Mohon tunggu...
Gapey Sandy
Gapey Sandy Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

Peraih BEST IN CITIZEN JOURNALISM 2015 AWARD dari KOMPASIANA ** Penggemar Nasi Pecel ** BLOG: gapeysandy.wordpress.com ** EMAIL: gapeysandy@gmail.com ** TWITTER: @Gaper_Fadli ** IG: r_fadli

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Ekonomi Sirkular, Berkah Lilin Jelantah

24 Oktober 2021   20:59 Diperbarui: 24 Oktober 2021   21:13 825
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Manfaat Penerapan Ekonomi Sirkular. (Sumber: Makalah Dirjen Cipta Karya Kementerian PUPR) 

Manfaat penerapan Ekonomi Sirkular antara lain, pengurangan emisi karbon, menghasilkan peluang ekonomi melalui pengurangan sampah, menstimulasi pertumbuhan bisnis dan inovasi baru, serta menambah peluang usaha dan lapangan kerja.

Upaya pengurangan emisi karbon dan berketahanan perubahan iklim yang berkelanjutan, menjadi komitmen Pemerintah dalam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) ke-12 yaitu "Responsible Consumption and Production".

Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2020-2024, juga mencakup intervensi Kebijakan Pembangunan Rendah Karbon dan Berketahanan Iklim dengan menekankan prioritas pada lima sektor. Yaitu, penanganan limbah dan Ekonomi Sirkular, Pengembangan industri hijau, Pembangunan energi berkelanjutan, Rendah karbon laut dan pesisir, serta Pemulihan lahan berkelanjutan.

Terkait "Penanganan Limbah dan Ekonomi Sirkular", dalam hal ini jelantah, data riset Traction Energy Asia menyebut, konsumsi minyak goreng Indonesia pada 2019 sebanyak 13 juta ton atau 16,2 juta kilo liter. Naasnya, dari jumlah itu jelantah yang dikumpulkan se-Indonesia hanya 3 juta kilo liter, atau kurang dari 18,5% sisa konsumsi minyak goreng yang bisa dikumpulkan sebagai bahan baku jelantah.

Hanya kurang dari 18,5% sisa konsumsi minyakk goreng yang dikumpulkan sebagai jelantah. (Sumber: Traction Energy Asia)
Hanya kurang dari 18,5% sisa konsumsi minyakk goreng yang dikumpulkan sebagai jelantah. (Sumber: Traction Energy Asia)

Mayoritas sisanya kemana? Tertelan saat kita mengonsumsi panganan gorengan, atau hanya terbuang begitu saja?

Praktik sehari-hari, tidak sedikit masyarakat yang memakai jelantah karena faktor menghemat pengeluaran. Padahal jelantah berbahaya bagi kesehatan. Minyak goreng yang telah dipakai berulang-ulang kali, akan mengalami banyak reaksi yang dapat menyebabkan menurunkan kualitas minyak.

Penurunan kualitas minyak yang terdapat pada jelantah, ditandai dengan munculnya bau tidak sedap, warna yang tak jernih bahkan coklat kehitaman, dan berbusa. Jelantah juga mengandung akrilamida, radikal bebas, dan asam lemak trans (lemak jenuh yang menggemukkan). Terlebih kalau warnanya sudah kecoklatan dan teksturnya kental. Kalau dipanaskan lagi, semakin tinggi kandungan senyawa-senyawa karsinogenik (pemicu penyakit kanker) di dalamnya.

Jelantah, biasanya juga dibuang begitu saja ke saluran pembuangan. Padahal, jelantah yang terbuang ke pipa pembuangan bisa menyumbat pipa karena pada suhu rendah minyak maupun lemak bakal membeku dan mengganggu jalannya air di saluran pembuangan. Minyak ataupun lemak yang mencemari perairan juga bisa mengganggu ekosistem perairan, karena dapat menghalangi masuknya sinar matahari yang sangat dibutuhkan oleh biota hayati perairan. Itulah alasan, mengapa foto larangan membuang jelantah ke selokan ditampilkan pada awal tulisan ini!

Peluang pengembangan Biodiesel berbasis jelantah. (Sumber: KataData diolah)
Peluang pengembangan Biodiesel berbasis jelantah. (Sumber: KataData diolah)

Tantangan Pengembangan Biodiesel Berbasis Jelantah. (Sumber: Kementerian ESDM RI)
Tantangan Pengembangan Biodiesel Berbasis Jelantah. (Sumber: Kementerian ESDM RI)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun