Kecelakaan maut melibatkan truk tronton bermuatan pasir dengan angkot di Dusun Sorogenen, Desa Kalijambe, Kecamatan Bener, Purworejo, Jawa Tengah pada Rabu (7 Mei 2025) siang, menyisakan duka mendalam. Sebelas orang dikabarkan meninggal dan enam lainnya terluka.
Dahsyatnya tabrakan mengakibatkan angkot minibus jenis Kopada ringsek parah. Saat kejadian, angkot berwarna biru itu tengah membawa rombongan guru SD Islam Tahfidz Quran As Syafiiyah di Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Rombongan hendak bertakziah ke Desa Penungkulan, Kecamatan Gebang, Purworejo.
Selain dua kendaraan, satu bangunan rumah warga di lokasi kejadian juga rusak akibat tabrakan itu. Kondisi truk tronton dengan bak terbuka warna merah itu pun berakhir di sisi kiri jalan. Badan bongsornya mengguling ke kiri.
Teriring doa untuk para korban
Kejadian tabrakan dump truk dengan angkot itu cukup mendapat atensi media. Sejumlah stasiun televisi, termasuk Kompas TV dan Metro TV, menayangkan liputan langsung di lokasi kecelakaan. Menjadikannya rubrik Stop Press atau Breaking News.
Melalui tayangan live itu, pemirsa pun bisa menyaksikan lokasi TKP kecelakaan yang porak poranda, proses evakuasi korban yang mengerahkan  sejumlah ambulans.
Selain itu, pemirsa juga bisa menonton upaya para petugas dan relawan saat menarik serta membalikkan posisi truk tronton yang mengguling ke kiri.
Upaya menarik dan membalikkan posisi truk tronton itu dilakukan dengan mengerahkan tiga kendaraan offroad dan satu truk derek. Pemirsa jelas sekali menyaksikan keseluruhan step by step proses penarikannya.
Dua dari tiga kendaraan offroad itu ternyata dikendarai bapak dan anak. Kendaraan offroad dengan body dominan warna merah dikendarai sang bapak, Hardjanto. Lalu di sebelah kanannya, kendaraan offroad yang body-nya dominan warna kuning diawaki sang anak, Djihantama.
Satu kendaraan offroad lagi berwarna putih, rupanya belakangan pindah tempat dan tidak mengikuti proses penarikan selanjutnya. Perannya digantikan oleh satu truk derek yang hadir belakangan di lokasi kecelakaan.
Siapa Tak Kenal Hardjanto
Rabu (7/5/2025) sore, sesaat sesudah menarik dan membalikkan posisi truk tronton yang terguling, penulis berbincang dengan Hardjanto via telepon. Obrolannya tentang proses evakuasi truk tronton yang siangnya baru saja ia lakukan, serta aktivitasnya di komunitas otomotif penggemar offroad dimana dirinya menjabat sebagai Ketua Dewan Pengawas Indonesia Offroad Federation (IOF) Pusat.
"Ketika saya membaca informasi antara lain dari grup WhatsApp tentang adanya kecelakaan tabrakan truk dengan angkot di Desa Kalijambe itu, saya langsung meluncur ke TKP. Kebetulan lokasi bengkel saya, sekitar 10 menit dari lokasi kecelakaan," tutur pemilik bengkel dengan nama "Double Gardan" di Jalan Purworejo--Magelang KM 11, Desa Kaliboto, Kecamatan Bener, Purworejo.
Hardjanto mengatakan, dirinya langsung tancap gas dan mengerahkan tiga kendaraan offroad 4x4 (double gardan). Masing-masing adalah satu unit Jimny tipe "jangkrik" (Suzuki LJ80) dengan ukuran ban 40 inchi.
Mobil dengan mesin 1.600 cc dan accu standar 60 Ampere ini dilengkapi winch tipe elektrik dan Power Take Off (PTO). Winch adalah alat mekanis yang digunakan untuk menarik, mengendurkan, atau mengatur tegangan pada tali atau kabel. Winch digunakan untuk berbagai keperluan seperti mengangkat beban, menderek kendaraan, atau bahkan untuk operasi di kapal laut.
"Dengan dua winch di mobilku, kuat itu buat menarik beban hingga seberat 12 ton," akunya. Jimny "jangkrik" ini dijuluki "Setan Merah" sesuai tulisan dan lukisan akrilik kepala tengkorak yang nampak di body luar sebelah kanan.
Lalu, kendaraan offroad Suzuki Jimny tipe "biasa" yang dikendarai sang anak, Djihantama.
Dan satu lagi, kendaraan offroad Auverland 4x4 warna putih. "Ini jip militernya Perancis," bangganya.
Ketika di lokasi kecelakaan, menurut Hardjanto, upaya pertama kali menarik truk tronton yang terguling ke kiri dilakukan bersama-sama oleh ketiga kendaraan offroad itu. Ketiga kendaraan offroad berbaris tepat di seberang jalan dari posisi truk tronton yang terguling.
"Pada percobaan pertama kali, saat ketiga kendaraan offroad melakukan penarikan truk tronton ternyata mengalami kegagalan. Ini semata disebabkan muatan pasir di dalam bak truk tronton belum sepenuhnya dikeluarkan. Maka saya pun meminta agar muatan pasir di bak truk dikosongkan," terangnya.
Hardjanto melanjutkan, pada usaha penarikan kedua, kendaraan offroad Auverland 4x4 tidak lagi diikutkan. "Tugasnya digantikan oleh satu truk derek yang hadir di lokasi kecelakaan. Maka penarikan dilakukan dengan mengerahkan dua kendaraan offroad dan satu truk derek. Upaya ini berhasil membalikkan posisi truk tronton yang terguling ke posisi normal. Apalagi karena muatan pasir di bak truk juga sudah dikosongkan lebih dulu," tuturnya.
Menurut Hardjanto lagi, total panjang gulungan tali baja atau sling di winch mobilnya mencapai 40 meter. "Tadi, waktu proses menarik untuk membalikkan truk tronton yang terguling, sling yang terpakai hampir 40 meter panjangnya. Paling-paling hanya tersisa dua meter di winch-nya," ungkapnya.
Saat menarik truk tronton yang terguling, Hardjanto menyebut tidak ada kendala di lapangan. "Tapi memang, pada percobaan penarikan yang pertama, terasa sangat berat, sehingga kami memutuskan untuk menghentikan dulu sembari mempelajari penyebabnya. Proses rescue dan evakuasi itu jangan memaksa, karena malah bisa membahayakan. Bila terasa mobil kita terasa berat saat proses penarikan, maka hentikan sementara dan pelajari kondisi dulu. Kalau dipaksakan bisa bahaya, karena bisa merusak peralatan recovery (recovery kits)Â kita," jelasnya.
Ada beberapa jenis recovery kits saat offroader melakukan winch atau nge-winch. Antara lain, tree trunk protector, recovery strap, shackle, snatchblock atau katrol, dan dampener.
Menurut Hardjanto, sebagai relawan bencana, tiga kendaraan offroad untuk operasi penyelamatan atau rescue yang dimilikinya tidak boleh rusak. "Semua harus dalam kondisi baik dan stand by untuk kapan saja berangkat ke lokasi bencana dan kedaruratan lainnya," ujarnya.
Kesigapan Hardjanto untuk langsung menuju lokasi kecelakaan lalu lintas itu memang sudah menjadi kesehariannya. "Saya ini ditunjuk oleh 'anak-anak' yaitu para aktivis dan relawan kebencanaan sebagai ketua relawan bencana di Purworejo. Setiap komunitas penanganan kebencanaan itu kan masing-masing punya ketua, nah sayalah yang kemudian ditunjuk menjadi ketua dari semua ketua-ketua itu," kata bapak tiga anak ini.
"Usai membantu bencana dan mengevakuasi kecelakaan lalu lintas seperti hari ini tadi, saya enggak pernah minta anggaran atau minta bayaran. Memang jiwanya saya ini relawan. Saya enggak pernah minta bayaran. Saya pakai dana sendiri," tutur suami dari Atik Sumiyati ini.
Menyatu, Jiwa Petualang dan Jiwa Relawan
Jiwa petualang dan jiwa sosial ibarat dua sisi mata uang dalam diri Hardjanto. "Petualang" karena ia sudah malang melintang sejak 36 tahun silam di blantika cadas offroad. Ini pula yang menjadikannya sosok penting dalam sejarah dan perkembangan IOF. Federasi ini berdiri pada 22 November 1999.
Bestie-nya kala itu antara lain legenda offroad Indonesia semisal Alex Pri Bangun, Syamsir Alam yang terkenal dengan julukan "Crazy Syam" dan pemrakarsa event Indonesia Offroad Expediton (IOX), serta Yuma Wiranatakusumah.
Sedangkan di sisi "sosial", dibuktikan oleh "Ki Lurah Offroad"--julukan Hardjanto--melalui berbagai macam aktivitas kemanusiaannya. Sebut saja misalnya, ketika ia membantu warga Kelurahan Cangkrep Lor, Purworejo gara-gara ada seekor sapi tercebur sumur tua. Mengerahkan kendaraan offroad-nya, Hardjanto berhasil menarik dan mengangkat sapi tersebut hidup-hidup.
Sisi kemanusiaan Hardjanto juga tergerak ketika mengupayakan penanganan medis untuk bayi yang lahir tanpa anus. Ia berkoordinasi sana-sini dan berhasil menemukan solusi operasi medis untuk bayi tersebut.
"Ki Lurah Offroad" berambut gondrong ini juga banyak memfasilitasi sejumlah keluarga tidak mampu untuk memiliki rumah layak huni. Untuk mewujudkannya ini, ia bekerja sama dengan Kodim setempat, komunitas pegiat otomotif, dan beberapa organisasi relawan.
Urusan evakuasi dan pengiriman logistik korban banjir pun dilakoni Hardjanto. Salah satunya, ketika Semarang, Jawa Tengah dilanda banjir. Sang anak, Djihantama pun diajak serta.
"Kalau urusan bencana, saya persiapkan betul, mobilnya juga khusus, pakai ban raksasa berdiameter satu meteran. Saya juga siapkan dua puluh jaket pelampung untuk antisipasi banjir," tutur peraih predikat "The Jungle Man" alias "Penakluk Hutan" karena berhasil finish di urutan sembilan ketika kejuaraan International Rainforest Challenge 2015 di Malaysia. Pesertanya ketika itu banyak, dan berasal dari sekitar 40 negara. Semua peserta masuk ke hutan Malaysia yang lebat selama 20 hari.
Hardjanto melanjutkan, offroader itu adalah orang yang terlatih. "Misalnya kalau sudah turun ke lapangan dan menangani kebencanaan, maka orang offroad itu akan sudah memahami apa yang harus dikerjakan. Pembagian kerjanya seperti apa, itu dia sudah tahu. Ibarat memainkan irama lagu, dia hanya akan menyampaikan clue-nya saja. Semua hal dia sudah tahu, karena terlatih itu tadi," urainya mantap.
Tak Pelit Berbagi Ilmu Offroad
Kepakaran teknik mesin mobil offroad-nya semakin terasah berkat durasi pengalamannya di lapangan. "Lulus SMA tahun 1988, saya kemudian melakoni dunia offroad sebagai hobi mulai tahun 1990. Kendaraan pertama yang saya gunakan ketika itu, Toyota Hardtop. Saya modifikasi sendiri, otodidak, saya juga pasang ban ukuran besarnya sendiri," kenangnya.
Pengalamannya merakit kendaraan offroad menjadikan Hardjanto punya segudang pengetahuan teknis dan non-teknis. Meski begitu, ia tak mengenal kata kikir dalam membagikan ilmu "jeroan" mesin kendaraan offroad.
Misalnya, ketika ia didapuk menjadi pembicara di acara Ramadhan Night Santri Offroad di Sirkuit Jurang Pulosari, Bantul, Yogyakarta, Maret 2024. Kala itu, Hardjanto memaparkan bagaimana merakit kendaraan offroad yang ideal. Khususnya terkait penggunaan dan pemasangan winch di kendaraan. Â
"Mesin mobil kita itu ibarat musiknya, sedangkan winch PTO-nya itu ibarat sebagai vokalnya. Semua harus seirama nadanya. Cara memasang winch PTO itu berbeda-beda pada setiap mobil offroad, tapi ada rumusnya. Yaitu, kalau mau bikin winch PTO, rumusnya adalah 80 hingga 90 berbanding 100. Artinya, bila sling tali bajanya total 10 meter, maka bila diulur dan dipakai untuk nge-winch, masih tersisa sekitar dua meter di gulungan," ujarnya menasehati.
Tapi sebelum memasang winch PTO, lanjut Hardjanto, rasio mobilnya juga harus benar lebih dulu, sehingga jadi mobil yang 'kepenak' (nyaman) dikendarai.
"Ingat juga, yang namanya winch PTO harus dikasih rem, karena rem itu ibarat nyawa! Rem pada winch PTO itu wajib. Perkara rasionya belum pas itu tidak masalah, yang penting harus ada rem dulu," serunya.
Idealnya, kata Hardjanto lagi, winch PTO untuk Suzuki Jimny pakailah yang plasma sling atau tali bajanya berdiameter 14 inchi. "Itu aman. Kalau pakai Toyota maka plasma slingnya harus yang 16 inchi. Kenapa? Karena semakin hari, tantangan medan tanjakan untuk aktivitas offroad juga semakin tinggi-tinggi di lapangan," pesannya.
Berapa budget untuk merawat kendaraan 'predator 4x4' itu? "Diluar biaya plasma sling tali baja dan ban, budgeting untuk reparasi yang saya keluarkan hanya Rp5 juta setahun. Karena mobil saya enggak pernah rusak. Patut diperhatikan! Rawat juga plasma slingnya sesudah mobil dicuci, sling diulur dan diangin-anginkan, agar kita tahu bagaimana kondisi fisik material sling tali bajanya. Ini kan bagian dari safety riding juga," terangnya.
Hardjanto juga mengingatkan, kalau medan tanjakan offroad-nya tinggi, dan sang offroader tidak yakin dengan kemampuan sling tali bajanya, maka gunakan dua sling sekaligus. "Saya kebetulan memasang dua winch di kendaraan yaitu satu untuk winch PTO dan satu lagi winch warn 8274 elektris. Supaya aman," jelasnya.
Diketahui, sistem PTO menggunakan tenaga dari mesin kendaraan untuk menggerakkan winch. Sementara sistem mekanis menggunakan motor listrik. Pemilihan tergantung pada kebutuhan dan preferensi, dengan sistem PTO menawarkan tenaga yang lebih kuat, sementara sistem mekanis lebih fleksibel dan mudah dipasang.
"Untuk cara merakit mobil offroad yang benar, jangan terpaku pada mesinnya yang harus besar. Itu boleh-boleh saja, kalau memang ditujukan untuk balapan, karena mengejar waktu finish. Tapi kalau untuk adventuring, bikinlah mobil yang sekiranya tidak gampang rusak. Kuncinya, ada pada urusan kaki dan mesinnya. Artinya, kakinya harus lebih kuat dibandingkan dengan mesinnya. Kalau dirakit secara kebalikannya atau mesin lebih kuat dibandingkan kakinya, maka kalau dipakai untuk adventuring bisa-bisa rontok mobilnya," papar orang yang juga kerap dijuluki "budayawan otomotif" ini.
Mengidolakan Tokoh Pewayangan Semar
Berbekal segudang pengalamannya di dunia offroad Tanah Air, Hardjanto bak bapak asuh bagi para offroader muda. Senioritasnya sudah mumpuni. Prestasinya, apalagi. Cocokologi-nya, ia pun ternyata mengidolakan Semar, tokoh pewayangan Jawa.
Semar sering disebut sebagai begawan yang justru memilih menjadi simbol rakyat jelata. Ini menjadikannya sering dianggap sebagai 'manusia setengah dewa'. Tapi bagi Semar, pemimpin adalah seorang majikan sekaligus pelayan. Makanya, selain sebagai penguasa kayangan, Semar juga menjadi abdi dari Pandawa bersaudara, pelayan atau pembantu para ksatria.
Di antara sifat Semar yang rasanya ada pada diri Hardjanto adalah tidak kagetan dan gumunan, serta seperti air tenang namun menghanyutkan. Semar itu jenius, mata batinnya tajam, kaya pengalaman hidup dan sudah tentu ilmu pengetahuan.
Filosofi Semar yang penuh asah, asih dan asuh inilah yang menjadikan Hardjanto menobatkan dirinya sebagai "Ki Lurah". Artinya menjadi orangtua yang membimbing anak-anak muda pada offroader yunior. "Seperti Semar yang mengasuh Pandawa bersaudara. Nama "Ki Lurah" itupun diembel-embeli lagi dengan kata "Offroad", maka jadilah "Ki Lurah Offroad". Nama ini pula yang memudahkan kita 'bertemu' Hardjanto di media-media sosial seperti, kanal Instagram dan Youtube.
Hardjanto memegang teguh pedoman orang Jawa yang disimbolkan dari Semar, seperti "Urip iku Urup". Artinya, hidup untuk menghidupi, oleh karena itu hidup kita harus bermanfaat bagi orang lain disekitar kita.
Di akun Instagram miliknya @kilurahoffroad, Hardjanto juga mengunggah kalimat bijak terkait tolong-menolong antarsesama. "Tetulung kui gampang sing angel mapanake atimu supoyo duwe wektu tetulung marang liyan."Â Artinya, membantu itu mudah, tetapi yang sulit adalah mencurahkan hati sehingga Anda punya waktu untuk membantu orang lain.
Uniknya, meski mengidolakan Semar, tapi foto profil WhatsApp miliknya justru bergambar dirinya dengan aktor laga Hollywood Arnold Schwarzenegger. Penampakan keduanya, garang dan sama-sama mengenakan kacamata hitam. Mungkin foto profil ini melambangkan kekuatan sekaligus heroisme.
Apapun itu, maturnuwun atas semua dedikasinya, Ki Lurah Offroad.Â
Pareng ...
o o O o o
Baca juga:Â Koperasi Desa Merah Putih dan Kegetiran Bung Hatta
Baca juga:Â Beberapa Kesalahan Vodcaster saat Mewawancarai Ferry Latuhihin
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI