada dibawah kekuasaan Belanda secara serentak dan terus-menerus selama periode tersebut. Sebaliknya, banyak daerah yang melakukan perlawanan aktif terhadap penjajahan, seperti Aceh, Sumatera Barat, dan dalam Perang Diponegoro di Jawa.

Pendekatan baru ini didukung Ketua Masyarakat Sejarawan Indonesia (MSI), Agus Mulyana, yang menekankan bahwa kolonisasi oleh Belanda terjadi secara bertahap dan tidak seragam di seluruh wilayah nusantara. Oleh karena itu, narasi sejarah perlu direvisi untuk mencerminkan kompleksitas dan keberagaman pengalaman penjajahan di berbagai daerah.

Menteri Kebudayan mengatakan penulisan ulang sejarah yang sedang digodok akan turut mengubah terkait sejarah penjajahan Indonesia oleh Belanda yang kerap disebut selama 350 tahun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun